FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN DIALOG JAKARTA JAYAPURA 1

dokumen-dokumen yang mirip
MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

CATATAN PENUTUP REFLEKSI AKHIR TAHUN PAPUA 2010 : MERETAS JALAN DAMAI PAPUA OLEH: LAKSAMANA MADYA TNI (PURN) FREDDY NUMBERI

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

BAB IV KESIMPULAN. masalah kemanusiaan. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan yang diperlukan

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

GUBERNUR PAPUA. Syaloom, Salam sejahtera bagi kita semua, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

Marjinalisasi dan Afirmasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

H. AZWIR, S.Sos AMRAN

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

Aliansi Demokrasi untuk Papua (Alliance of Democracy for Papua)

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripruna, Jakarta, 27 Oktober 2011 Kamis, 27 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

Kedua, bila dicermati tindak kekerasan itu tidak diseluruh Papua, tapi berkosentrasi di tiga distrik yaitu Jayapura, Abepura, dan Puncak Jaya.

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

SPKEP SPSI KABUPATEN MIMIKA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I. PENGANTAR. dampak etnisitas terhadap akses pelayanan publik dalam implementasi otonomi

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KHUSUS DALAM RANGKA PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT DI PROVINSI PAPUA 1. Oleh Yusak E.

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kualitas

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan rangkaian ribuan pulau di sekitar khatulistiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

Angket Motivasi Belajar. 1) Isilah identitas nama anda dengan lengkap dan benar. 2) Bacalah dengan seksama butir pertanyaan

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

= Eksistensi KORPRI dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 3 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBIDANGAN TUGAS ASISTEN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu 206 juta jiwa merupakan kekayaan hidup yang. eksistensinya berpeluang untuk memimpin dunia.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA 1

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE 65 KEMENTERIAN AGAMA RI TANGGAL 3 JANUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN DIALOG JAKARTA JAYAPURA 1 Oleh: Sostenes Sumihe 2 1. Mencermati kondisi sosial kemasyarakatan Papau akhir-akhir ini, maka Papua lebih merupakan sebuah tanah konflik daripada tanah damai. Kekerasan atas kemanusiaan yang membawa korban jiwa baik pada pihak masyarakat sipil maupun pada pihak aparat keamanan telah memberi kesan kuat, bahwa masalah konflik Papua itu serius. Situasi konflik ini bertentangan dengan deklarasi para pimpinan agama di Papua. Pada tanggal 5 Februari 2003 para pimpinan agama mengdeklarasikan Papua tanah damai. Istilah ini hendak menjelaskan kondisi sosial kemasyarakatan yang diharapkan berlaku di Tanah Papua. 2. Para pimpinan agama memberikan 9 (sembilan) indikator Papua Tanah Damai. Kesembilan indikator itu adalah (1) partisipasi; (2) kebersamaan, toleransi dan saling menghargai; (3) komunikasi; (4) kesejahteraan; (5) rasa aman dan nyaman; (6) keadilan dan kebenaran; (7) kemandirian; (8) harga diri dan pengakuan; (9) keutuhan-harmoni. Kondisi dambaan ini bertentang dengan realitas kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh rasa takut, intimidasi, marjinalisasi, stigmatisasi, alienasi, ketidakadilan, kemiskinan dan keterbelakangan. Situasi ini merupakan sebuah paradoks Papua yang memprihatinkan. Karena idealnya memang Papua mesti tanah damai, bukan tanah konflik seperti sekarang ini. 3. Ada beberapa alasan yang mendasari gagasan bahwa Papua seharusnya tanah damai. Pertama, kehadiran agama-agama dengan misi membawa rahmat dan keselamatan menjadi 1 Disampaikan pada pertemuan LIPI, Jakarta, 13 Desember 2001. 2 Direktur pascasarjana STT GKI I.S. Kijne, Jayapura. Seminar EVALUASI POLITIK PAPUA 2011 Ruang KK II, Gedung Nusantara DPR RI 1

landasan yang kuat bagi umat beragama untuk memperjuangkan terwujudnya kedamaian, keamanan, keadilan dan kesejahteraan di Tanah Papua. Ini menjadi alasan lahirnya deklarasi Papua Tanah Damai oleh para pemimpin agama itu. Namun, realitas Papua saat ini jauh dari yang didambakan itu. Tanpa mengabaikan peran agama-agama dalam pembangunan Papua, namun dengan rendah hati patut dicatat bahwa peran sosial agama-agama tidak cukup kuat untuk mewujudkan gagasan Papua Tanah Damai itu menjadi realitas dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Tanah Papua. 4. Kedua, potensi sumber daya alam Papua, yang digambarkan dalam sebuah lagu sebagai, sungaimu mengalirkan emas, pada dasarnya menjanjikan kepada masyarakat khususnya orang asli Papua sebuah kehidupan yang bebas dari kemiskinan. Kegiatan penambangan oleh Freeport saat ini menjadi bukti yang kuat, bahwa Papua memang mengalirkan emas dan memberikan harapan akan sebuah kehidupan yang sejahtera. Tetapi parakos dengan itu, realitas sebagian besar masyarakathidup dalam kemiskinan di atas tanah yang kaya ini. 5. Ketiga, ada regulasi yang menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat mengusahakan kesejahteraan orang asli Papua, yaitu Undang Undang nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua. Dalam kerangka Undang-undang ini Papua memiliki peluang yang sangat besar untuk terbebas dari keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan. Karena Otsus itu menekankan keberpihakan dan pemberdayaan orang asli Papua. Pemberdayaan dan keberpihakan ini didukung pula oleh dana pembangunan yang sangat besar dengan jumlah penduduk yang sedikit. 6. Dengan keunggulan-keunggulan itu mestinya gagasan Papua Tanah Damai dapat diwujudkan. Namun, kenyataannya realitas Papua sekarang ini justru bertolakbelakang dengan gagasan tersebut serta kekayaan dan kekuatan yang dimilikinya. Ini Seminar EVALUASI POLITIK PAPUA 2011 Ruang KK II, Gedung Nusantara DPR RI 2

menimbulkan keprihatinan, tetapi sekaligus pertanyaan: Mengapa masyarakat Papua miskin di atas negeri yang kaya? Dan mengapa negeri yang seharusnya damai, justru penuh dengan ketegangan dan konlik? Ada masalah apa di Papua? 7. Dari berbagai studi mengenai masalah Papua, antara lain yang dilakukan oleh LIPI, yang dituangkan dalam buku Papua Road Map, dapat dicatat empat masalah dominan: masalah politik, kekerasan terhadap kemanusiaan, implementasi Otsus yang gagal dan marjinalisasi orang Papua. Empat masalah ini sesungguhnya adalah masalah kemanusiaan. Karena keempat masalah itu bersentuhan dengan eksistensi manusia, khusus orang asli Papua. Masalah politik dan kekerasan yang menyertainya bersentuhan dengan identitas diri dan hak-hak dasar orang Papua. Otsus yang tidak cukup berhasil implementasinya itu adalah untuk kepentingan orang Papua. Semangat keberpihakan dan pemberdayaan untuk mengatasi ketertinggalan agar masyarakat menjadi subjek, bukan objek, pembangunan, ini juga tidak dapat dipisahkan dari masalah kemanusiaan Papua. Dengan semangat tersebut, dan apabila Otsus berjalan sebagaimana yang diharapkan serta ditunjang oleh dana pembangunan yang besar itu, maka dapat dibayangkan tidak akan ada marjinalisasi, ketertinggalan, kemiskinan dan alienasi di Papua, terutama di antara orang asli Papua. 8. Apabila implementasi Otsus belum begitu berhasil, ini juga menunjukan bahwa keberpihakan dan pemberdayaan orang asli Papua gagal. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah ada ketidakseriusan dalam membangun kehidupan dan kesejahteraan orang asli Papua? apakah benar orang Papua bagian integral dari Indonesia, jangan-jangan hanya tanah Papua bagian dari republik ini, tetapi orang Papua sendiri adalah orang asing dan diperlakukan tidak seperti orang Indonesia? Maka sejauh yang saya pahami, masalah Papua yang paling substansial adalah masalah kemanusiaan; yaitu penghargaan terhadap harkat Seminar EVALUASI POLITIK PAPUA 2011 Ruang KK II, Gedung Nusantara DPR RI 3

kemanusiaan, jati diri dan hak-hak dasar orang Papua. Masalah ini bersentuhan dengan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama, termasuk disini mengenai nilai-nilai hidup yang menggambarkan jati diri. Karena itu, saya menggarisbawahi pemikiran-pemikiran yang pernah dikembangkan oleh tokohtokoh Papua, antara lain Neles Tebay, bahwa yang harus dibangun adalah dialog kemanusiaan. 9. Sepintas lalu dialog kemanusiaan itu abstrak. Tetapi jelas fokusnya adalah manusia, yaitu manusia di dalam keutuhan hidupnya. Maka dalam dialog itu, manusia (dhi orang asli Papua) harus dilihat dan diterima dalam keutuhannya. Bukan hanya dilihat sebagai kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan politik, melainkan juga sebagai masyarakat yang memiliki keprihatinan atas kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan agama. Jelas kiranya, bahwa dialog kemanusiaan itu bersifat komprehensif, dan melibatkan berbagai kompenen masyarakat yang memahami masalah Papua yang terkait dengan berbagai sektor kehidupan: politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama. 10. Dialog kemanusiaan tersebut tidak dapat dibatasi hanya pada tataran verbal saja. Dialog itu harus menjadi sebuah pertemuan di dalam karya pembangunan. Di sini dialog itu tidak hanya terbatas pada kelompok elit dalam masyarakat. Masyarakat yang ada di kampung-kampung adalah perserta utama dari dialog itu. Apa yang sudah dilakukan oleh Barnabas Suebu, mantan gubernur provinsi Papua, dengan RESPEK dapat dicatat sebagai bentuk dialog kemanusiaan berbasis pembangunan kampung. Di situ tidak hanya ada visitasi dan dialog dengan masyarakat, tetapi sekaligus memberi kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri menjadi subjek dalam pembangunan. Seberapa besar RESPEK itu sudah berhasil, belum dapat ditentukan secara pasti. Akan tetapi, sebagai sebuah model dialog yang berbasis masyarakat terutama di kampungkampung, dapat dikatakan model itu berhasil menjadikan Seminar EVALUASI POLITIK PAPUA 2011 Ruang KK II, Gedung Nusantara DPR RI 4

masyarakat mitra dalam pembangunan, mulai dari perencanaan, pengelolaan dana dan pelaksanaan pembangunan. 11. Kesimpulan yang dapat dicatat mengenai faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dialog Jakarta-Jayapura adalah: pertama, dialog itu harus dibangun di atas dasar penghargaan dan penerimaan kemanusiaan manusia, yaitu orang asli Papua secara utuh. Kedua, konsep dialog itu tidak terbatas pada tataran verbal di kalangan elit, tetapi harus menjadi sebuah dialog di dalam praksis pembangunan bersama masyarakat. Ketiga, dialog itu harus bersifat komprehensif menyentuh semua aspek kehidupan: sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama. Seminar EVALUASI POLITIK PAPUA 2011 Ruang KK II, Gedung Nusantara DPR RI 5