BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tengah. Tawangmangu menjadi salah satu objek wisata favorit karena daerahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIAH (SMP/MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas menyebutkan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa dimasa mendatang. Pengembangan tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar dan pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat nilai pendidikan karakter merupakan usaha bersama sekolah dan oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru, semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah (Afandi, 2011). Akhir-akhir ini banyak orang mulai gelisah mengenai perilaku kehidupan masyarakat yang miskin karakter positif, baik kalangan elit maupun masyarakat kebanyakan. Para elitnya banyak yang korup, tidak kurang dari 17 gubernur menjadi tersangka korupsi, lebih dari 150 orang bupati dan wali kota, terkena kasus yang sama, yaitu menggelapkan uang negara. Belum lagi mantan menteri, jaksa, hakim, pimpinan BUMN dan bahkan unsur KPK juga, terkena kasus yang sama. Seolah-olah tidak ada yang tersisa, yang mampu mempertahankan kejujuran dan intregitasnya yang konsisten. Dalam dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tauladan, selalu menjaga prinsip-prinsip moral, ternyata juga tidak sepi dari sorotan negatif, terungkapnya ijazah palsu, proses pendidikan 1

2 yang dijalankan apa adanya, kenaikkan jabatan akademik yang tidak semestinya. Semua itu sebagai tanda bahwa karakter bangsa dianggap mengkhawatirkan. Lebih memperihatinkan lagi, dengan maraknya kenakalan remaja, meningkatnya penggunaan narkoba, perilaku seks bebas, vidio porno dan tawuran antar pelajar maupun masyarakat (Suprayogo, 2013:ix). Fenomena di kalangan orang tua juga tidak kalah mengkhawatirkan, diantaranya terjadi perselingkuhan, beristri simpanan, perzinahan, perjudian, korupsi dan makelar kasus. Hal tersebut mengusik banyak pihak, sehingga merasa perlu mencari jalan keluar untuk memperbaiki kondisi karakter bangsa ini. Fenomena yang lain memperlihatkan dihampir semua aspek kehidupan diwarnai dengan relasi yang bersifat transaksional, semua relasi harus ditukar dengan uang, ceramah-ceramah keagamaan tidak dapat berjalan jika tidak tersedia dana untuk membayar oknum penceramah dan biaya menyelenggarakannya. Semua itu mencerminkan betapa semakin sulitnya membangun karakter bangsa ini (Suprayogo, 2013:x-xi). Karakter merupakan suatu hal yang penting, karena karakter berkaitan erat dengan kehidupan manusia di dalam bermasyarakat. Setiap individu harus memiliki karakter yang baik. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter yang dikembangkan oleh pemerintah meliputi karakter religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab (Syafri, 2012:xi-xiii). Salah satu karakter yang harus dimiliki oleh setiap warga negara adalah jujur. Karakter kejujuran atau jujur merupakan sifat terpuji, orang yang jujur adalah seseorang yang tidak suka berbohong. Karakter jujur atau kejujuran merupakan kesesuaian antara ucapan dengan kenyataan. Jika seseorang mengucapkan perkataan sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya dan dibuktikan dengan perbuatannya, maka orang tersebut memiliki karakter jujur. Seseorang juga dapat disebut jujur apabila orang tersebut bersikap sesuai dengan keyakinan yang terdapat dalam hatinya. Jujur juga dapat diartikan sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata, dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak

3 dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain atau untuk keuntungan dirinya (Kesuma dkk, 2011:16-17). Kejujuran menjadi tuntutan untuk semua lapisan dan kalangan masyarakat, baik pelajar, pekerja swasta, aparat pemerintahan dan kalangan penegak hukum. Kepribadian seseorang yang jujur akan memberikan dampak yang positif, informasi yang tepat, pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan lancar. Masyarakat yang mempunyai karakter kejujuran akan menciptakan ketenteraman, ikhlas melakukan bergotong royong, saling membantu dan semua pekerjaan yang bersifat kepentingan umum akan berjalan sesuai rencana, tidak ada rasa curiga antar anggota masyarakat. Dengan demikian karakter jujur atau kejujuran akan menguntungkan bagi semua pihak, baik untuk yang melakukan maupun bagi orang lain yang terkena akibatnya. Karakter jujur pada masyarakat bukan hanya dalam perkataan saja, melainkan dalam perilaku dan tindakan. Masyarakat Indonesia yang dahulu terbiasa santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan gotong royong kini mulai cenderung berubah menjadi saling menyalahkan dan berperilaku tidak jujur. Penerapan karakter kejujuran terasa semakin sulit, salah satu penyebabnya adalah krisis keteladanan. Sering menyaksikan secara terang tidak ada kesamaan antara kata-kata dan perbuatan yang terjadi hampir di setiap ranah kehidupan. Dalam kehidupan bermasyarakat ketidakjujuran masih sering diperlihatkan oleh pedagang pada kegiatan jual beli. Pedagang adalah salah satu profesi yang cukup diminati di Kabupaten Magetan. Pedagang menawarkan barang dagangan seperti buahbuahan, sayur-sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya. Eksistensi pedagang mampu merubah kehidupan ekonomi Indonesia, khususnya pedagang di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. Pasar Sayur merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Kabupaten Magetan, letaknya berada di dekat pusat pemerintahan. Bahkan keberadaan Pasar Sayur memberikan dampak yang cukup besar kepada masyarakat sebagai peluang usaha mereka. Masyarakat menjadi memiliki pekerjaan yang bisa mengangkat kehidupan perekonomian keluarganya. Pedagang di Pasar Sayur Kabupaten Magetan dalam melakukan kegiatannya

4 tidak bisa dilepaskan dari karakter, terutama kejujuran. Permasalahan sering muncul karena pedagang tidak menerapkan karakter kejujuran. Banyak kasus mencerminkan karakter negatif yang dilakukan pedagang secara umum di masyarakat. Kecurangan yang secara umum dilakukan oleh para pedagang adalah perbedaan pemberat pada alat ukur atau timbangan manual. UPTD Metrologi Kabupaten Malang menuturkan bahwa mayoritas pengaduan dari pelanggan pasar mengeluhkan pedagang yang timbangannya tidak sesuai, sehingga dapat merugikan konsumen atau pembeli. Keberadaan UPTD Metrologi Kabupaten Malang adalah untuk memberikan perlindungan hukum bagi pedagang dan konsumen agar tidak saling dirugikan. Tindak lanjut dari UPTD Metrologi Kabupaten Malang adalah dengan menera ulang timbangan para pedagang di pasar tradisional (Malang-post.com, Maret 2015). Fakta lain yang dijabarkan Joglosemar.co (2015), menceritakan kecurangan pedagang daging ayam di sebuah pasar tradisional untuk menambah berat daging ayam. Pedagang tersebut merendam daging ayam terlebih dahulu ke dalam air bersih agar tampak segar, bersih dan lebih gemuk. Harga daging ayam yang telah direndam dijual lebih murah daripada daging ayam yang tidak direndam dengan air. Peristiwa di atas merupakan beberapa contoh penerapan ketidakjujuran. Hal tersebut terjadi karena berkembangnya karakter atau sikap ketidakjujuran dalam masyarakat. Fenomena ketidakjujuran tersebut menimbulkan kesenjangan sekaligus ketidakadilan. Kesenjangan dan ketidakadilan tersebut merupakan realita dalam masyarakat yang menarik untuk diteliti, khususnya kejujuran pada pedagang. Dengan menerapkan sifat keadilan dalam timbangan dan kejujuran dalam penjagaan kualitas, maka usaha dari pedagang tersebut akan terus bertambah besar dan kesejahteraan keluarganya akan semakin meningkat. Karakter kejujuran harus ada dalam setiap diri pedagang, tidak terkecuali pedagang di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. Penerapan karakter kejujuran dilakukan agar pedagang mampu menerapkan sikap jujur dalam aktivitas jual beli. Hal tersebut berdampak langsung pada kepercayaan pembeli, sehingga tidak jera untuk kembali membeli barang di masa mendatang. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai karakter kejujuran pada

5 pedagang melalui transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. Alasan peneliti memilih Pasar Sayur Kabupaten Magetan sebagai tempat penelitian karena masih banyak pedagang yang belum dapat menerapkankan karakter kejujuran. Keterkaitan tema yang akan diteliti dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMS terletak pada visi dan misi yang menyinggung kalimat membentuk karater yang kuat. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMS meletakkan perhatian pada karakter yang selaras dengan tema penelitian ini. Keterkitan dengan mata kuliah yang ada di Program Studi PPKn adalah mata kuliah Sosiologi Indonesia, hal ini selaras karena cakupan mata kuliah Sosiologi Indonesia yang fokus perhatian pada masalah-masalah sosial. Keterkaitan yang lain adalah dengan adanya mata pelajaran PPKn kelas VII SMP/MTs pada KI (Kompetensi Inti) yang ke-2, yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. KI ke-2 memuat 4 KD (Kompetensi Dasar), yaitu menghargai semangat dan komitmen kebangsaan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara, menghargai perilaku sesuai norma-norma dalam berinteraksi dengan kelompok sebaya dan masyarakat sekitar, menghargai sikap toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan jenis kelamin, serta menghargai semangat persatuan dan kesatuan dalam memahami daerah tempat tinggalnya sebagai bagian yang utuh dan tak terpisahkan dalam kerangka Negara Kesatuan RepubIik Indonesia (NKRI). Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mata pelajaran PPKn di SMP/MTs kelas VII selaras dengan aspek kejujuran yang ada di KI 2 yang berbunyi menghargai dan menghayati perilaku jujur. Menghargai perilaku sesuai norma-norma dalam berinteraksi dengan kelompok sebaya serta masyarakat sekitar yang terdapat dalam KD juga merupakan aspek sosial kemasyarakatan yang fokus perhatiannya pada masalah-masalah sosial sebagaimana penelitian ini.

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan karakter kejujuran pada pedagang dalam transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan? 2. Bagaimana kendala penerapan karakter kejujuran pada pedagang dalam transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan? 3. Bagaimana solusi mengatasi kendala penerapan karakter kejujuran pada pedagang dalam transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan karakter kejujuran pada pedagang melalui transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. 2. Untuk mendeskripsikan kendala penerapan karakter kejujuran pada pedagang melalui transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. 3. Untuk mendeskripsikan solusi mengatasi kendala penerapan karakter kejujuran pada pedagang melalui transaksi jual beli di Pasar Sayur Kabupaten Magetan. D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Suatu penelitian sudah tentu diharapkan mempunyai manfaat yang dapat dikembangkan, begitu juga dengan penelitian ini nantinya diharapkan juga mampu memberikan manfaat terutama pada segi teoritik maupun praktisnya, manfaat tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut. 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya mengenai karakter kejujuran pada pedagang. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan penelitian yang relevan selanjutnya.

7 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyebarluaskan informasi mengenai penerapan karakter kejujuran pada pedagang di Pasar Sayur Kabupaten Magetan Jawa Timur. b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sebagai calon pendidik, sehingga dapat mentransformasikan kepada peserta didik serta masyarakat Indonesia pada umumnya.