BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik, kognitif dan psikososial. Remaja merupakan bentuk peralihan seorang anak, karena dalam fase ini seorang anak akan memiliki pola pikir yang lebih berkembang. Mereka akan mempunyai pikiran yang lebih kompleks dan abstrak serta mengalami perubahan bentuk fisik tubuh. Masa remaja berlangsung dari rentang umur 12 hingga 21 tahun (Mar at, 2005), lebih jauh lagi Mar at membagi rentang usia remaja yang dibedakan menjadi tiga yaitu : 12-15 tahun untuk masa remaja awal, 15-18 tahun untuk masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun untuk masa remaja akhir. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (2001) dalam Mar at (2005) membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu : (1) masa pra remaja atau pra pubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan (4) masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja awal dan remaja akhir inilah yang disebut masa adolescent. Dalam memasuki masa remaja, seorang anak akan mengalami perubahan fisik. Anak laki-laki dan perempuan akan mengalami perubahan fisik yang cepat. 1
Pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi dua tahun lebih awal dari anak lakilaki (Mar at, 2005). Umumnya anak perempuan mengalami pertumbuhan yang cepat pada usia 10.5 tahun dan anak laki-laki 12.5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin, pertumbuhan cepat ini berlangsung selama kira-kira 2 tahun (Diamond dan Diamond, dalam Mar at (2005). Perkembangan fisik masa remaja ini tidak terlepas dari perkembangan hormon dalam tubuh mereka. Pada masa pubertas ini adanya peningkatan tajam pada perkembangan hormon. Hal ini sesuai pendapat Papalia et, al (2008) bahwa anak usia 5 sampai 9 tahun, kelenjar adrenal mulai mengeluarkan androgen dalam jumlah besar, yang memainkan peran utama dalam pertumbuhan pubic, bulu ketiak dan bulu di muka. Beberapa tahun kemudian, ovaris, dalam tubuh anak perempuan, meningkatkan fungsi estrogen mereka, yang merangsang pertumbuhan alat kelamin wanita dan perkembangan payudara. Pada anak laki-laki, testis meningkatkan pembuatan androgen, khususnya testosteron, yang merangsang pertumbuhan alat kelamin pria, massa otot dan rambut tubuh. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama memiliki kedua jenis hormon tersebut dalam tubuh mereka, hanya saja anak perempuan memiliki level estrogen yang lebih tinggi dan anak lakilaki memiliki androgen yang lebih tinggi. Pada anak perempuan, testosterone mempengaruhi pertumbuhan klitoris, begitu pula tulang dan rambut kemaluan serta rambut wajah. Tidak hanya perkembangan fisik saja yang berkembang, tetapi perkembangan kognitif juga berkembang. Hal ini sesuai Mussen et, al dalam (Mar at 2005) bahwa masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh 2
dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini menandakan proses berpikir seorang remaja telah berkembang sehingga bisa berpikir secara kongkrit dan abstrak yaitu kemampuan berpikir untuk menghubungkan berbagai ide, pemikiran atau konsep pengertian guna menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan formal maupun non formal (Turner dan Hellen, dalam Dariyo 2004). Perkembangan proses berpikir ini membantu para remaja dalam bergaul dengan teman sebayanya, karena teman sebayanya ini dianggap oleh mereka adalah orang-orang yang mengerti tentang diri mereka. Lebih dari 40 % waktu hidup remaja dihabiskan oleh teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga (Santrock, dalam Mar at 2005). Dalam hubungan dengan teman sebaya pula, mereka mengembangkan sikap seksualitas mereka. Mereka mempelajari sikap-sikap seksual dan tingkah laku peran jenis kelamin, seringkali pembelajaran mereka tentang peran jenis kelamin memberikan artian yang berbeda, yaitu persepsi yang berbeda tentang kehidupan seksual remaja (Santrock, dalam Dariyo 2004) kalau hubungan seksual pada masa remaja merupakan bentuk kasih sayang dalam masa pacaran. Hal ini menjadikan banyak remaja yang mengalami atau melakukan pergaulan bebas. Pergaulan bebas dikalangan remaja itu sendiri dipicu oleh kurangnya peran orangtua dalam mengawasi anak-anak mereka. Sehingga kehamilan pra nikah yang dialami oleh sebagian remaja, mau tak mau mereka harus rela mengorbankan masa remaja mereka. 3
Kehamilan di luar nikah adalah cermin dari ketidakmampuan seorang remaja dalam mengambil suatu keputusan dalam pergaulannya dengan lawan jenis (Dariyo, 2004). Ketidakmampuan ini disebabkan karena rapuhnya keimanan yang dimiliki oleh seorang remaja, karena agama hanya dijadikan sebagai kedok atau topeng untuk mengelabui pacarnya, sehingga tak heran, kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan hubungan seksual pranikah (Santrok, dalam Dariyo 2004). Dampak akibat dari kehamilan remaja ini ternyata sangat kompleks, sehingga remaja merasa tertekan, stres dan seringkali tidak mampu menghadapinya dengan baik (Dariyo, 2004). Ini dikarenakan banyaknya konsekuensi dan akibat yang harus ditanggung oleh seorang remaja. Akibat dari masalah yang kompleks ini telah disebutkan diatas yaitu stres. Stres terjadi yang tidak diinginkan oleh semua orang, tetapi semua orang rentan terhadap stres. Hal ini karena stres terjadi, baik dari internal tubuh seperti penyakit yang tak kunjung sembuh atau eksternal tubuh. Menurut Nevid et, al (2003) stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Upaya tidak terjadi stres menuntut seorang individu untuk melakukan adaptasi atas masalah yang tengah dihadapinya. Terkadang individu yang tidak bisa beradaptasi dengan masalah tersebut, akan mengakibatkan terganggunya sistemsistem dalam dirinya, seperti tidak bisa mengontrol perilakunya atau munculnya perilaku maladaptif. Stres merupakan peristiwa normal pada setiap orang dari segala usia, ini disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi diri dari tekanan emosi (Mahsun, 2004). 4
Sumber stres sangat beragam, karena banyak hal yang terjadi di sekitar dapat memicu timbulnya stres, bahkan dapat memicu sebuah stres. Dalam penelitian ini peristiwa yang diakibatkan oleh perbuatan individu sehingga memicu munculnya stres adalah pernikahan muda atau seorang wanita remaja yang menjadi ibu muda, baik itu karena pernikahan yang sah atau disebabkan oleh pergaulan bebas yang mengakibatkan banyak kehamilah di luar nikah yang memaksa dilakukannya pernikahan muda. Fenomena pernikahan muda ini terlihat pada lingkungan sekitar yang wanita remajanya melakukan pernikahan di usia dini, pernikahan muda tersebut diakibatkan baik karena pergaulan yang bebas atau karena permintaan orangtua dari wanita tersebut. Pergaulan bebas yang tidak terkontrol oleh orangtua ini menyebabkan banyak wanita remaja hamil diluar nikah, sehingga membuat pernikahan di usia remaja menjadi hal yang harus dilakukan. Di sisi lain pemahaman orangtua akan pentingnya usia yang matang dalam pernikahan juga dapat menyebabkan pernikahan di usia muda, seperti contoh, orangtua si wanita meminta anaknya untuk cepat-cepat menikah agar mempunyai kehidupan yang lebih baik. Pernikahan muda ini membuat fase-fase kehidupan remaja wanita tersebut menjadi terganggu. Secara psikologis masa remaja adalah masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya sendiri, masa dimana terjadinya transisi dari masa anak ke fase dewasa, masa dimana mereka masih ingin bermain dengan teman sebaya mereka. Pernikahan muda ini mengakibatkan seorang anak remaja dipaksa untuk menjadi dewasa lebih awal, membuat mereka berpikir dan bertindak seperti orang yang telah 5
matang dan telah siap untuk mereka. Ini mengakibatkan kondisi yang menekan dalam dirinya sehingga mengganggu fungsi-fungsi kehidupannya. Kondisi yang menekan ini membuat para wanita remaja yang telah menjadi ibu muda menjadi stres dan sulit dalam menyelesaikan masalah-masalah sehari-hari, karena mereka tidak mampu berpikir dengan jernih, akibat banyak masalah yang menumpuk dalam dirinya. Bagi seorang remaja, melalui masa-masa ini sangatlah sulit bahkan cenderung membuat mereka depresi. Bagi seorang remaja, mereka sering mengaku tidak stres, karena mereka merasa masih dapat mengontrol kehidupannya. Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di tempat kerja,ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya (Hawari, 2008). Pernyataan diatas sudah jelas kalau stres tidak datang tiba-tiba, tetapi melalui suatu tahapan. Seorang remaja yang telah menikah muda, mungkin saja berpikir bisa mengatasi hal-hal atau masalah ketika mereka menjadi orang tua, tetapi lambat laun gejala stres tersebut akan muncul. Hal ini diakibatkan banyaknya hal yang kurang dipahami oleh seorang remaja yang telah menjadi ibu muda, seperti merawat anak, mengganti popok dan mengurus rumah sembari mengurus anak. Masalah-masalah yang begitu kompleks dalam diri seorang remaja yang telah menjadi ibu muda memaksa mereka untuk berpikir lebih jauh ke depan, sehingga memaksa seorang wanita remaja menjadi dewasa lebih dini. Hal ini harus mereka lakukan karena mereka perlu beradaptasi dengan situasi yang benar-benar baru, jika 6
mereka tidak beradaptasi dengan benar, mereka akan mengalami stres, sehingga mengganggu kehidupan mereka sendiri. Dukungan dari orangtua, atau suami yang mereka butuhkan guna menghindari stres yang berlebihan. Dukungan ini mereka butuhkan guna menghindari stres yang berujung tidak berfungsinya nilai-nilai kehidupannya. Karena dukungan sosial ini dapat membantu mereka dalam menghadapi masalah yang mereka jalani. Dengan adanya dukungan ini mereka dapat menjalani pola hidup yang teratur dan terhindar dari penyakit akibat menurunnya sistem imun yang disebabkan oleh stres. Dukungan yang berarti yang didapat oleh ibu muda dalam menghadapi segala masalahnya, dapat membuat wanita remaja yang telah menjadi ibu muda ini mampu mengendalikan masalahnya dan tidak membuat mereka menjadi stres serta mengganggu kehidupan mereka sehari-hari. Pengendalian terhadap stres yang mereka lakukan tidak hanya berasal dari faktor eksternal saja, seperti dukungan orangtua atau suami dapat berasal dari dalam diri mereka atau faktor internal. Pengendalian terhadap stres dari faktor internal dapat berupa penghindaran masalah, seperti mereka harus menghindari setiap masalah yang dapat membuat mereka stres atau mereka dapat belajar dari pengalaman bagaimana mereka melalui masalah tersebut. Pengendalian ini perlu mereka lakukan sebab hal ini dapat membantu mereka dalam mengontrol jalannya hidup mereka, jika tidak, mereka akan kehilangan kontrol dalam hidup mereka dan cenderung membuat mereka depresi. Hal ini harus 7
dihindari, karena mereka mempunyai kehidupan yang harus mereka tanggung jawabkan, seperti melayani suami, mengurus anak dan bersosialisasi 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah ibu muda cenderung memiliki stres? b. Apakah ibu muda dapat mengendalikan diri terhadap stres? c. Apakah ibu muda mendapat dukungan dalam mengatasi stres? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitan 1.3.1. Maksud Maksud dari penelitian ini adalah memberikan gambaran wanita remaja yang telah menjadi ibu muda memiliki kecenderungan stres. 1.3.2. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Stres yang dialami oleh ibu muda b. Pengendalian stres oleh ibu muda c. Dukungan dalam mengatasi stres yang dialami oleh ibu muda 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi perkembangan khususnya mengenai stres pada wanita remaja yang telah menjadi ibu muda. Kegunaan penelitian ini adalah : 8
a. Aspek teoritis, dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta memberikan manfaat bagi pengembangan khazanah keilmuan dalam psikologi terutama kajian psikologi yang berkaitan stres pada wanita remaja yang telah menjadi ibu muda. b. Aspek praktis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk membantu kecenderungan stres pada wanita remaja yang telah menjadi ibu muda, serta hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mungkin akan dilakukan oleh peneliti lain. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I Berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II BAB III Berisikan kajian teori yag digunakan dalam penelitian. Berisikan objek penelitian, metode penelitian, tahap-tahap pelaksanaan, teknik pengumpulan data, serta keabsahan dan keajegan. BA IV Berisikan gambaran umum subjek, serta membahas hasil penelitian. BAB V Berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran penelitian. 9
10