BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil industri manufaktur Indonesia kian merambat ke pasar dunia. World Bank memprediksi industri manufaktur tumbuh 40 persen tahun 2013. Perusahaanperusahaan software dan teknologi informasi berlomba masuk ke Indonesia. Pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh di bawah China dan India. Akan tetapi, dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk tiga besar. Industri manufaktur menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, pertumbuhan industri manufaktur meningkat sebanyak 6,4 persen dan telah berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto nasional sebanyak 20,8 persen atau Rp1.714 triliun pada tahun 2013. (mmindustri.co.id, 2013) Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Eksistensi perusahaan ditengah lingkungan dan masyarakat berdampak dalam dua kondisi, yaitu positif dan negatif. Dampak positif, antara lain keberadaan perusahaan ditengah lingkungan dan masyarakat seperti: menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, meningkatkan pendapatan, menyumbang pendapatan daerah dan negara, serta mendukung peningkatan ekonomi, dan lain-lain. Sementara, dampak negatif (negative externalities) antara lain keberadaan perusahaan di tengah lingkungan menimbulkan pencemaran baik tanah, air maupun udara, sehingga telah mengancam munculnya polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi, sampah nuklir, dan masih banyak lagi petaka lain sehingga menyebabkan stres mental dan kerugian pisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. (Suratno et al.,2006) 1
Sejak tahun 1970an, tekanan undang-undang lingkungan terus meningkat, secara luas berdampak terhadap biaya-biaya yang melekat pada regulasi. Pada tahun 1990an, perusahaan terus meningkatkan temuannya dalam beberapa hal yang dapat menciptakan nilai untuk para pemegang saham dan pelangan mereka dengan cara memenuhi regulasi yang ada. Isu-isu lingkungan secara langsung maupun tidak, telah masuk dalam performa ekonomi suatu usaha/kegiatan maupun organisasi (Ikhsan, 2009:5) Perusahaan manufaktur sangat berhubungan erat dengan lingkungan. Isu-isu lingkungan saat ini banyak dikaitkan dengan perusahaan manufaktur. Industri manufaktur yang dianggap merusak lingkungan mengikuti penilaian kinerja PROPER dengan tujuan meyakinkan para stakeholder agar memberikan apresiasi terhadap kinerja lingkungan perusahaan sehingga perusahaan tetap unggul di mata publik baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia yang listing di BEI sampai tahun 2013 berjumlah 170 perusahaan. (idx.co.id, 2013) 1.2 Latar Belakang Penelitian Di era ekonomi global seperti saat ini, banyak isu lingkungan bermunculan seperti global warming, eco-efficiency, dan kegiatan industri yang memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya telah menciptakan perubahan dalam lingkungan perusahaan baik internal maupun eksternal. Namun, lama kelamaan memang perusahaan dikenal juga sebagai binatang ekonomi yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar yang sukar dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, dan produksi makanan haram (Suratno et al.,2006). Adanya fakta permasalahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia menyebabkan sebuah lingkungan bisnis harus mampu mempertahankan proses bisnisnya sehingga perusahaan harus menerapkan 2
strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable development. Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi menjadi bukti awal bahwa kinerja lingkungan perusahaan di Indonesia masih buruk. Di Jawa Barat, permasalahan lingkungan akibat proses produksi perusahaan banyak ditemukan misalnya pada kasus pencemaran lingkungan di kabupaten Bandung yang menyebabkan sungai Citarum menjadi pelangi karena dipenuhi air limbah berwarna-warni hasil pencelupan industri tekstil dan mengeluarkan bau tidak sedap. (greenpeace.or.id, 2014) Pada Bulan Mei 2014 DAS Citarum masih dikeluhkan masyarakat karena mencemari lahan pertanian di kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang diduga disebabkan oleh pembuangan air limbah dari kegiatan industri yang berlokasi di wilayah Kabupaten Sumedang, yaitu PT Kahatex II, PT Insan Sandang Internusa Textile dan PT Five Star. Perkiraan luas lahan tercemar di Kecamatan Rancaekek seluas 752 ha dari total luas lahan baku sawah 983 ha. Verifikasi lapangan bersama antara BLH Kabupaten Bandung, BLH Kabupaten Sumedang, BPLHD Jawa Barat dan KLH, pada tanggal 12-14 September 2011, 4 Desember 2011 dan 9 11 Januari 2013. Hasil verifikasi lapangan menunjukkan ada indikasi kuat bahwa PT Kahatex II, PT Insan Sandang Internusa Textile dan PT Five Star membuang air limbah melebihi baku mutu lingkungan. (beritalingkungan.com, 2014) Adanya berbagai kebijakan di bidang lingkungan inilah yang kemudian menjadi awal berkembangnya suatu konsep yang bertujuan untuk menemukan solusi atas pemenuhan tujuan bisnis dan penyelesaian masalah lingkungan yang dinamakan dengan eco-efficiency. Prinsip ini mempelajari bagaimana organisasi dapat memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat, sekaligus secara simultan mengurangi dampak lingkungan yang negatif, konsumsi sumber daya maupun biaya, melalui peningkatan efisiensi yang berasal dari perbaikan kinerja lingkungan Konsep ini mengandung paling tidak tiga pesan penting. Pertama, perbaikan kinerja ekologi 3
dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi. Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan (competitiveness). Ketiga, eco-efficiency adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan yang berkesinambungan (sustainable development) (Hansen & Mowen, 2009:410). Eco-control merupakan bentuk pengendalian ekologi yang meliputi pengukuran kinerja, anggaran dan insentif. Eco-control memungkinkan untuk menghitung tindakan lingkungan dan integrasi perhatian lingkungan dalam rutinitas organisasi (Henri dan Journeault, 2010). Dengan memberikan informasi keuangan dan ekologi yang tepat, eco-control mendukung efektifitas manajemen sumberdaya dan kinerja lingkungan (Henri dan Journeault, 2010) Dari sudut ekonomi, eco-control dapat mendukung kinerja ekonomi dengan memberikan informasi tambahan. Dengan memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan manajerial dan isu lingkungan yang tidak secara penuh didapat dari hasil akhir lingkungan, eco-control dapat meningkatkan kontrak atau perjanjian dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja ekonomi (Banker dan Datar, 1989; Feltham dan Xie, 1994 ; Hemmer, 1996; Said et al., 2003). Berdasarkan sumberdaya (Barney, 1991; Wernerfelt, 1984), eco-control dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan dan memperbaiki kemampuan pengendalian organisasi terhadap pencapaian keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan kinerja yang terbaik (Henri,2006b). Konsep ini juga sejalan dengan konsep triple bottom line yang dikemukakan oleh Elkington (1999) yang terdiri atas profit, planet, people atau 3P. Penelitian Epstein dan Wisner (2005) juga memperoleh temuan bahwa ketaatan lingkungan memiliki pengaruh positif dengan berbagai eco-control, yang meliputi perencanaan dan prosedur, sistem kepercayaan, sistem pengukuran dan sistem reward. Tetapi, hasil penelitian Lanen (1999) tidak menemukan adanya hubungan antara insentif untuk memantau kinerja pabrik dan rasio limbah. Kebijakan-kebijakan lingkungan yang diadopsi oleh banyak negara selama 25 tahun terakhir telah menunjukkan evolusi yang tetap. Awalnya sebuah perusahaan 4
akan menetapkan kebijakan yang berfokus pada hal-hal yang cenderung berhubungan dengan dampak langsung dari proses bisnis suatu perusahaan seperti membersihkan polusi yang ada dan mencoba untuk mengurangi polusi dari sumber titik pembuangan, kemudian strategi manajemen berpindah ke arah modifikasi prosesproses produksi sehingga dapat meminimalkan jumlah polusi yang dihasilkan (andietri.tripod.com). Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah melakukan pemeringkatan kinerja lingkungan perusahaan melalui suatu program yang dinamakan Program for Pollution Control, Evaluation and Rating atau PROPER. Penting dan besarnya risiko terkait dengan sustainability mendorong perlu ditemukannya pilihan metode-metode pengendalian baru, terutama untuk menciptakan transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial bagi para pemangku kepentingan (Global Reporting Initiative, 2006). Dalam mendukung harapan ini, sudah selayaknya dapat mendorong sebuah perusahaan untuk melakukan proses bisnis dengan memperhatikan dampak yang akan terjadi dari proses tersebut. Kinerja lingkungan berhubungan dengan faktor-faktor non keuangan serta faktorfaktor keuangan seperti kinerja keuangan, harga saham dan biaya modal. Kinerja ekonomi adalah kinerja perusahaan-perusahaan secara relatif dalam suatu industri yang sama yang ditandai dengan return tahun berjalan (Ari Retno Handayani, 2010). Al-Tuwaijri, et al. (2004) menemukan adanya hubungan positif signifikan antara economic performance dengan environmental performance. Tetapi, hasil penelitian Sarumpaet (2005) memberikan bukti empiris tidak ada hubungan yang signifikan antara environmental performance dan economic performance perusahaan, akan tetapi ukuran perusahaan berhubungan secara signifikan terhadap environmental performance. 5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari beberapa hasil penelitian untuk variable penelitian yang sama, sehingga penulis termotivasi untuk melakukan pengujian kembali mengenai Pengaruh Eco-control terhadap Economic Performance dengan Environmental Performance sebagai variabel intervening 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah yang diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan eco-control, pencapaian environmental performance dan pencapaian economic performance? 2. Apakah eco-control memiliki pengaruh positif terhadap economic performance? 3. Apakah eco-control memiliki pengaruh positif terhadap environmental performance? 4. Apakah environmental performance berpengaruh positif terhadap economic performance? 5. Apakah eco-control berpengaruh positif terhadap economic performance dengan environmental performance sebagai variabel intervening? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menyelidiki eco-control, environmental performance dan economic performance. 2. Untuk menyelidiki apakah eco-control memiliki pengaruh terhadap economic performance. 3. Untuk menyelidiki apakah eco-control memiliki pengaruh terhadap environmental performance. 6
4. Untuk menyelidiki apakah environmental performance berpengaruh positif terhadap economic performance 5. Untuk menyelidiki apakah eco-control berpengaruh positif terhadap economic performance dengan environmental performance sebagai variabel intervening. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk penelitian berikutnya yang berkenaan dengan akuntansi manajemen lingkungan dan dapat pula menjadi sumber informasi untuk memperluas ilmu. 1.5.2 Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang bermanfaat untuk pihak lainnya, antara lain: a) Bagi investor penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh eco-control dan kinerja lingkungan terhadap kinerja ekonomi pada perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia sehingga dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat. b) Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan masukkan agar dapat digunakan untuk meningkatkan performa perusahaan yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi lingkungan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab-sub bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga 7
layak untuk diteliti disertai dengan argumen teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapkan dengan ringkas, jelas dan padat mengenai eco-control, environmental performance, dan economic performance. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan hasil analisis penelitian dan saran dari hasil penelitian ini. 8