BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Fajarina Lathu INTISARI

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

1. PENDAHULUAN Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan Demam Berdarah Dengue atau yang selanjutnya disingkat DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). Penyakit DBD merupakan masalah kesehatan utama bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Jumlah infeksi virus dengue telah meningkat dari tahun ke tahun sejak 1970-an. Akibatnya, seperempat dari populasi dunia berada pada risiko infeksi dengan 50-100.000.000 infeksi virus dengue di seluruh dunia pertahun (WHO, 2009). DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Depkes RI, 2009). Sejak dikenal di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus dan penyebaran DBD cenderung meningkat. Keadaan ini berkaitan erat dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk 1

penularnya di berbagai Wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2011). Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia demam berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (angka kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 Kabupaten / Kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Blora sebesar 88,77/100.000 penduduk, terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 1,37/100.000 penduduk. Setiap DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian (Depkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Kasus DBD di Kabupaten Purbalingga melonjak tajam sejak tahun 2012. Musim hujan yang berkepanjangan dan pola hidup masyarakat disebut-sebut sebagai penyebab. Data yang dicatat Dinas Kesehatan

(Dinkes) Purbalingga, hingga minggu ketiga Juli ini tercatat 345 pasien dengan korban jiwa dua orang meninggal. Jumlah itu jauh lebih banyak dibanding tahun lalu yang hanya 158 pasien dengan 2 orang meninggal (Suara Merdeka, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, penderita DBD di Kabupaten Purbalingga dari tahun 2011-2013 selalu mengalami kenaikan yaitu dari tahun 2011 sebanyak 108 penderita (4,5%) dan 0 meninggal, kemudian tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 158 penderita (6,6%) dengan jumlah orang meninggal ada 2, sedang tahun 2013 dari bulan Januari-September telah tercatat 530 penderita (22,2%) dengan jumlah orang meninggal 2 orang (DKK Purbalingga, 2013). Kabupaten Purbalingga memiliki 18 Kecamatan, dari 18 Kecamatan tersebut Kecamatan Kalimanah selalu memiliki penderita DBD tertinggi selama 3 tahun terakhir (2011-2013). Tahun 2011 Kecamatan Kalimanah memiliki jumlah penderita sebanyak 23 orang (23,2%), sedang tahun 2012 naik menjadi 26 (26,2%), dan tahun 2013 terhitung sejak bulan Januari - September Kecamatan Kalimanah telah memiliki 99 penderita DBD dan 2 orang (2%) meninggal akibat DBD ( DKK Purbalingga, 2013). Menurut Depkes (1991), Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis, Puskesmas Kalimanah memiliki 17 wilayah kerja. Wilayah kerja Puskesmas Kalimanah memiliki persentase tertinggi untuk kasus penderita DBD hingga tahun 2013 ini ( DKK Purbalingga, 2013). Adapun usaha yang telah dilakukan Puskesmas Kalimanah untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat DBD yaitu diantaranya mengaktifkan kembali kader untuk Pemantauan Jentik Berkala ( PJB ), memberikan penyuluhan tentang DBD, dan pembagian bubuk abate kepada masyarakat ( Puskesmas Kalimanah, 2013). Beberapa faktor etiologik yang ditemukan berhubungan dengan penyakit DBD adalah faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas), faktor lingkungan (kepadatan rumah, adanya tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curah hujan), faktor perilaku (pola tidur, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, menguras, membuang / mengubur sarang nyamuk) (Depkes RI, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yang terdiri dari pengindraan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah merupkan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan pada keluarga dengan DBD dengan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. B. Rumusan masalah Penyakit DBD merupakan masalah kesehatan utama bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Jumlah infeksi virus dengue telah meningkat dari tahun ke tahun sejak 1970-an. Sejak dikenal di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus dan penyebaran DBD cenderung meningkat. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 Kabupaten / Kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, penderita DBD di Kabupaten Purbalingga dari tahun 2011-2013 selalu mengalami kenaikan. Di Purbalingga Tahun 2013 tercatat 530 penderita DBD dengan jumlah orang meninggal 2 orang. Sedang di Puskesmas Kalimanah terhitung sejak bulan Januari - September Kecamatan Kalimanah telah memiliki 99 penderita DBD dan 2 orang meninggal akibat DBD.

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah merupkan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan Adakah perbedaan antara pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan pada keluarga penderita Demam Berdarah Dengue dengan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan pada keluarga penderita DBD dengan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga

b. Mengidentifikasi sikap keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga c. Mengidentifikasi praktik pencegahan DBD pada keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga d. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan pada keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga e. Mengidentifikasi perbedaan sikap pada keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga f. Mengidentifikasi perbedaan praktik pencegahan DBD pada keluarga dengan DBD dan bukan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal melakukan penelitian ilmiah serta menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai DBD sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dari institusi.

2. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan perpustakaan mengenai ilmu keperawatan khususnya tentang DBD. 3. Bagi tempat penelitian a Memberikan informasi mengenai DBD khususnya mengenai sikap dan praktik pencegahan yang benar terhadap DBD. b Dengan meningkatkan pengetahuan DBD pada masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit DBD. 4. Bagi tenaga kesehatan Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat khususnya untuk menurunkan angka kejadian DBD di masyarakat. 5. Peneliti selanjutnya Sebagai referensi/gambaran dalam melakukan penelitian. Juga sebagai perbandingan dalam penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait 1. Santoso, Anif. (2008). meneliti dengan judul hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) masyarakat terhadap vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Kabupaten Palembang tentang DBD. Sampel ini adalah 606 rumah dan

606 responden dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan indeks larva nyamuk aedes. Aegypti: indeks larva = 55,3%, ci = 20,8%, 44,7% = hi, bi = 71,3; df = 5,67. Tingkat ekonomi yang lebih tinggi akan menghasilkan pengetahuan yang lebih tinggi tentang DBD. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = 0,000, OR = 3,097), pengetahuan dan praktek (p = 0,000 OR = 2,25), sikap dan praktek ( p = 0,005 OR = 1,62 ). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Santoso (2008) adalah jenis penelitian dengan studi perbandingan (comparative study), variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan. Tempat penelitian yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 2. Zulmy, Azrul. (2013). Meneliti dengan judul pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat Desa Laladon Kabupaten Bogor terhadap masalah vektor dan penyakit DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat di Desa Laladon Kabupaten Bogor mengenai DBD. Penelitian menggunakan kuisioner terhadap 196 responden dengan wawancara langsung. Kuisioner memuat pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap DBD masih rendah sedangkan sikap dan perilaku responden

terhadap pencegahan DBD menunjukkan kategori sedang. Selain itu, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD (p=0.000, p<0.05), akan tetapi tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perilaku pencegahan DBD. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Zulmy (2013) yaitu pada jenis penelitian dengan studi perbandingan (comparative study), variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Tempat penelitian yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 3. Sitio, Anton (2008). Meneliti dengan judul Hubungan perilaku tentang pemberantasan sarang nyamuk dan kebiasaan keluarga dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kebiasaan keluarga (kebiasaan tidur siang, penggunaan kelambu di siang hari, pemakaian anti nyamuk di siang hari dan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai) dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah analytic explanatory research dengan pendekatan case control study, populasi adalah seluruh keluarga yang tinggal di Kecamatan Medan

Perjuangan dengan sampel diambil dari data kunjungan di Puskesmas Sentosa Baru terdiri dari kelompok kasus 26 keluarga penderita DBD diambil secara total sampling dan kelompok kontrol 26 keluarga bukan penderita DBD yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner, kemudian dianalisa dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD adalah kebiasaan menggunakan anti nyamuk di siang hari ( p=0,026; OR=4,343) dan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai (p=0,018; OR=5,500). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sitio (2008) adalah pada jenis penelitian dengan studi perbandingan (comparative study), variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan.teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Tempat penelitian yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga.