4. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanah di daerah sempadan sungai dengan memperoleh Ijin Pemanfaatan Lahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Strategi Pengendalian dan Pengawasan Sempadan Sungai. (Studi Kasus : Kali Surabaya di Kecamatan Driyorejo dan Wringinanom Kabupaten Gresik)

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2002

NOMOR 42 TAHUN 2002 SERI D.39 NOMOR 07 TAHUN 2002

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KOTA BATU

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tamba

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 Tentang : Reklamasi Rawa

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG SEMPADAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI UTARA;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA BAU BAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU BAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat;

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NO SERI. C PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA,

Transkripsi:

BAB V a KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan l. Demi mencapai tujuan perlindungan keberadan Kali Brantas berikut anak sungainya termasuk Kali Surabaya dan daeratr sempadannya, pelaksanaan pengelolaan pekerjaan tersebut diserahkan kepada Badan Hukum Tertentu yaitu PERUM Jasa Tirta sesuai dengan Peraturan Pemerintatr No.5/1990 dan untuk mengetahui wilayah sungainya tercantum dalam PP No.5/1990 dan PermenPU No.39/PRTll989. 2. Daerah Sempadan Sungai Wonokromo ditetapkan sebagai salah satu kawasan lindung setempat berdasarkan Perda No.ll Tahun 1991 dan PermenPU No.63/PRT/1993 ditetapkan Garis sempadan sungainya sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul untuk sungai bertanggul di dalam daerah perkotaan.. 3. Karena Daerah Sempadan Sungai yang terdiri dari Daerah Manfaat Sungai maupun Daerah Penguasaan Sungai dilimpahkan wewenang pengelolaannya kepada Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) maka PJT memperoleh Hak Pengelolaan atas Tanah Negara. Untuk Daerah Manfaat Sungai yang dikuasai oleh PJT dapat diserahkan penguasaannya kepada pihak ketiga atau masyarakat dengan didaftarkan menjadi hak atas tanah dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai tetapi syaratnya PJT harus melepaskan sebagian hak atas tanahnya dan juga harus ada rlin teknis yang menyatakan bahwa dengan pemberian hak atas tanah tidak akan mengganggu jalannya aliran sungai atau menyebabkan kerusakan pada sungai dari PJT (tetapi pemberian hak atas bagian tanah tetap dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu Kepala BPN). Sedangkan untuk Daerah Pengusaan Sungai tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena merupakan kawasan lindung mutlak, 4. Jika PJT tidak mau menyerahkan bagian hak atas tanahnya, maka masyarakat juga dapat memanfaatkan tanah di daerah sempadan sungai dengan memperoleh

67 4. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanah di daerah sempadan sungai dengan memperoleh Ijin Pemanfaatan Lahan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur atau Pejabat yang ditunjuk serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dengan disertai rekomendasi teknis dari PJT 5. Ijin Pemanfaatan lahan daerah sempadan sungai oleh masyarakat diberikan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, antara lain : a. Untuk kegiatan budidaya perlanian, dengan jenis tanaman yang diijinkan; b. Untuk kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan; c. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta rambu-rambu peke{aan; d. Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum; e. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jaladjembatan baik umum maupun kereta api; f. Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai; g. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dari bangunan pengambilan dan pembuangan air. 6. Tanah dan bangunan yang terkena garis sempadan dan tidak sesuai dengan peruntukan tanahnya akan diselesaikan oleh Perum Jasa Tirta bersama instansi terkait (DPU Pengairan Tingkat I Jawa Timur). Dan terhadap pemakaian tanalt yang memiliki ijin yang tidak sesuai dengan peruntukannya maka : (1) terhadap bangunan permanen dan non perrnanen harus dicegah perkembanganrrya; (2) terhadap bangunan lainnya setelah berakhimya surat ijin harus menyesuaikan dengan peruntukan tanahnya. Sedang terhadap pemakaian tanah yang tidak memiliki ijin paling lambat dalam waktu 1 (satu) tahun harus sudah mengajukan ijin sesuai peruntukannya. 7. Kepastian hukum atas kepemilikan tanah di lokasi yang masuk daerah sempadan sungai, akan sangat dipengaruhi oleh riwayat kepemilikan, data fisik, dan penggunaannya. Daerah sempadan sungai dibagi dua yaitu daerah manfaat sungai yang merupakan daerah kawasan lindung mutlak setempat dan daerah

68 penguasaan sungai dimana bukan merupakan kawasan lindung mutlak sehingga kepemilikannya dapat diberikan dengan syarat : a. Mengajukan permohonan pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan Nasional. b. Telah diteliti pengguruun tanahnya sesuai Tata Guna Tanah. c. Mendapatkan Ijin Teknis dari Administrator Sungai yaitu PJT (karena pelepasan sebagian dari hak pengelolaan) atau Gubernw Jawa Timur atas rekomendasi PJT. d. Telah diteliti bahwa data fisik dan data yuridis dari permohonan yang diajukan benar dan memenuhi syarat untuk dikabulkan. Apabila syarat diatas dipenuhi maka BPN mengeluarkan bukti haknya yaitu Sertifikat, Sertifikat yang mungkin dikeluarkan antara lain : Sertifikat Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan lain-lain. 8. Pengolahan data satelit Ikonos dengan metode : a, Untuk perbaikan citra digunakancolour Composite b. Untuk interpretasi digunakan Interpretasi secara Digital c. Untuk klasifikasi digunakan Klasifikasi Terselia/Supervisi. 9. Dilihat dari citra satelit Ikonos bulan Agustus 2002 dapat dilihat bahwa daerah sempadan kali Wonokromo khususnya kelurahan Penjaringan Sari dan Kedung Baruk sudah sesuai dengan peruntukkannya yaiat tanah kosong (dengan tidak adanya bangunan permanen maupun tanaman keras). Lebar sempadannya 10'20 meter juga sudah sesuai yang sehanrsnya minimal 3 meter untuk daerah pemukiman di perkotaan untuk sungai bertanggul dan 100 meter di luar kawasan pemukiman. 5.2. Saran l. Daerah sempadan sungai Kali Wonokromo setelah dibersihkan dari bangunan liar, rencananya kelak akan digunakan sebagai pemeran utama sistem drainase, dengan dua kemungkinan guna mengembalikan fungsi tanggul dan kedua dibuat jogging track. Dan dengan dibangunnya logging track akan memiliki nilai estetika dan rekreasi yang tinggi dan dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) apabila dikelola dengan baik.

69 2. J. 4. 5. Mengingat jalanan di Surabaya makin padat serta kepentingan nelayan yang tinggal di muara sungai (daerah Wonorejo) untuk memasarkan hasil tangkapannya ke Pusat Kota Surabaya. Maka Kali Wonokromo perlu dikembangkan sebagai sarana transportasi air dari Wonokromo menuju Kenjeran. Untuk menanggulangi banjir yang terjadi di Surabaya, hendaknya konsep Ekohidrolik dapat digunakan sebagai acuan, kalaupun tidak diadopsi sebagian sesuai kondisi yang ada di Kali Wonokromo. Secara konkrit penataan Daerah Sempadan Sungai Wonokromo di Surabaya dapat be{alan baik jika didukung oleh Pemda Surabaya. Jika daerah sempadan akan dikembangkan menjadi menjadi : Tempat Rekreasi, Sarana Transportasi Air, Tempat Usaha Bisnis dan Komersial serta Tempat Hunian Tepi Sungai dengan mempertahankan Fungsi Pembinaan dan Pengelolaan Daerah Sempadan Sungai maka perlu diadakan penataan kembali, seperti untuk transportasi air diperlukan : memperdalam dasar sungai, jembatan-jembatan dipertinggi, aliran air dibuat kontinyu dengan debit cukup, dibangun dermaga sepanjang sempadan Kali Wonokromo serta pembangunan waduk pengendali aliran airnya. Konsekuensinya maka tata guna tanah daerah sempadan harus dirubah, bangunan perrnanen pendukwtg kegiatan adanya dermaga diperbolehkan bahkan nantinya akan muncul bangunan untuk kegiatan bisnis ataupun permukiman. Yang penting semua itu tidak mengganggu kegiatan pemeliharaan dan pembinaan sungai serta tidak merusak ekologi sungai. Dan semua itu akan didukung perangkat aturan hukum yang lengkap dan jelas, pelaksanaan hukum yang tegas, mengadakan pembangunan dengan teknologi tinggi serta dukungan masyarakat dengan pola pikir yang berkembang kearah itu. Oleh karena itu rencana pengembangan ini harus didukung Pemda Surabaya dengan petunjuk teknis Perum Jasa Tirta dan Instansi Pemerintah terkait yang diajukan ke Gubemur Jawa Timur dilengkapi dengan pembuatan rencana undang-undang atau peraturan yang mendapat persetujuan DPRD Surabaya artinya pola pikir masyarakat telah sampai pada perkembangan kearah tersebut dan mendapat persetujuan dan dukungan rakyat Propinsi Jawa Timur. Pada penelitian ini, Citra Satelit Ikonos yang digunakan sudah teliti yaitu mencapai ketelitian 4 meter lebih baik la$ jika digunakan citra satelit yang lebih teliti seperti

70 Citra Satelit Ikonos Panlaomatik dengan ketelitian I meter atau Citra SatelitEROS yang mencapai ketelitian 0,8 m karena luasaan daerah sempadan sungai yang relatif kecil. Metode yang digunakan dalam perbaikan citra dan klasifikasi sudah standar. Jika ingin mendapatkan hasil klasifikasi terselia yang baik maka dibuat banyak daeratr test dengan pembuatan daeratr test yang teliti. Dan untuk digitasi peta tata guna tanah sebaiknya dilalcukan dengan digitizer dengan ketelitian rms dan standar deviasi yang mendekati nilai nol, sehingga peta digitasi yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan. Dan peta tata guna tanah yang didapat dari Dinas Tata Ruang Kota sebaiknya sistem proyeksi koordinatnya sudah menggunakan UTM karena citra satelit Ikonos menggunakan sistem proyeksi UTM dan datum WGS84. Sehingga untuk overlay antara peta tata guna tanah dan citra satelit Ikonos lebih mudah. Penggunaan teknologi penginderaan jauh yaitu satelit Ikonos dalam penelitian sempadan sungai Wonokromo mengenai masalah biayanya, lebih murah dibandingkan dengan pengukuran terestris maupun fotogrametri. Jika pada daerah tersebut belum ada peta tata guna tanahnya" karena biaya pembuatan pta tata guna tanah suatu daerah dari pengukuran terestris maupun fotogrametri jauh lebih mahal dibanding dengan pembuatan p ta tata guna tanah menggunakan citra satelit lkonos.