BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Di Indonesia, preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50%. Eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 persen dari total kematian maternal (Djannah dan Arianti, 2010). Komplikasi dan risiko persalinan preterm akibat preeklampsia dibanding kehamilan normal meningkat 7,5 kali, sedangkan resiko kematian perinatal 1
meningkat 3,1 kali dan menyumbang 5% sampai 10% dari seluruh kelahiran preterm (Nurfianto, 2004). Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelets) adalah varian dari preeklampsia berat yang sering dikaitkan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Sindroma HELLP dilaporkan 20% terjadi pada wanita dengan preeklampsia berat dan 10% timbul sebelum umur kehamilan 27 minggu (Hawa, 2009). Angka mortalitas maternal yang disebabkan sindroma HELLP mencapai 24%, sedangkan mortalitas perinatal akibat sindroma HELLP antara 6,6% dan 60% (Kim et al., 2006). Kematian perinatal tersebut sering dikaitkan dengan usia gestasi saat persalinan. Bersama dengan pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, dan berat badan janin yang rendah, kelahiran preterm memberikan persentase kematian bayi sebesar 38,85% (Depkes RI, 2005). Penelitian Yildirim et al. (2011) dan Kim et al. (2006) menerangkan bahwa bayi dari ibu penderita preeklampsia dengan komplikasi sindroma HELLP dilahirkan dengan usia kehamilan yang lebih rendah bila 2
dibandingkan dengan penderita eklampsia ataupun penderita preeklampsia berat. Melihat betapa besarnya masalah yang dapat disebabkan oleh preeklampsia berat, baik itu dengan maupun tanpa sindroma HELLP, maka cukup penting untuk melakukan penelitian mengenai komplikasi yang ditimbulkan, khususnya kelahiran preterm. I.2. Perumusan Masalah Bagaimana perbandingan angka kejadian kelahiran preterm pada bayi dari ibu preeklampsia berat dengan atau tanpa komplikasi sindroma HELLP? I.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbandingan angka kejadian kelahiran preterm pada preeklampsia berat dengan sindroma HELLP dengan preeklampsia berat tanpa sindroma HELLP. I.4. Manfaat Penelitian Bagi RSUP Dr. Sardjito 1. Memberikan data mengenai angka kelahiran preterm pada ibu preeklampsia berat dengan dan tanpa sindroma HELLP. 3
2. Dengan adanya data dapat menjadi pertimbangan rumah sakit untuk meningkatkan sarana, prasana, dan tenaga kesehatan sehingga penanganan pada bayi dan ibu menjadi lebih baik. Bagi Penulis 1. Merupakan proses pembelajaran untuk melakukan penelitian dengan metode yang benar. 2. Merupakan proses pembelajaran untuk menganalisis data dan menulis laporan. I.5. Keaslian Penelitian Melalui penelusuran kepustakaan, telah ditemukan banyak penelitian yang membahas tentang keluaran bayi dari ibu penderita preeklampsia dengan komplikasi sindroma HELLP. Namun belum ada yang membandingkan angka kejadian kelahiran preterm antara preeklampsia berat dengan sindroma HELLP dan preeklampsia berat tanpa sindroma HELLP, khususnya di RSUP Dr. Sardjito. Penelitian-penelitian yang ada menyebutkan bahwa bayi dari ibu preeklampsia dengan sindroma HELLP memiliki usia gestasi yang lebih rendah saat dilahirkan bila dibandingkan dengan preeklampsia tanpa sindroma HELLP. Angka mortalitas dan morbiditas akibat sindroma 4
HELLP pada bayi bergantung pada usia gestasi saat kelahiran. Nurfianto (2004) melakukan penelitian tentang luaran bayi preterm pada kasus preeklampsia. Siti Rahmayanti (2013) melakukan penelitian tentang keluaran perinatal dari ibu penderita sindroma HELLP dan sindroma HELLP parsial. HY Kim (2006) membandingkan outcome setelah kelahiran preterm pada sindroma HELLP dan bukan sindroma HELLP. 5