BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

Fajrizka Program Studi Rekam Medis dan Informasi kesehatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul-Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata mencari keuntungan. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Friedrich Ebert Stiftung ( Paham JKN Jaminan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen. mendapatkan pelayanan gawat darurat. 2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan bisa menjalani aktifitas kehidupannya dengan baik.

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB I PENDAHULUAN. tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk. sistem informasi manajemen rumah sakit. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

Malang, Juni Penulis. iii

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembar Pertanyaan. 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan?

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

yang sangat stategis dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Abdelhak, 2010). Oleh sebab itu pekerja dan manajer dalam bidang kesehatan perlu memahami

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

Kelengkapan Resume Medis dan Kesesuaian Penulisan Diagnosis Berdasarkan ICD-10 Sebelum dan Sesudah JKN di RSU Bahteramas

HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes, 2010). Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu, tidak hanya dari segi pelayanan medis tetap juga dari segi informasi medis yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh informasi medis yang bermutu sangat bergantung pada proses pengumpulan dan pengolahan data medis yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, penyelenggaraan rekam medis memiliki peran yang sangat penting. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes No. 269/MenKes/Per/III/2008). Satu diantara kegiatan penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan koding. Koding adalah proses kegiatan pengklarifikasian data dan penentuan kode dengan nomor / alphabet / alfa numerik unuk mewakilinya (Kemenkes, 2013). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan kode diagnosis ada 3 yaitu, tenaga medis (dokter pemberi diagnosa), tenaga kesehatan lainnya, dan tenaga rekam medis/koder (Kresnowati, dkk, 2013). Koder adalah seseorang yang bertugas memberi kode penyakit dan bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang ditetapkan. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan informasi Kesehatan kompetensi yang harus dimiliki oleh perekam medis adalah klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis. Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit yang sejenis ke dalam satu grup nomor kode penyakit sesuai dengan International Statistical Classification of

Disease and Related Health Problem revisi 10 (ICD-10) untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan International Classification of Disease Clinical Modification revisi 9 (ICD-9CM) untuk prosedur atau tindakan medis yang merupakan klasifikasi komprehensif (Hatta, 2012). Ketepatan kode diagnosis pada rekam medis digunakan sebagai dasar pembuatan laporan. Apabila tidak terkode dengan akurat mengakibatkan informasi yang dihasilkan akan mempunyai tingkat validasi yang rendah. Hal ini tentu akan mempengaruhi pembuatan pelaporan morbiditas, mortalitas dan berpengaruh terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (Rismayanti dkk, 2014); jumlah pembayaran klaim juga akan berbeda tentunya akan merugikan pihak penyelenggara asuransi, pasien maupun rumah sakit (Pujihastuti, 2013); koding yang akurat mutlak diperlukan dalam rangka penjaminan kualitas pelayanan, karena erat terkait aspek legal, reimbursement dan manajemen pelayanan (Widawati dkk, 2014). Penyebab koder belum dapat mengkode penyakit secara tepat adalah kurang telitinya koder dalam menganalisis lembar-lembar rekam medis rawat inap seperti anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan lembar-lembar rekam medis lainnya yang dapat memberikan informasi tambahan terkait dengan diagnosa utama; koder lebih bergantung pada buku bantu yang dibuat sendiri. Buku ini didasarkan pada kasus yang sering terjadi tanpa menganalisis kembali dan tidak ditelusuri dengan teliti kode diagnosanya (Setianto, 2012); tulisan diagnosa yang ditetapkan oleh dokter tidak terbaca sehingga menyulitkan koder dalam memberikan kode diagnosa, penggunaan singkatan yang tidak baku dalam penulisan diagnosa (Rismayanti dkk, 2014); SPO tentang pengkodean tidak terlaksana dengan benar menyebabkan pengkodean tidak dilakukan dengan tepat, kurang lengkapnya sarana kerja seperti kesediaan buku ICD vol 1,2 dan 3, buku termonologi medis dan kamus kedokteran, kurangnya pelatihan khusus kepada koder tentang cara tepat pengkodean (Bakhtiar, 2015); dilihat dari segi pendidikan masih terdapat koder yang merupakan lulusan D3 Non rekam

medis dan belum pernah melakukan pelatihan secara resmi, mereka belajar secara autodidak atau belajar dari rekan kerja yang lulusan D3 rekam medis, kurangnya tingkat pengetahuan koder tentang tata cara penggunaan ICD-10 dan ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya serta pengetahuan penunjang lainnya yang berkaitan dengan koding (Utami, 2015). Meskipun ICD 10 sudah dipraktikkan di Indonesia sejak tahun 1996, namun hasil Pilot Test WHO-FIC-IFHIMA yang diikuti oleh 6 negara dengan soal yang sama. Di Indonesia penyelenggaran Pilot Test ICD 10 Morbiditas dimotori oleh ibu Gemala Hatta dan diikuti 105 pengkode berasal dari berbagai provinsi (2012) menghasilkan nilai skor terendah dengan hasil skor 31,39%. Nilai pengkode Indonesia jauh di bawah Sri Lanka (skor> 60%), padahal standar keakuratan pemberian kode ICD WHO sebesar 85% (Hatta, 2012). Maka peran pelatihan sangat diperlukan untuk meningatkan kompetensi khususnya klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis. Pelatihan merupakan usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Baik karyawan yang baru maupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan. Perubahan pada teknologi seperti munculnya teknologi baru atau metode kerja baru. Dengan dilaksanakannya pelatihan diharapkan peserta mampu memperbaiki produktivitas dalam bekerja, kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan, pelatihan dan kemampuan dalam bekerja dengan melalui orang lain yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Evaluasi Hasil Skor Pre-test dan Post-test Perserta Pelatihan dengan Materi Klasifikasi Penyakit ICD 10 dan Kode Tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Banyak faktor yang menyebabkan tidak tepat dalam pengkodean adalah kurang telitinya koder dalam menganalisis lembar-lembar rekam medis, koder lebih bergantung pada buku bantu yang dibuat sendiri berdasarkan pada kasus yang sering terjadi tanpa menganalisis kembali, tulisan dokter pada diagnosa tidak terbaca sehingga menyulitkan koder, SPO tentang pengkodean tidak terlaksana dengan benar, kurang lengkapnya sarana kerja seperti kesediaan buku ICD, buku terminologi medis dan kamus kedokteran, kurangnya pelatihan khusus kepada koder tentang cara tepat pegkodean, dan kurangnya tingkat pengetahuan koder tentang tata cara penggunaan ICD-10 dan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan koding Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi hasil skor pre-test dan posttest peserta pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana skor pengetahuan peserta sebelum pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016? 2. Bagaimana skor pengetahuan peserta sesudah pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016? 3. Apakah ada perubahan skor pre-test dan post-test pada pelatihan dengan materi klasifkasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengevaluasi hasil skor pre-test dan post-test pada pelatihan dengan materi klasifkasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui skor pengetahuan peserta sebelum pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9- CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016. 2. Mengetahui skor pengetahuan peserta sesudah pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9- CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016 3. Mengetahui apakah ada perubahan skor pre-test dan post-test pada pelatihan dengan materi klasifkasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM di Pusdiklatnakes Jakarta tahun 2016. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Penulis Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah dapat membuka wawasan berpikir dan menambah pengetahuan penulis, serta dapat mengaplikasikannya di tempat kerja. 1.5.2 Bagi Penyelenggara Pelatihan Memberikan masukan bagi panitia penyelenggara pelatihan dalam hal untuk kegiatan pelatihan rekam medis dalam pengelolaan sistem dan informasi yang dihasilkan. 1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan yaitu dapat menjadi sumber pembelajaran dan sebagai bahan referensi bagi proses pembelajaran ilmu manajemen informasi kesehatan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi hasil skor pre-test dan posttest peserta pelatihan dengan materi klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Pusdiklatnakes Jakarta pada tanggal 24 April s/d 27 April 2016 dengan judul Implementasi Akreditasi Baru Rumah Sakit Versi 2012 Bidang Rekam Medis dan Ketepatan Pengkodean ICD-10 dan ICD 9-CM Terkait Program INA CBG s (BPJS). Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian mengambil sampel dari populasi nilai skor pre-test dan post-test peserta yang mengikuti pelatihan klasifikasi penyakit ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9-CM. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Dalam penelitian ini, sebelum pelatihan diberikan terlebih dahulu pre-test dan diakhir pelaksanaan pelatihan diberikan post-test.