I. PENDAHULUAN. pesisir. Tanaman kelapa dapat digunakan baik untuk keperluan pangan maupun

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KELAPA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

IV. TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA DI NUSA TENGGARA TIMUR

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI INDONESIA: KENDALA DAN PROSPEK

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pe n g e m b a n g a n

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

ANALISIS PRODUKTIVITAS KOMODITI KELAPA KABUPATEN SARMI. Risky Novan Ngutra 1 Charlota Stella Kakisina 2

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1, Hal , Januari-April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuhan kelapa dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Tanaman kelapa dapat digunakan baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa bisa di manfaatkan untuk kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa dijuluki sebagai The Tree of Life (pohon kehidupan), karenanya tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida. Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan hibrida. Setiap varietas dibagi lagi dalam beberapa jenis (Samosir, 1992). Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia yang tersebar pada ketinggian 0-700 m dpl, pada tanah mineral sampai tanah gambut, beriklim basah sampai kering. Areal terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Sumatera (32,8%), Jawa dan Bali (26,2%), serta Sulawesi (18,4%). Jika dilihat dari luas wilayah dalam hubungannya dengan luas areal kelapa yang ada maka potensi pengembangan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sebaran tanaman kelapa terdapat diseluruh kepulauan Indonesia, pada tahun 2005, total areal meliputi 3,29 juta ha, yakni terdistribusi di pulau Sumatera 1

33,8%, Jawa 22,4%, Bali, NTB dan NTT 5,9%, Kalimantan 6,8%, Sulawesi 22,1%, Maluku dan Papua 9%. Walaupun sebarannya cukup merata, namun produktivitasnya masih rendah. Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai 2.700 4.500 kelapa butir yang setara 0,8 1,2 ton kopra/ha. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan menjadi 6.750 butir atau setara 1,5 ton kopra. Selain itu, potensi kayu kelapa yang dapat dihasilkan sebesar 200 juta m 3. Produktivitas aktual perkebunan kelapa rakyat masih sangat rendah karena diusahakan secara tradisional. Perkembangan usahatani kelapa sangat lambat atau tidak ada perkembangan sama sekali dan nilai tukar produk utama kelapa malah menurun dengan munculnya substitusi dari komoditas lain. Lambatnya perkembangan usahatani kelapa bukanlah disebabkan tidak tersedianya teknologi, tetapi lebih ditentukan oleh status petani dan status kelapa itu sendiri. Tingkat pendidikan, wawasan, dan ekonomi petani sangat mempengaruhi perkembangan usahatani kelapa, demikian pula dengan asal muasal dari kebun tersebut. Petani yang memperoleh kebun kelapa dari warisan biasanya hanya memungut hasilnya saja, tidak akan memperhatikan pemeliharaannya. Berbeda dengan petani yang membangun kebun kelapa dengan menanam sendiri akan mengurus kebunnya dengan baik. Menurut Kementerian Pertanian (2010), perkebunan kelapa di Indonesia sebagian besar masih merupakan perkebunan rakyat, meskipun ada juga yang merupakan perkebunan negara dan swasta. Pada periode tahun 1970-2009 luas areal perkebunan kelapa di Indonesia menunjukkan pola peningkatan yang cukup konsisten. Pola perkembangan luas areal kelapa Indonesia menyerupai 2

pola perkembangan luas areal perkebunan kelapa rakyat karena sekitar 98% areal pertanaman kelapa diusahakan oleh rakyat (PR) sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS). Pada kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan luas areal kelapa di Indonesia sebesar 1,95% per tahun. Peningkatan luas areal kelapa yang cukup tinggi umumnya terjadi sebelum tahun 1997 (sebelum terjadinya krisis moneter), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,68% per tahun. Setelah tahun tersebut luas areal kelapa masih meningkat tetapi lebih lambat, yaitu rata-rata sebesar 0,33% per tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Dan Kontribusi Luas Areal Dan Produksi Kelapa Di Indonesia, 1970-2009 Tahun Luas Areal Produksi PR 1) PBN 2) PBS 3) Total PR 1) PBN 2) PBS 3) Total Pertumbuhan (%) 1970-2009 1,93 0,78 10,44 1,95 2,61 10,14 18,00 2,66 1970-1997 2,58 7,06 15,68 2,68 3,02 19,31 24,07 3,13 1998-2009 0,47-13,34-1,35 0,33 1,68 4,32 4,32 1,59 Kontribusi (%) 1970-2009 97,69 0,46 1,84 100,00 98,09 0,37 1,55 100,00 1970-1997 97,62 0,60 1,79 100,00 98,51 0,47 1,02 100,00 1998-2009 97,83 0,23 1,94 100,00 97,48 0,21 2,31 100,00 Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin Keterangan: 1) PR= Perkebunan Rakyat 2) PBN= Perkebunan Besar Negara 3) PBS= Perkebunan Besar Swasta Tahun 2009: Angka Sementara Berdasarkan jenis pengusahaannya, perkembangan luas areal kelapa PR juga lebih stabil dibandingkan luas areal kelapa yang diusahakan oleh PBN dan PBS. Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR rata-rata sebesar 3

2,58% per tahun, PBN sebesar 7,06% per tahun dan PBS sebesar 15,68% per tahun. Setelah tahun 1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR melambat menjadi sebesar 0,47% per tahun, sedangkan luas areal kelapa PBN dan PBS turun masing-masing sebesar 13,34% per tahun dan 1,35% per tahun. Dari sisi status pengusahaannya, produktivitas kelapa PR relatif lebih stabil dan lebih tinggi dibandingkan produktivitas kelapa PBN. Produktivitas kelapa Indonesia terbaik ada di jenis pengusahaan PBS dengan rata-rata produktivitas sebesar 1,28 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya produksi kelapa dalam negeri masih dapat ditingkatkan dengan upaya budidaya yang lebih intensif. Produktivitas kelapa di Indonesiadapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Perkembangan Produktivitas Kelapa Di Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 2004-2009 Tahun PR (ton/ ha) Pertumb (%) PBN (ton/ ha) Ratarata 1,13 1,11 1,06 12,02 1,28 9,75 1,13 1,22 Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin Keterangan: 1) PR= Perkebunan Rakyat 2) PBN= Perkebunan Besar Negara 3) PBS= Perkebunan Besar Swasta Tahun 2009: Angka Sementara Pertumb (%) Produktivitas PBS (ton/ ha) Pertumb (%) Indonesia (ton/ha) Pertumb (%) 2004 1,09 1,11 1,03 1,09 2005 1,11 1,34 0,84-23,85 1,36 31,92 1,11 1,09 2006 1,12 0,58 0,67-21,08 1,02-24,66 1,12 1,27 2007 1,14 2,35 0,79 18,21 1,34 30,83 1,14 2,30 2008 1,16 1,98 1,47 86,68 1,45 8,26 1,17 2,10 2009 *) 1,16-0,68 1,47 0,16 1,48 2,40 1,16-0,63 Menurut Asean and Pacific Coconut Community (APCC), Indonesia merupakan negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan jumlah produksi pada tahun 2001 mencapai 3,0 juta MT ton setara kopra. Pesaing utama adalah 4

Filipina dan India dengan produksi masing-masing sebesar 2,8 juta ton dan 1,8 juta ton pada tahun yang sama. Sebagian besar (> 90%) kelapa dalam di Indonesia dipasarkan (dieskpor) ke negara-negara Asia diantaranya Cina dan Malaysia. Sedangkan Negara Eropa yang mengimpor kelapa dari Indonesia diantaranya Belanda dan Rusia. Dari tahun ke tahun ekspor kelapa Indonesia terus mengalami peningkatan. Walaupun sebaran tanaman kelapa di Kalimantan hanya 6,8%, tetapi potensinya juga memberikan kontribusi yang penting untuk penyediaan pangan dan sebagai bahan baku industri pengolahan. Salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Timur. Tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional Kalimantan Timur, tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman perkarangan maupun yang diusahakan dalam hamparan yang cukup luas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun 2011 (Angka Sementara) tercatat sebanyak 30.250 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 25.172 ton/luasan total. Produksi dari tanaman kelapa rakyat tersebut diatas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kelapa segar masyarakat di dalam daerah. Perkembangan data statistik, produksi, produktivitas dan tenaga kerja perkebunan Kalimantan Timur komoditi kelapa tahun 2000-2011 (http://perkebunan.kaltimprov.go.id/komoditi-2-kelapa-dalam.html.21-2-2012) dapat dilihat pada Tabel 1.3. dan 1.4. 5

Tabel 1.3. Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Kelapa Tahun Luas TM (ha) Luasan Total (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kg/ha) TKP (Orang) 2012 23.338,00 30.712,00 23.562,00 1.010,00 26.331 2011 23.615,00 29,804,00 26.134,00 1.107,00 25.944 2010 23.867,00 29.983,00 27.994,00 1.172,92 30.469 2009 24.816,50 33.308,50 29.250,00 1.178,65 38.758 2008 25.273,50 33.416,00 32.007,00 1.266,43 40.069 2007 25.910,00 35.057,50 33.907,00 1.309,00 43.806 2006 37.437,00 47.807,50 44.111,50 1.178,29 49.691 2005 36.388,00 45.643,00 45.030,00 1.237,50 55.557 2004 37.385,00 46.307,50 44.700,50 1.195,68 55.590 2003 34.870,00 49.466,00 40.830,50 1.170,93 57.461 2002 35.474,50 53.588,50 40.649,00 1.145,87 63.270 2001 34.766,50 53.564,50 41.883,50 1.204,71 69.254 2000 34.708,50 51.584,50 31.332,00 902,72 67.776 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2013) Keterangan : Luas TM: Luas Tanaman Menghasilkan Jika kita lihat dari Tabel 1.3.. produksi dan produktivitas kelapa di Kalimantan Timur cukup fluktuatif. Rata-rata pendapatan petani yang mengusahakan kelapa yang sudah berproduksi per hektarnya berkisar Rp 23.809.500,- hingga Rp 28.571.400,- per hektar per tahun (dengan asumsi: populasi tanaman 143 pohon per hektar dengan jumlah buah 75-90 butir per pohon per tahun dan harga jual kelapa Rp 2.220,- per butir). Untuk perkembangan produksi dan produktivitas kelapa tiap kabupaten dan kota di Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 1.4. 6

Tabel 1.4. Luas Areal, Produksi dan Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota 2010 Kabupaten/Kota Luasan Produksi Produktivitas TKP (Orang) Total (Ha) (ton) (kg/ha) Samarinda 886 523 785 4.789 Balikpapan 1.574 2.032 2.341 1.291 Kutai 9.665 5.086 648 4.058 Kartanegara Kutai Barat 1.270 244 444 1.435 Kutai Timur 2.150 3.388 1.999 4.051 Bontang 26 7 304 30 Paser 4.133 7.704 2.119 5.788 Penajam P.U 4.823 2.950 676 1.572 Berau 2.594 2.537 1.178 3.310 Bulungan 1.068 1.222 1.252 1.266 Malinau 35 6 462 25 Nunukan 1.090 1.899 3.093 2.470 Tana Tidung 42 21 1.050 99 Tarakan 627 375 852 285 Tahun 2010 29.983 27.994 1.172,92 30.469 Sumber : Bagian Perencanaan Program (2012) Melihat latar belakang di atas, kelapa mempunyai peluang agribisnis hulu maupun hilir yang cukup potensial, maka peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO), oleochemical (OC), dessicated coconut (DC), coconut milk / cream (CM/CC), coconut charcoal (CCL), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini, kelapa bisa digunakan sebagai bahan tenaga listrik yaitu dari buah kelapa yag diolah menjadi biofuel. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatan 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk buah segar atau kopra. Hal ini senada dengan data dari Deptan (2007) bahwa Profil usaha produk- 7

produk akhir kelapa yang sudah mulai berkembang hingga saat ini antara lain nata de coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut (Tabel 1.5) menunjukkan kelayakan usaha yang tinggi. Akhir-akhir ini telah berkembang pula virgin coconut oil (VCO) yang merupakan makanan suplemen dan juga obat. Beberapa hambatan yang diperkirakan muncul seperti kontinuitas pasok bahan baku ternyata dapat diatasi sehingga industri masih bertahan dengan kondisi yang baik. Bila pengembangan dapat dilaksanakan secara terpadu maka pasok bahan baku akan lebih terjamin. Tabel 1.5. Profil Usaha Beberapa Produk Akhir Kelapa Produk Akhir Skala *) NPV (Rp.Juta) B/C IRR (%) PBP (th) Nata de Coco Kecil 953 1,32 32 1 Coconut Fiber Menengah 2.462 2,30 52,4 2 Activated Carbon Menengah 2.924 1,12 21 4 Brown Sugar Kecil 1.396 2,45 73 1 Desiccated Coconut Besar 8.670 1,54 22 4 *) Investasi Skala Kecil : maks Rp 1 miliar, Menengah : maks Rp 10 miliar, Besar : lebih dari Rp 10 miliar. 1.2. Rumusan Masalah Kebijakan pembangunan perkebunan saat ini pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti: peremajaan, rehabilitasi, perbaikan mutu tanaman, penganekaragaman jenis dan pemanfaatan lahan transmigrasi perkebunan, lahan kering dan rawa yang ditangani secara intensif. Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan taraf hidup petani. Dalam jangka panjang arah kebijakan pengembangan usaha agribisnis kelapa adalah Mewujudkan agribisnis kelapa yang berdaya saing dan 8

berkeadilan yang dapat memberikan tingkat kesejahteraan secara berkelanjutan bagi pelaku usahanya. Untuk itu, diperlukan program jangka panjang yang ditempuh melalui beberapa tahapan implementasi program lima tahunan (jangka menengah). Program jangka panjang ini dirumuskan berdasarkan pemanfaatan potensi sumberdaya utama (exsisting area, sdm petani, dan lahan) yang ada didukung dengan potensi sumber daya penunjang (pendanaan, sarana pengolahan, pemasaran, infrastruktur, dan lain-lain.) yang memungkinkan dan berpotensi untuk diintegrasikan dan dikonsolidasikan dalam program pengembangan jangka panjang komoditi kelapa. Salah satu fokus kebijakan pengembangan agribisnis kelapa adalah pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah kelapa. Kebijakan ini dimaksudkan agar produk kelapa Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (kopra), tapi dalam bentuk hasil olahan, sehingga nilai tambah dapat dinikmati di dalam negeri. Dalam Grand Strategi Dewan Kelapa Indonesia (DKI), penerapan kebijakan pengembangan industri hilir ini ditempuh antara lain melalui: a. Mempersiapkan Indonesia sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan mengembangkan usaha agribisnis kelapa yang berdaya saing dengan proyeksi produksi (setara kopra) sekitar 4 juta ton. b. Produktivitas tanaman dapat ditingkatkan dari 1,1, menjadi 1,5 ton setara kopra/ha/tahun. c. sekitar 20% dari total areal tanaman kelapa merupakan tanaman kelapa yang berasal dari bibit unggul. 9

d. Jumlah dan jenis produk kelapa yang diproduksi dan diekspor lebih banyak dan beragam, pemanfaatan hasil samping (batang kelapa) dan limbah (tempurung, air dan sabut) semakin berkembang. e. Pendapatan petani dari usahataninya dapat ditingkatkan minimal 1.00 US $/KK/tahun f. Harga produk di tingkat petani 75% dari harga Free On Board (FOB) untuk setiap jenis produk yang diekspor g. Kebutuhan pupuk untuk perluasan dan peremajaan adalah urea sebanyak 78.650 ton, Sp.36 sebanyak 58.850 ton. h. Penerapan Good Agriculture Product (GAP) dan Good Handling Product (GHP) serta zero waste product secara konsisten. i. Petani dikonsolidasikan dalam kelembagaan usaha yang efektif (koperasi) j. Kemampuan petani dalam mengantisipasi perubahan/permintaan pasar meningkat. k. Tersedianya sumber dana untuk membiayai peremajaan kelapa l. Pelaksanaan intensifikasi, peremajaan, pengembangan, diversifikasi dan pembangunan unit pengolahan. Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Saat ini ekonomi Indonesia mempunyai masalah yang krusial dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah pergerakan sektor riil tidak optimal sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini, 10

khususnya pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan keberanian pemerintah melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, menurut Dewan Kelapa Indonesia (DKI), ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis kelapa di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Produktivitas tanaman kelapa rendah yaitu sekitar 1,1 ton/ha setara kopra atau sekitar 50% dari potensi produksinya b. Kondisi tanaman sudah tua dan tidak produktif sekitar 438 ribu ha (11,58% dari total areal kelapa) c. Sekitar 98,225 perkebunan kelapa merupakan perkebunan rakyat dengan kepemilikan lahan terbatas, pemanfaatannya belum optimal serta penerapan teknologi yang belum utuh. d. Struktur industri perkelapaan saat ini belum terpadu dan hampir seluruhnya masih bersifat parsial, sehingga nilai tambahnya belum optimal. e. Ekspor sebagian besar masih dalam bentuk produk primer. f. Hasil samping dan limbah belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum dapat dihasilkan nilai tambah yang berarti secara ekonomi, baik di tingkat petani maupun ditingkat prosesor. g. Jenis produk turunan kelapa yang baru dapat dihasilkan masih terbatas dibanding negara produsen kelapa lain, seperti Philipina, telah dapat mengembangkan sebanyak lebih dari 100 jenis produk. 11

h. Penanganan agribisnis perkelapaan masih tersegmentasi/sektoral, belum dan cenderung merugikan posisi petani kelapa sebagai penghasil produk primer. i. Pengelolaan usaha belum dilakukan secara optimal, sehingga masih banyak potensi sumberdaya belum termanfaatkan serta belum dapat memberikan jamninan pendapatan yang layak bagi petani kelapa. j. Persaingan dengan minyak nabati lainnya, khususnya kelapa sawit telah menekan pengembangan tanaman kelapa. k. Tidak tersedianya kredit murah untuk peremajaan tanaman tua dan rusak. Permasalahan tersebut di atas juga dialami oleh petani kelapa dalam di wilayah perbatasan. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Pembangunan Ekonomi dan Percepatan Pertumbuhan Perekonomian Perbatasan Berbasis Kerakyatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan ketahanan di daerah perbatasan. Kualitas sumber daya manusia ataupun tingkat kesejahteraan yang rendah akan mengakibatkan kerawanan terutama dalam hal yang menyangkut masalah sosial dan pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas nasional secara keseluruhan. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan taraf hidup masyarakat di daerah perbatasan. Kondisi perbatasan di Indonesia yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik antara kawasan perbatasan kontinen dan laut, maupun antar perbatasan di wilayah daratnya sendiri, sehingga masing-masing memerlukan kebijakan khusus dan strategi serta pendekatan yang berbeda. Khususnya di wilayah perbatasan 12

Kalimantan Timur, potensi sumberdaya alam dan yang berasal dari pintu-pintu masuk (border gates) di wilayah-wilayah tersebut sampai saat ini belum terkelola dengan baik sehingga cenderung belum memberikan kesejahteraan ekonomi yang memadai bagi masyarakat diwilayah-wilayah perbatasan. Panjang wilayah perbatasan Kalimantan Timur dengan Sabah dan Sarawak sepanjang lebih kurang 850 km meliputi 3 (tiga) daerah kabupaten yaitu: Kutai Barat, Malinau dan Nunukan yang meliputi 9 kecamatan. Menurut data dari Bappenas (2006), perekonomian di wilayah perbatasan Kalimantan masih didominasi oleh sektor Pertanian. Hal ini bisa dilihat dari persentase terhadap total PDRB di tiap-tiap kabupaten. Akan tetapi Sektor perdagangan yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan dengan Malaysia masih terbatas pada komoditas hasil hutan dan hasil perkebunan saja. Itupun pada umumnya dilakukan secara tidak resmi (illegal) sehingga mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah. Selain itu transaksi yang dilakukan di sana menggunakan dua nilai mata uang yaitu rupiah dan ringgit, akan tetapi nilai tukar ringgit tidak menggunakan nilai tukar resmi yang satiap hari berubah tetapi ditetapkan sebesar tiga ribu rupiah setiap satu ringgitnya. Oleh karena itu dirasa penting untuk melakukan penelitian Efisiensi Produksi dan Pemasaran Serta Daya Saing Komoditi Kelapa Dalam Di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur sehingga dapat dihasilkan suatu hasil penelitian yang holistik untuk melihat komoditi ini dalam mendukung ketersedian bahan baku pangan maupun non pangan dalam negeri maupun luar negeri serta pertahanan negara yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani, 13

local capacity building dan pendapatan daerah, khususnya di daerah perbatasan Kalimantan Timur bagian utara secara menyeluruh. Dari uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang mendasari penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? 2. Bagaimana efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran, integrasi pasar dan transmisi harga? 3. Bagaimana daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditi kelapa? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian tentang Efisiensi Produksi dan Efisiensi Pemasaran Serta Daya Saing Komoditi Kelapa Dalam Di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur bertujuan untuk: 1. Mengetahui efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Mengetahui efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran, integrasi pasar dan transmisi harga. 3. Mengetahui daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditi kelapa. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 14

1. Memberikan gambaran secara menyeluruh tentang potensi komoditi kelapa baik produksi dan produktivitasnya serta pasarnya di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. 2. Memberikan gambaran tentang daya saing komoditi kelapa 3. Dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kebijakan pembangunan daerah dalam membaca peluang di era globalisasi dan otonomi daerah. 4. Dapat mendorong industrialisasi (agroindustri) di tingkat daerah khususnya industri di bidang pertanian untuk berkompetisi secara internasional sehingga dapt meningkatkan pendapatan masyarakat. 5. Dapat menciptakan sinergi antara kekuatan ekonomi lokal berbasis sumberdaya lokal dan kekuatan ekonomi global. 1.5. Keaslian dan Kebaruan Penelitian Penelitian tentang usahatani kelapa memang sudah banyak dilakukan, baik dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya saingnya, namun masih dilakukan secara terpisah. Akan tetapi dalam penelitian ini, dilakukan penelitian tentang komoditi kelapa secara holistik baik dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya saingnya dan juga lokasi penelitian yang diambil masih belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis untuk komoditi yang sama yaitu kelapa. 15