5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata, wisata dan wisata alam Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya dan menetap sementara waktu dengan tujuan bukan untuk mencari penghidupan (Pitana dan Diarta 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintahan nomor 36 tahun 2010 Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata alam. Wisata merupakan perpindahan seseorang untuk melakukan liburan di tempat yang berbeda dari rumah, kota ataupun negaranya (Grunewald 2006). Perpindahan atau perjalanan seseorang untuk melakukan kegiatan wisata dilakukan kurang dari 1 tahun berturut-turut (UNEP 2002). Selain itu, wisata juga didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009). Wisata alam merupakan pengalaman wisata yang secara langsung dan tidak langsung tergantung pada alam (Tourism British Columbia 2004). Definisi lain dari wisata alam ialah wisata yang menggunakan alam atau lingkungan sebagai daya tarik wisata (Kajala et al. 2004). Daya tarik wisata alam menurut Wahab (1992) terdiri dari: a. Iklim, meliputi: udara yang bersih, sinar matahari yang cerah, udara yang segar atau dingin. b. Topografi dan pemandangan, meliputi: pemandangan, sungai, danau, pantai, panorama alam, air terjun, goa dan lainnya.
6 c. Vegetasi, meliputi: hutan, pepohonan langka, habitat flora dan fauna, taman, campinground dan lainnya. d. Flora dan fauna, meliputi: flora dan fauna langka, endemik dan dilindungi. e. Pusat kesehatan, meliputi: sumber air panas atau mineral, kolam lumpur yang berkhasiat untuk mandi dan sebagainya. Komponen-komponen yang terdapat dalam wisata alam (Muntasib dan Rachmawati 2009) antara lain: a. Konservasi Melindungi sumberdaya dan lingkungan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata b. Partisipasi Mengikutsertakan secara aktif masyarakat dalam kegiatan pariwisata c. Manfaat ekonomi Memberi sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah dan d. Pendidikan/Edukasi Menyajikan produk yang bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi dari nilai-nilai alam dan budaya setempat e. Wisata Memberikan kepuasan berwisata dan menambah pengalaman 2.2 Sistem dan kelembagaan pariwisata Sistem pariwisata berasal dari definisi pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia dimana terdapat pergerakan manusia, barang dan jasa secara kompleks. Pariwisata juga terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Keseluruhan rangkaian elemen tersebut mempengaruhi atau menjalankan fungsifungsi tertentu agar pariwisata dapat berjalan semestinya. Kaitan antara elemen pariwisata membentuk suatu sistem yang disebut sistem pariwisata. Sistem pariwisata memiliki empat unsur pokok yang saling terkait yaitu permintaan atau kebutuhan, penawaran atau pemenuhan kebutuhan, pasar dan kelembagaan yang
7 berperan untuk fasilitas keduanya, dan pelaku/aktor yang menggerakkan ketiga elemen sebelumnya (Damanik dan Weber 2006). Hubungan diantara unsur-unsur pokok pariwisata dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Sistem kepariwisataan. (Steck et al. 1999 dalam Damanik dan Weber 2006) 2.3 Pelaku kegiatan pariwisata Jenis-jenis Pelaku pariwisata yang terlibat di dalam pasar pariwisata antara lain (Damanik dan Weber 2006): a. Wisatawan Wisatawan merupakan konsumen atau pengguna produk dan layanan pariwisata. Wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang berdampak langsung terhadap kebutuhan wisata atau permintaan wisata.
8 b. Industri pariwisata Semua usaha dan jasa yang berada di dalam bidang pariwisata. Industri pariwisata dikelompokkan ke dalam pelaku langsung dan pelaku tidak langsung. pelaku langsung ialah usaha-usaha yang menawarkan jasa langsung kepada wisatawan, seperti hotel, restoran, pusat informasi dan biro perjalanan. Sedangkan pelaku tidak langsung ialah usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, seperti usaha kerajinan tangan, penerbit buku, penjual roti. Industri pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Hal itu karena industri pariwisata memiliki empat unsur untuk mewujudkan kekuatan pasar yang dinamis di masa depan. Unsur-unsur yang dimiliki industri pariwisata ialah meningkatan kapasitas eksport, menarik para investor untuk menanamkan modal, meningkatkan pendapatan ekonomi daerah, dan menciptakan lapangan pekerjaan (UNEP 2002). c. Pendukung jasa pariwisata Usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk yang dimiliki, seperti jasa fotografi, jasa kecantikan, olah raga, penjualan BBM. d. Pemerintah Pelaku pariwisata yang memiliki otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastuktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata serta bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. e. Masyarakat lokal Penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata. Masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan baik berupa air, tanah, hutan, lanskap maupun kesenian.
9 f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga non pemerintah lokal, regional dan internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata sebelum pariwisata berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan berhubungan dengan konservasi dan regulasi kepemilikan serta pengusahaan sumberdaya alam setempat. 2.4 Governance dan tata kelola wisata Governance (pemerintahan) ialah semua hal yang berkaitan dengan kekuatan, hubungan, dan tanggung jawab. Governance dikelompokkan menjadi empat level meliputi lokal, nasional, regional dan internasional. Pembagian level tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang efektif. Ketiga level tersebut harus saling menguatkan satu sama lain. Governance internasional tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi dari governance lokal yang baik. Sehingga partisipasi governance lokal yang baik memiliki arti penting dalam pencapaian hasil di level governance internasional (Scanlon dan Guilmin 2004). Tata kelola pariwisata merupakan bagian dari governance di sektor pariwisata untuk tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Definisi tata kelola pariwisata ialah mekanisme pengelolaan kolaboratif pariwisata yang melibatkan sektor pemerintah dan non pemerintah dalam suatu usaha kolektif (Muntasib 2009). Sektor pemerintah yang dimaksud ialah instansi pemerintah pusat maupun daerah seperti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan pengembangan pariwisata. Sektor non pemerintah dapat berupa LSM, pengusaha pariwisata, organisasi dan kelompok masyarakat, para pemikir pariwisata dari perguruan tinggi dan lembaga profit lainnya. 2.5 Stakeholder Stakeholder merupakan pemain baik dalam bentuk perorangan maupun organisasi yang memiliki kepentingan pada peningkatan kebijakan (Schmerr 2009). Keseluruhan aktor/group yang mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh
10 suatu kebijakan, keputusan dan kegiatan (proyek) juga disebut sebagai stakeholder (Groenendijk 2003). Stakeholder biasanya dikaitkan dengan kepentingan dan pengaruh. Kepentingan sangat berkaitan dengan kebutuhan individu ataupun organisasi (Groenendijk 2003). Besarnya kepentingan individu ataupun organisasi dinilai melalui keterlibatan (partisipasi), manfaat yang diperoleh, persentase program kerja yang berkaitan dengan wisata alam, tingkat ketergantungan dan peran individu/organisasi tersebut dalam pengelolaan wisata alam di KBL. Pengaruh merupakan proses mengubah pikiran, perilaku, perasaan orang lain dan kekuatannya tergantung pada kekuasaan (Nelson and Quick 1994; Reed et al. 2009). Analisis penilaian terhadap kekuasaan (power) dikembangkan oleh Gabriel 1983; Reed et al. 2009 melalui instrumen kekuasan dan sumber kekuasaan. Instrumen kekuasaan meliputi condign power (keuangan, hukuman), compensatory power (hadiah, gaji/upah, bantuan kegiatan, penghargaan), dan conditioning power (pendidikan, propaganda, opini). Sumber kekuasaan meliputi personality power (kecerdasan, karisma, kekuatan fisik) dan organisation power (jejaring, fungsi, massa, kesusaian bidang fungsi). 2.6 Analisis stakeholder Analisis stakeholder merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengidentifikasi stakeholder yang memiliki peran dalam pengambilan keputusan, mengetahui kepentingan dan pengaruh stakeholder, memetakan hubungan antar pihak berdasarkan besarnya pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder serta pemahaman stakeholder dalam pengembangan organisasi (Lindenberg dan Crosby 1981 dalam Reed et al. 2009). Stakaeholder dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya. Pengelompokkan stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya antara lain:
11 a. Key Player Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan dikarenakan stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar. b. Subject Subject merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan yang besar, tetapi pengaruhnya kecil. Stakeholder jenis ini bersifat supportive, mempunyai kapasitas yang kecil untuk mengubah situasi. Stakeholder ini mungkin akan dipengaruhi oleh stakeholder lainnya. c. Context Setter Context setter merupakan stakeholder yang memiliki pengaruh yang besar, tetapi memiliki kepentingan yang kecil. Stakeholder jenis ini mungkin akan memberikan bahaya yang signifikan, sehingga harus dipantau dan dikelola. d. Crowd Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang kecil. Stakeholder ini akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka lakukan.