BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin

dokumen-dokumen yang mirip
KONVERSI AGAMA MENJADI MUALAF PADA ORANG YANG MENIKAH NASKAH PUBLIKASI

1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

NOVIYANTI NINGSIH F

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

Lembaran Informasi untuk Pernikahan di Indonesia/Pernikahan di Jerman

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Hak dan Kewajiban Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

ATAU BERKEPERCAYAAN. Nicola Colbran Norwegian Centre for Human Rights. Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

PUTUSAN Nomor: 55/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia terdiri dari multi etnik dan agama. Keanekaragaman

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara multietnis. Salah satu etnis yang diakui di

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

Akibat hukum..., Siti Harwati, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin yang luar biasa dan pertimbangan yang matang. Seseorang harus menundukkan hatinya untuk dapat menerima dan meyakini kebenaran baru. Dampak pilihan ini, maka apabila dia tetap merasa yakin dengan kebenaran Islam maka ucapkan dengan kalimat syahadat (tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Selanjutnya, dia harus mempertimbangkan aspek sosial ekonomi sebagai konsekuensi atas pilihannya itu. Mungkin saja akan kehilangan pekerjaan. Atau, bisa jadi akan dikucilkan dari keluarga, bahkan diasingkan dari komunitas lamanya. Melihat betapa kompleksnya, seorang mualaf harus berserah diri dan pasrah dengan risiko apa pun. Islam juga melihat risiko ini sebagai sebuah realita yang mungkin terjadi. Maka, dengan pertimbangan itulah, mualaf harus mendapatkan perlindungan dan dimasukkan ke dalam golongan mustahiq, yaitu orang-orang yang berhak untuk mendapatkan zakat. Di Yaman diadakan upacara perpindahan agama 1). Mengucapkan kalimat syahadat, 2). Memakan sup yang dibuat dari daging binatang yang sudah disembelih menurut hukum islam. 3). Membuang semua aksesoris eksternal agama lamanya, 4). Merubah nama mualaf menjadi nama muslim, 5). Dibeberapa tempat upacara perpindahan agama ditutup dengan prosesi yang gembira, dimana mualaf menunggang kuda ke masjid dengan teriakan peserta Tuhan membawa keimanan muslim ke arah kejayaan! (Bat- 1

2 Zion Eraqi Klorman, 2007). Hak itu diberikan bukan sebagai imbalan karena dia masuk ke dalam agama Islam. Akan tetapi, semata untuk melindunginya dari kekufuran dan agar dia dapat melangsungkan hidupnya kembali secara wajar. Setelah kita melihat betapa besarnya tantangan dan cobaan yang harus dihadapi sebagai seorang mualaf, namun secara realita justru jumlah mualaf semakin meningkat dengan pesat. Lukman Santoso (2010) menjelaskan bahwa berdasarkan survey yang dilakukan PBB pada tahun 1990, penduduk muslim eropa meningkat lebih dari 100% selama kurun waktu antara 1989 dan 1998. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat. Melihat penyebaran penduduk Muslim, khususnya di Benua Eropa dan Amerika berdasarkan data yang ada, diperoleh kesimpulan bahwa secara keseluruhan di Benua Eropa terdapat Muslim sebanyak 50,9 juta atau 7% dari total penduduk, sementara di Benua Amerika terdapat sekitar 10,9 juta atau hanya 1% dari total penduduk di benua tersebut. Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: KeTuhanan Yang Maha Esa. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya".

3 Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Proses menjadi mualaf banyak kendala yang dihadapi tiap individu, awal permasalahan yaitu pada saat pengambilan keputusannya yang pada dasarnya cukup dilematis bila ditinjau dari pengaruh-pengaruh luar lingkungannya. Bisa dari dukungan keluarga atau teman-teman dan lingkungannya. Menurut Prajudi (1982) inti dari permasalahan pengambilan keputusan ada dua yakni: 1.Keputusan itu merupakan pangkal atau permulaan dari semua macam aktifitas manusia yang sadar dan terarah, baik secaa individual maupun secara berkelompok. 2.Keputusan itu bersifat futuristic, artinya: mengenai hari kemudian, effeknya akan berlangsung atau bergema di hari-hari yang akan datang. Berpindah agama tidaklah mudah walaupun sekecil apapun masalahnya, salah satu contoh adalah berpindah agama karena pernikahan. Menurut Erikson (dalam Turner dan Helms,1995), seorang dewasa muda memasuki tahap perkembangan psikososial intimacy vs isolation. Intimacy dapat dikatakan berhasil apabila individu dapat membentuk hubungan dekat dengan lawan jenis secara intim. Hubungan dekat dengan lawan jenis dapat dibentuk melalui hubungan interpersonal dengan lawan jenis (pacaran) yang akhirnya menuju pada satu tujuan akhir, yaitu menikah. Adanya keinginan untuk menikah serta berbagai alasan yang membuat seseorang memutuskan untuk menikah menjadi jauh lebih kompleks apabila

4 individu tersebut dihadapkan pada kenyataan bahwa pasangannya berbeda keyakinan dengan dirinya. Indonesia, pasal 2 UU perkawinan No.1 Tahun 1974 disebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya tersebut. Dengan ini berarti, tiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menikah haruslah melewati lembaga agamanya masing-masing dan tunduk kepada aturan pernikahan agamanya. Lalu apabila keduanya memiliki agama yang berlainan, maka lembaga agama tidak dapat menikahkan mereka kecuali salah satunya mengikuti agama lain. Konversi agama tentu tidak mudah bagi seseorang terutama bagi mereka yang tinggal dengan masyarakat bersosial tinggi dan membutuhkan proses pertimbangan yang amat mendalam. Namun fenomena yang menarik adalah seseorang rela meninggalkan keyakinannya pada agama sebelumnya dan memutuskan untuk berpindah keyakinan ke agama islam yang sama dengan pasangannya untuk menikah, sehingga tidak dapat bersungguh sungguh dalam menerapkan nilai-nilai serta mendalami ajaran agama islam didalam rumah tangga mereka. Namun tidak semuanya mengalami peristiwa tersebut, adapun seorang mualaf termotivasi untuk memahami serta mengenal agama pasangannya lebih dalam sehingga terdorong untuk mempelajari agama tersebut Indonesia sendiri belum memiliki aturan perundang-undangan yang menyebutkan mengenai pernikahan beda agama. Fenomena dilematis yang dihadapi pasangan yang berbeda keyakinan membuat mereka dihadapkan pada alternatif pilihan yaitu konversi agama. Dengan kata lain, salah satu pihak dari pasangan tersebut mengubah keyakinannya agar sesuai dengan keyakinan

5 pasangannya. Konversi agama atau perpindahan keyakinan (agama), merupakan suatu keputusan yang kompleks dan tentunya sulit dilakukan oleh individu. Karena hal itu keputusan untuk beralih keyakinan tidak hanya melibatkan individu dan pasangannya itu sendiri, namun melibatkan lingkungan keluarga, sosial, dan yang terpenting hubungan individu tersebut dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pada realitanya tidak sedikit pasangan mualaf diabaikan keberadaannya dan haknya tidak diakui sepenuhnya, sehingga membentuk sikap yang tertutup terhadap masyarakat luar khususnya para tokoh agama. Paska konversi agama para mualaf cenderung tidak memahami secara mendalam mengenai agama baru yang mereka anut, sehingga terkesan hanya merupakan ritual ibadah tanpa tingkat keimanan yang lebih baik. Data statistik dari tahun 2005-2011 yang tercatat di KUA Pasar Kliwon Surakarta sebagai berikut : Tahun Pernikahan Mualaf 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 583 664 709 709 685 680 687 48 43 39 42 56 49 53

6 Sumber : Bagian pelayanan KUA Pasar Kliwon dan Departemen Agama Data di atas menunjukkan bahwa jumlah pernikahan pada tahun 2005 berjumlah 583 pasang dengan jumlah pernikahan mualaf 48 pasang. Pada tahun 2006 hingga 2008 terjadi peningkatan jumlah pernikahan yaitu 664 hingga 709 pasang dengan jumlah pernikahan mualaf yang relatif stabil. Pada tahun 2009 hingga 2011 jumlah pernikahan kembali menurun namun tidak terlalu signifikan dibanding pernikahan mualaf yang meningkat hingga 53 pasang di tahun 2011 maka dapat dilihat bahwa pernikahan mualaf seiring dengan waktu makin meningkat walaupun secara bertahap. Perbedaan agama sering kali menjadi penghalang bagi individu untuk mempersatukan cintanya dalam pernikahan. Konversi agama menjadi pilihan yang tepat oleh individu agar dapat mempersatukannya. Agar dapat melakukan pilihan yang tepat, maka mualaf juga sering melibatkan faktor-faktor dari luar dirinya. Gunarsa (dalam Ningsih, 2008) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu: a) faktor dari luar, hal ini merupakan desakan atau gambaran dari orang tua, teman, dan dari berbagai bacaaan atau juga dari pengalaman yang diperoleh, b) faktor dari dalam, yang utama adalah kemampuan kognitif atau intelegensi, kemampuan bakat, kesanggupan dan minat merupakan faktor selain intelegensi. Berdasar uraian uraian tersebut, penulis merasa perlu untuk menggali, meneliti dan memahami tentang alasan yang mendasari konversi agama menjadi mualaf pada orang menikah?

7 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perihal yang menjadi pertimbangan subyek ketika memutuskan pindah agama baru demi menikah dari pada mempertahankan agama sebelumnya. 2. Untuk mengetahui kondisi psikologis subyek dan hubungan sosialnya paska konversi agama islam karena pernikahan. C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pandangan dan pengetahuan pada khalayak umum bagaimana proses terjadinya konversi terutama pada aspek internalnya saat berpindah kepercayaan rohani. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan agama juga memberi pemahaman tentang pentingnya memahami proses konversi menjadi mualaf, sehingga dapat lebih terbuka dan Proses konversi sebagai salah satu keterampilan sosial dan pembentukan konsep diri yang positif khususnya bagi para Mualaf yang masih mengalami proses penyesuaian diri terhadap kehidupan baru. Bagi mualaf, agar mereka dapat mengetahui tentang pentingnya memahami pengalaman proses konversi, sehingga mereka dapat lebih terbuka dan memiliki keyakinan sebagai salah satu keterampilan sosial dan akan mempermudah mereka untuk terjun di lingkungan sosial yang baru dalam pembentukan kehidupan mereka.

8 Peneliti akan mendapat pengalaman dan pemahaman pengetahuan tentang kondisi proses konversi menjadi mualaf terutama yang bersangkutan dengan pernikahan.. Pengalaman dan pengetahuan tersebut akan bermanfaat bagi peneliti saat terjun ke masyarakat dan pengembangan profesi saat ini dan di masa yang akan datang, sehingga dapat membantu masyarakat dalam keyakinan mereka. Diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan dan mengambil hikmah dari nasib para mualaf setelah mereka dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, tidak semakin terpuruk dan terasingkan, sehingga para mualaf dan masyarakat islam tidak terjerumus kembali akibat tidak adanya dukungan sosial serta berkecil hati. Perjuangan serta tekad yang telah di tempuh oleh para mualaf dalam hidupnya patut dijadikan sebagai panutan bagi masyarakat Islam.