JURNAL ILMIAH. Diajukan oleh: MARTINUS TRIASTANTRA

dokumen-dokumen yang mirip
PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

JURNAL PENGELOLAAN SAMPAH PASAR SEGIRI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN SUNGAI KARANGMUMUS DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Tugas Pembantuan. Pembangunan. Pengembangan. Pengelolaan.

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI POLEWALI MANDAR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR, TAHUN 2014 TENTANG MASTER PLAN PERSAMPAHAN KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WBAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BUPATI BANDUNG BARAT

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

BAB 5 KONDISI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DKI JAKARTA TAHUN

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH PENGELOLAAN SAMPAH PASAR SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (STUDI KASUS DI PASAR GIWANGAN KOTA YOGYAKARTA) Diajukan oleh: MARTINUS TRIASTANTRA NPM : 120511111 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

PENGELOLAAN SAMPAH PASAR SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (STUDI KASUS DI PASAR GIWANGAN KOTA YOGYAKARTA) Martinus Triastantra Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta email: martinustantra@gmail.com Abstract Giwangan Traditional market potentially causes environmental problems due to the waste resulting from buying and selling activities in the market. The legal issues raised are, firstly, how the traditional market waste is managed in Yogyakarta City based on municipal regulation of Yogyakarta number 10 of 2012 concerning waste management and, secondly, whether there are obstacles in the traditional market waste management in Yogyakarta City. The data in the empirical legal research were collected through interview with informants and literature study. The management of Giwangan traditional market waste by the government of Yogyakarta City as environmental pollution control effort has not properly been conducted due to some obstacles, that are, lack of public s environmental awarenessrelated to waste management, lack of budget, and technology to manage the traditional market waste, and lack of waste disposal sites with facility of sorting waste in Giwangan Traditional Market. The recommendations are: the government is necessary to provide counseling and guidance for the public consistently, the government need to allocate the cost for traditional market waste management, and it is necessary to providewaste separation facility andtemporary waste disposal sites. Key words: traditional market, waste management, pollution prevention 1. PENDAHULUAN Berbagai usaha dilakukan Indonesia guna menunjang perekonomian rakyat diantaranya melalui pembangunan kawasan industri dan kawasan komersial.salah satu bentuk pembangunan kawasan komersial yaitu pasar tradisonal.pasar tradisional merupakan salah satu pendukung kegiatan perekonomian yang menyangkut hajat hidup orang banyak.di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 32 pasar tradisional salah satunya Pasar Giwangan hal ini terdapat dalam Lampiran I Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pengertian pasar tradisional ini diatur dalam Pasal 1 Angka 3 Permendag RI Nomor 70/M- DAG/PER/12/2013. Dalam Penjelasan Pasal 3 Perda Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 ditegaskan, bahwa pasar sebagai

bagian dari kawasan komersial merupakan penghasil sampah sejenis rumah tangga. Berdasarkan Perda Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 yang dimaksud sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat, sedangkan yang dimaksud dengan sampah sejenis rumah tangga yang terdapat pada Pasal 1 Angka 5 Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga (selanjutnya disebut Perda DIY Nomor 3 Tahun 2013) adalah sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Pasar tradisional memiliki dampak positif dan dampak negatif.dampak positif adanya pasar secara umum adalah meningkatkan retribusi daerah, menyerap tenaga kerja di area pasar, dan mempermudah warga sekitar membeli kebutuhan pangan sehari-hari.dampak negatif terhadap lingkungan dengan adanya pasar adalah sampah dari kegiatan jual beli di pasar.sampah pasar yang berupa sisa sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya, dapat membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.sisa bahan makanan yang tidak laku terjual juga menjadi sampah yang dapat mengotori pasar.kebiasaan masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya juga dapat mengurangi nilai estetika pasar.selain itu, sampah juga dapat menyebabkan pencemaran air dan perusakan tanah.pencemaran air disebabkan oleh bahan buangan organik yang pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. 1 V. Darsono berpendapat permasalahan yang timbul akibat sampah adalah: 2 a. Gangguan estetika; b. Pembuangan limbah padat membutuhkan tanah yang luas dan transportasi yang mahal; c. Jumlah dan jenisnya semakin bertambah; d. Heterogen; e. Timbulnya air lindi. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Pasar Giwangan Kota Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sampah pasar sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah Pasar Giwangan. 2. METODE Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum, yaitu pengelolaan sampah pasar sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan di Kota Yogyakarta (studi kasus Pasar Giwangan Yogyakarta). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran tentang Pasar Giwangan Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan manusia akan pangan semakin meningkat. Sebagai salah satu tempat yang menyediakan berbagai macam pangan manusia, pasar tradisional memiliki peran 1 Wisnu Arya Wardhana, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 80. 2 V. Darsono, 2013, Panduan Pengelolaan Green Industry, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hlm. 129.

yang penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pengertian pasar tradisional berdasarkan Pasal 1 Angka 6 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009, yang selanjutnya disebut pasar adalah lahan dengan batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh walikota dengan atau tanpa bangunan yang dipergunakan untuk tempat berjual beli barang dan atau jasa yang meliputi kios, los dan lapak. Salah satu contoh pasar tradisional yang dimaksud perda tersebut adalah Pasar Giwangan Kota Yogyakarta. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan manusia akan pangan semakin meningkat. Sebagai salah satu tempat yang menyediakan berbagai macam pangan manusia, pasar tradisional memiliki peran yang penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia.salah satu contoh pasar tradisional yang dimaksud perda tersebut adalah Pasar Giwangan Kota Yogyakarta. Pasar Giwangan yang terkenal sebagai pasar induk terbesar di kawasan Yogyakarta adalah sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai macam sayuran dan buahbuahan yang berasal dari berbagai daerah, antara lain Purworejo, Banyuwangi dan lain-lain. 3 Pasar Giwangan merupakan tempat kulakan, karena Pasar Giwangan merupakan tempat distributor pertama yang langsung didatangkan dari petani. Pasar Giwangan beralamatkan di Jalan Imogori Nomor 212 Yogyakarta. Pasar ini merupakan satu-satunya pasar 3 Hasil Wawancara dengan Joko, pedagang buah Pasar Giwangan, 10 April 2016. tradisional yang beroperasi selama 24 jam.aktivitas tertinggi di pasar ini terjadi pada sore pukul 15.00 hingga menjelang fajar pada pukul 06.00. 4 Pasar Giwangan merupakan pasar tradisional yang memiliki luas tanah 24.594 m 2 dengan luas bangunan 18.984 m 2.Adapun fasilitas Pasar Giwangan sebagai pasar kelas II, yaitu 3 lahan parkir, 4 toilet umum, 2 mushola, 3 tempat bongkar muat, 2 kantor pengelolaan, 1 ATM, 1 TPS yang saat ini menjadi TPST, dan radio pasar. 5 Pada awalnya Pasar Giwangan merupakan balai benih ikan, selanjutnya balai benih ikan tersebut dipindahkan ke Ledok Kranon dan Ledok Nitikan.Pedagang yang berada di pasar induk buah dan sayur ini, awalnya merupakan pedagang sayur dan buah yang beroperasi di sekitar Jalan Sri Wedani, Jalan Pabringan, dan Shopping Center.Pada tanggal 14 Desember 2004, ketiga pasar tersebut direlokasi ke Pasar Giwangan 6 Setiap pasar tradisional di Kota Yogyakarta memiliki lurah sebagai koordinator pasar di lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, termasuk Pasar Giwangan.Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2012 tentang Koordinator Pasar di Lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta (yang selanjutnya disebut Perwal Yogyakarta 4 Hasil Wawancara dengan Tuti, pedagang ayam potong Pasar Giwangan, 10 April 2016. 5 Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, 2013, Profil Pasar Tradisional Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta, hlm. 6. 6 Hasil Wawancara dengan Jawadi, Lurah Pasar Giwangan Bagian Barat, 12 April 2016.

Nomor 7 Tahun 2012) lurah pasar bertanggung jawab atas: 1) pemanfaatan sarana dan prasarana pasar, 2) ketatausahaan pasar dan administrasi pedagang, 3) kebenaran dan ketepatan laporan dalam pengelolaan pasar, 4) keamanan dan ketertiban, 5) kebersihan dan keindahan pasar, dan 6) administrasi pemungutan retribusi. Menurut Pasal 4 Perwal Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2012, lurah pasar mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan administrasi pedagang pasar, administrasi retribusi, kebersihan dan keindahan, pengelolaan sarana dan prasarana, keamanan dan ketertiban, penataan dan pedagang pasar, serta tugas ketatausahaan lainnya. Lurah juga bertugas melakukan pelaporan rutin dan insidentiil tentang keadaan pasar. Sejak bulan Agustus tahun 2015, koordinator pasar di Pasar Giwangan dibagi menjadi Lurah Pasar Giwangan bagian barat dan Lurah Pasar Giwangan bagian timur. Hal ini disebabkan karena jumlah pedagang yang banyak dan juga memudahkan administrasi untuk memaksimalkan pelayanan. Pasar Giwangan sebagai salah satu pasar tradisional di Kota Yogyakarta memerlukan izin agar dapat beroperasi secara legal.pengertian izin menurut Spelt dan ten Berge, yaitu suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undangundang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit). 7 Pasar Giwangan telah memiliki Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) dan izin lingkungan yang berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Berdasarkan Pasal 1 Angka 11 Perda DIY Nomor 8 Tahun 2011, IUP2T merupakan izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Pasar Tradisional yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota setempatuntuk memperoleh IUP2T pemohon mengisi formulir yang telah disediakan dan dilampiri persyaratan sebagai berikut: 1) Fotokopi KTP pemohon/penanggung jawab yang masih berlaku; 2) Hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat serta rekomendasi dari SKPD yang berwenang bagi yang akan mendirikan baru/ pindah; 3) Fotokopi Izin Gangguan; 4) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan pengesahannya, apabila perusahaan berbentuk badan. B. Sampah Pasar di Kota Yogyakarta Aktvitas jual beli di pasar berpotensi menimbulkan persoalan sampah yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan 7 Y.Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm. 7.

masyarakat.berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2012, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah pasar dapat digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.sampah yang berasal dari pasar disebut juga sebagai sampah sejenis sampah rumah tangga. Menurut data dari BLH Kota Yogyakarta, pada bulan Maret- April Tahun 2016, volume sampah di Kota Yogyakarta sebanyak 4.436.373 ton 8. Sampah tersebut berasal dari sampah masyarakat umumnya dan sampah pasar di Kota Yogyakarta. Berdasarkan data dari Dinlopas Kota Yogyakarta, sampah Pasar Giwangan di Kota Yogyakarta turut menyumbang sebanyak 2 truk/hari, bahkan dimusim buah mencapai 3-4 truk/hari 9. Tiap truk sampah dapat mengangkut lebih kurang 8-9 m 3.Besarnya volume sampah Pasar Giwangan Kota Yogyakarta berpotensi menimbulkan persoalan lingkungan di Pasar Giwangan dan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian, hingga pada saat ini belum terjadi persoalan sampah yang berupa pencemaran lingkungan di Pasar Giwangan.Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan yang diberikan oleh Lurah bagian barat yang mengatakan bahwa belum adanya 8 Hasil wawancara dengan Haryoko, Kepala Sub Bidang Pengangkutan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, 27 Mei 2016. 9 Hasil wawancara dengan Patmana, Kepala Seksi Kebersihan Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, 26 Mei 2016. permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah.hal serupa juga dinyatakan oleh Patmana selaku Kepala Seksi Kebersihan Dinlopas Kota Yogyakarta bahwa pengelolaan sampah di Pasar Giwangan sudah berjalan dengan baik. 10 Adapun hal senada yang dikemukan oleh Haryoko selaku Kepala Sub Bidang Kebersihan BLH Kota Yogyakarta. 11 C. Kelembagaan yang Terkait Pengelolaan Sampah Lembaga yang terkait dalam pengelolaan sampah pasar di Kota Yogyakarta adalah Dinas Pengelola Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta.Dinlopas Kota Yogyakarta bertugas untuk mengelola pasar tradisional di Kota Yogyakarta, termasuk Pasar Giwangan.Lurah Pasar Giwangan merupakan koordinator pasar tradisional dan jugasebagai perwakilan dari Dinlopas Kota Yogyakarta.Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta juga berkewajiban untuk untuk melakukan penyuluhan kebersihan di pasar-pasar yang ada di Kota Yogyakarta.Dalam melaksanakan fungsi kebersihan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta, BLH Kota Yogyakarta berkewajiban menangani sampah yang ada di Kota Yogyakarta, kecuali sampah pasar. 10 Hasil wawancara dengan Patmana, Kepala Seksi Kebrsihan Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, 26 Mei 2016. 11 Hasil wawancara dengan Haryoko, Kepala Sub Bidang Pengangkutan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, 27 Mei 2016.

D. Langkah Pengelolaan Sampah Pasar Giwangan di Kota Yogyakarta Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Perda Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012, pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.pengurangan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pembatasan timbulan sampah, pendaurulangan sampah, dan pemrosesan akhir sampah.kegiatan pembatasan timbulan sampah telah dilakukan oleh masyarakat Pasar Giwangan, sebab untuk melakukan kegiatan jual beli, para pedagang dan pembeli menggunakan karung sebagai wadah belanja, jika berbelanja dalam jumlah yang banyak dan menggunakan plastik, jika berbelanja dalam jumlah yang sedikit. Kegiatan pendaurulangan sampah juga telah dilakukan di Pasar Giwangan, yakni berupa pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.untuk kegiatan pemanfaatan juga telah terlaksana di Pasar Giwangan, yakni menggunakan wadah anyaman bambu yang awalnya digunakan warga untuk mengangkut dagangannya, digunakan kemudian untuk menampung sampah yang dihasilkan oleh pedagang sampah. Tahapan pengelolaan sampah lainnya adalah penanganan sampah.penanganan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir sampah.pemilahan sampah seharusnya dilakukan oleh penghasil sampah, jika belum maka pemilahan dapat dilakukan di TPST.Kenyataan yang terjadi, fasilitas pemilahan sampah yang berupa sampah organik dan sampah anorganik belum disediakan di Pasar Giwangan.Yang kemudian melakukan pemilahan adalah petugas kebersihan, bukan penghasil sampah.pemilahan yang dilakukan oleh petugas kebersihan pun belum dapat berjalan dengan maksimal.pengumpulan telah dilakukan oleh Dinlopas Kota Yogyakarta.Fakta yang terjadi pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan Dinlopas Kota Yogyakarta, padahal seharusnya hal ini dilakukan oleh penghasil sampah dari sumber sampah ke TPST.Tahapan selanjutnya adalah pengangkutan sampah.pengangkutan sampah telah terlaksana di Pasar Giwangan.Di Pasar Giwangan telah difasilitasi dengan truk pengangkut sampah yang beroperasi 2 kali dalam sehari. Dalam tahap pengolahan sampah telah dilakukan di Pasar Giwangan, dengan cara mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos yang kemudian digunakan untuk menyuburkan tanaman di sekitar Pasar Giwangan. Pengolahan sampah ini baru berjalan 10% dari total sampah organik yang dihasilkan di Pasar Giwangan. Tahapan

terakhir dalah penanganan sampah adalah pemrosesan akhir.tahapan ini telah terlaksana di Pasar Giwangan, meskipun yang baru dikembalikan ke media lingkungan secara aman hanya hasil dari pengolahan sampah organik yang berwujud pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik belum dapat diolah dan dikembalikan ke media lingkungan secara aman. E. Kendala Pengelolaan Sampah Pasar Giwangan Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah Pasar Giwangan adalah dibutuhkannya biaya yang besar, lahan yang luas, serta teknologi yang mampu mengelola sampah organik dan anorganik Pasar Giwangan.Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan juga menjadi kunci dalam pengelolaan sampah Pasar Giwangan.Fasilitas TPS juga belum tersedia di Pasar Giwangan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan sampah Pasar Giwangan Kota Yogyakarta sebagai pengendalian pencemaran lingkungan di Kota Yogyakarta sudah berjalan tetapi belum maksimal. Pengelolaan sampah yang telah dilakukan adalah pembatasan timbulan sampah, pemanfaatan sampah, daur ulang sampah, pemilahan sebagian sampah, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sebagian sampah dan pemrosesan akhir sebagian sampah.hanya saja, pengelolaan sampah Pasar Giwangan tidak disertai konsistensi pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sifatnya. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kendala sebagai berikut: a. Minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan khususnya terkait dengan pengelolaan sampah. b. Adanya keterbatasan anggaran, lahan, dan teknologi dalam mengelola sampah organik dan sampah anorganik. c. Kurangnya fasilitas Tempat Penampungan Sementara yang dilengkapi dengan fasilitas pemilahan sampah di Pasar Giwangan. 5. REFERENSI Buku Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, 2013, Profil Pasar Tradisional Kelas 2 dan Kelas 3 Kota Yogyakarta. V. Darsono, 2013, Panduan Pengelolaan Green Industry, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Wisnu Arya Wardhana, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Y.Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Peraturan Peraturan Menteri Perdagangan R.I Nomor: 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 8.

Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 10 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pasar Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2012 tentang Koordinator Pasar di Lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta