KERANGKA PENDEKATAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN BENIH BERSERTIFIKAT PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dipenuhi. Pangan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Tanaman pangan

BAB IV. METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

PENDAHULLUAN. Pengertian Teknologi Pertanian

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan.

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kedelai

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PEMULIAAN TANAMAN. Tatap Muka Minggu ke- 13 ( metode e-learning ) Semester Genap 2015 Oleh : Tyastuti Purwani, Ir. MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

Sertifikasi Benih. Paper Halaqoh Disusun pada tanggal 04 Nopember 2015 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan Pertanian

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

ANALISIS PRODUKTIFITAS PETANI PADI PENANGKAR BENIH DENGAN PETANI KONSUMSI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

III. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

III KERANGKA PEMIKIRAN

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. negara indonesia pada tahun 1750 dan mulai dikenal sebagai bahan makanan serta

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

I. PENDAHULUAN. dari negara lain untuk komoditas padi, cabai, dan bawang merah pada tahun 2016

Transkripsi:

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2011). Sedangkan menurut Suratiyah (2015) ilmu usaha tani adalah ilmu yang mepelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapat semaksimal mungkin. Usahatani diartikan sebagi ilmu yang membahas dan mempelajari tentang cara-cara petani dalam menentukan mengorganisasikan dan mengkoordinasikan faktor produksi berupa sumberdaya seefektif dan seefisien mungkin untuk meberikan pendapatan semaksimal mungkin. Sumberdaya tersebut dapat berupa lahan, tenaga kerja, modal dan manajeman. Dalam usahatani produksi adalah hubungan antara input untuk menghasilkan output tertentu. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang 7

8 dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2003). a. Biaya Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk melakukan usahatani. Biaya dalam kegiatan usahatani oleh petani ditunjukan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka petani mengharapkan pendapatan yang setinggi-tingginya melalui tingkat produksi yang tinggi (Rumagit, 2012). Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC=Fixed Cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (y) dan biaya Variabel (VC=Variable Cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi (Suratiyah, 2015) b. Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan mengkombinasikan faktor-faktor produksi Capital, tenaga kerja, teknologi, serta managerial skill. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output (Soeharno, 2007). Penggunaan teknologi dipastikan menjadi faktor yang sangat berperan dalam proses produksi karena itu menentukan bagaimana faktor-faktor produksi itu

9 dikombinasikan satu sama lain. Teknologi juga memberikan corak/ karakteristik hubungan antara input dan output (Burahman, 2006). Dalam kaitannya dengan teori produksi, biaya digolongkan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang besarnya tidak berubah meskipun jumlah outputnya berubah sedangkan biaya variabel ialah jenis biaya yang besarnya berubah mengikuti perubahan jumlah output (Burahman, 2006). c. Penerimaan Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Y. Py Keterangan: TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani, menurut Suratiyah (2015), terdapat dua konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi seperti pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya sewa tanah, biaya bunga dari pinjaman dan lain-lain. Sedangkan biaya implisit merupakan biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikutsertakan dalam proses proses produksi seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya bunga modal sendiri dan semua

10 nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli. Total biaya usahatani yang dikeluarkan terdiri dari penjumlahan total biaya eksplisit (TEC) dan total biaya implisit (TIC) dan dapat dirumuskan sebagai berikut: TC = TEC + TIC Keterangan: TC = Total cost (biaya Total) TEC = Total explicit cost (biaya eksplisit total) TIC = Total Implicit cost (biaya implisit total) d. Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan petani dalam melakukan usahatani. Pendapatan dapat diperoleh dari pengurangan penerimaan total yang dengan total biaya eksplisit sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: NR = TR TEC Keterangan: NR = Net Return (Pendapatan) TR = total Revenue (Penerimaan) TEC = Total explicit cost (Biaya eksplisit total) 2. Benih Bersertifikat Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. Berdasarkan definisi tersebut maka yang dimaksudkan dengan benih adalah hasil perkembangbiakan baik secara generatif maupun vegetatif yang akan dipakai

11 untuk memperbanyak tanaman atau, dipakai dalam usahatani. Untuk meningkatkan produktifitas perlu adanya benih yang bermutu. Benih bermutu ini dapat diartikan bahwa benih terserbut varietasnya benar dan murni, mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik yang tertinggi sesuai dengan mutu dan standar kelasnya (Kuswanto. 1997). Perolehan benih bermutu (fisik, fisiologis dan genetik) untuk pengembangan budidaya tanaman dilakukan melalui kegiatan penemuan varietas unggul dan/atau introduksi dari luar negeri (Bab 3 Pasal 8). varietas hasil pemulihan atau introduksi dari luar negeri, sebelum diedarkan terlebih dahulu dilepas oleh pemerintah. Benih dari varietas unggul yang akan dilepas merupakan benih bina. Benih bina yang akan diedarkan, harus memiliki sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Benih bina yang lulus sertifikas, apabila akan diedarkan wajib diberi lebel (Pasal 13 ayat 1-3) (Yudono et al, 2014). Salah satu cara pengawasan mutu benih baik di lapangan maupun di laboratorium, untuk menjamin tingkat kemurnian benih adalah dengan pemberian sertifikat/label atas perbanyakan benih dengan peraturan/prosedur yang berlaku. Tujuannya adalah untuk memelihara kemurnian dan mutu varietas unggul agar tersedia secara kontinuitas/berkesinambungan bagi petani. Dalam pelaksanaan sertifikasi, varietas yang di sertifikasi harus merupakan varietas unggul yang telah mendapatkan pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Sertifikasi dilakukan oleh pengawas benih tanaman yang berada di UPTD Perbenihan/Instalasi Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih (IP2MB) yang berada di

12 Provinsi (Rangkuti, 2015). Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1992, Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pada benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan, serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. Sertifikasi benih dilakukan oleh pemerintah dan dapat dilakukan perorangan atau badan hukum berdasarkan izin. Ketentuan selanjutnya diatur oleh pemerintah (pasal 14 ayat 1dan 2). Menurut Rangkuti (2015) Benih bersertifkat memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi benih padi yang dikeluarkan Kementerian Pertanian dengan sub bagiannya yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) menempatkannya dalam 4 kelas, yaitu: a. Benih Penjenis (BS / Breeder Seed / Label Kuning) Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber perbanyakan Benih Dasar. b. Benih Dasar (FS / Foundation Seed / Label putih) Benih Dasar (BD) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya di sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.

13 c. Benih Pokok (SS / Stock Seed / Label ungu) Benih Pokok (BP) adalah keturunan dari Benih Dasar (BD) yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang di tetapkan dan harus di sertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. d. Benih Sebar (ES / Extension Seed / Label Biru) Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari Benih Pokok (BP) yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus di sertifikasi sebagai Benih Sebar (BS) oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (Rangkuti, 2015). 3. Pemilihan Penerapan Teknologi Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang dimaksud adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan pula sebagai sebuah keputusan yang dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu kemungkinan pilihan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo (1997), bahwa sebuah keputusan terkait dengan suatu ketetapan atau penentuan dari suatu pilihan yang diinginkan. Menurut Robbins (2002) pengambilan keputusan yaitu mereka menentukan pilihan di antara dua atau lebih alternatif. Hasilnya adalah bahwa apa yang orang

14 lakukan dalam pekerjaan mereka dipengaruhi oleh proses pengambilan keputusan mereka. Salah satu hambatan dalam pengambilan keputuan adalah pengaruh dari keputusan sebelumnya, keputusan yang dibuat di masa lalu secara terus- menerus membayangi pilihan-pilihan yang sekarang. Pilihan-pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan suatu akibat dari pilihan-pilihan yang dibuat sebelumnya. Menurut Soekartawi (1988) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mencakup faktor sosial, faktor personal dan faktor situasional. Hal ini diuraikan sebagai berikut: a. Faktor sosial Faktor sosial yang dimaksud adalah mencakup variabel famili atau keluarga dan kelompok referensi. 1) Anggota Keluarga Anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu teknologi. Karena konsekuensi penerimaan teknologi akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga, melalui istri anak dan anggota keluarga lainnya. 2) Kelompok referensi Kelompok referensi adalah kelompok orang-orang yang dijadikan contoh oleh orang lain dalam pembentukan pemikiran, penilaiaan dan keputusan dalam bertindak. b. Faktor personal Faktor-faktor personal atau individu termasuk umur dan pendidikan.

15 1) Umur Petani yang lebih tua tampaknya kurang cenderung melakukan difusi inovasi pertanian dari pada mereka yang relatif umur muda. 2) Pendidikan Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pendidikan atau pengetahuan tentang teknologi pertanian baru adalah bukan hal yang baru. c. Faktor situasional Faktor faktor situasional yang termasuk dalam faktor ini diantaranya adalah pendapatan usahatani, ukuran usahatani, status pemilikan tanah, pratise masyarakat dan sumber-sumber informasi yang dipergunakan. 1) Pendapatan usahatani Pendapatan usahatani yang tinggi seringkali ada hubungannya dengan tingkat keputusan penerapan teknologi pertanian. Kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam penerapan teknologi yang cepat sesuai dengan kondisi pertanian yang dimiliki oleh petani, maka umumnya hal ini yang menyebabkan pendapatan petani yang lebih tinggi. Sebaliknya banyak kenyataan yang menunjukan bahwa para petani yang berpenghasilan rendah akan lambat dalam menerapkan teknologi. 2) Ukuran usahatani Ukuran usahatani selalu berhubungan positif dengan penerapatn teknologi. Banyak teknologi maju baru yang memerlukan skala operasi yang besar dan sumberdaya ekonomi tinggi untuk keperluan penerapan teknologi tersebut.

16 Penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik akan menghasilkan manfaat ekonomi yang memungkinkan perluasan usahatani selanjutnya. 3) Status pemilikan tanah Telah dikenal baik bahwa pemilik-pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan untuk menerapkan teknologi sesuai dengan keinginannya tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan dipraktekkan. 4) Prestise masyarakat Prestise masyarakat biasanya dicirikan oleh status sosial tetapi dalam hubungannya dengan penerapan teknologi ini merupakan faktor situasional. Kedudukan seseorang dalam masyarakat hampir berhubungan positif dengan penerapan teknologi. Dibawah kondisi tertentu para petani dengan status sosial yang lebih tinggi diharapkan tetap secara kontinu menginformasikan secara baik perkembangan-perkembangan baru dalam pertanian. 5) Sumber-sumber informasi Terlepas dari hubungan kausal dan keadaan-keadaan yang mengganggu antara sebaran ide-ide baru, maka jumlah sumber-sumber yang digunakan atau hubunganhubungan dengan sumber-sumber informasi adalah berhubungan positif dengan tingkat penerapan teknologi. Hubungan ini bahkan lebih menyolok sekali jika

17 perbandingan-perbandingan dibuat antara penerapan teknologi dan pengetahuan berbagai sumber. Penelitian yang dilakukan Triyono (2014) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam penggunaan pestisida organik yaitu umur, luas lahan, tingkat pendidikan petani, pengalaman dalam usahatani dan status penguasaan lahan. Keputusan penggunaan pestisida organik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pola penguasaan lahan, sedangkan keputusan pengeluaran biaya pupuk organik dipengaruhi oleh pengalaman petani dan pola penguasaan lahan. Sehingga pengalaman yang lebih intensif bagi petani melalui pendampingan kelompok sehingga tahapan proses keputusan akan semakin kuat dan kelembagaan pola penguasaan lahan perlu mendapat perhatian terutama sistem bagi hasil sehingga diperlukan regulasi yang memberikan perlindungan bagi petani pengarap dalam usahatani padi yang memberikan pendapatan yang layak. Penelitian yang dilakukan Susanti et all. (2008) menyatakan bahwa faktor- Faktor yang secara signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menerapkan teknologi di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen yaitu : Pendidikan, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik petani responden di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen hubungan anatara faktor dengan keputusan petani yang secara signifikan ialah pendidikan,

18 lingkungan sosial, lingkungan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Saleh (2016) menyatakan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam menerapkan teknologi pertanian organik yaitu pendapatan petani, luas usahatani, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Fariyanti (2016) menyatakan bahwa Perbedaan pengambilan keputusan petani dalam pengguna benih lokal dan benih impor yaitu pada manfaat yang dicari petani, yakni pada petani yang menggunakan benih local bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi, sedangkan bagi petani yang menggunakan benih impor ertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan. Dalam pengambilan keputusan penggunaan benih tersebut faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menggunakan benih lokal ialah luas lahan, harga benih, pendapatan, dan akses pasar. Penelitian yang dilakukan Rahmawati, N (2015) menyatakan bahwa. Faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi kewirausahaan adalah lingkungan usaha yaitu akses kredit, orientasi pasar, pelatihan, jaringan kerjasama dan dukungan pemerintah serta faktor individu yaitu pendidikan. Secara umum motivasi kewirausahaan petani sudah cukup kuat dilihat dari faktor pendorong maupun faktor penarik. Untuk mengetahui pengukuran tingkat pemilihan teknologi dapat dirumuskan dalam model matematika yaitu mengunakan model logit. Menurut Arief (2011) Model logit merupakan model di mana dependent variable ialah logaritma dari

19 propabilitas suatu situasi atau atribut akan berlaku dengan syarat atau kondisi adanya variabel-variabel bebas tertentu. Probabilitas di sini merupakan suatu conditional probability. Model logit secara umum dinyatakan sebagai beriku: Keterangan : Ln : Logaritma Natural P : Probabilitas β 0 : Nilai konstanta dari persamaan regresi X i : Koefisien Regresi Model ini menyatakan bahwa logaritma probabilitas suatu situasi atau atribut akan berlaku tergantung atas adanya variabel-variabel bebas tertentu. Untuk menguji signifikansi koefisien dari model yang telah diperoleh, maka dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: Model ini menyatakan bahwa logaritma probabilitas suatu situasi atau atribut akan berlaku tergantung atas adanya variabel-variabel bebas tertentu. Untuk menguji signifikansi koefisien dari model yang telah diperoleh, maka dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: a. Uji persial Uji parsial digunakan untuk menguji individu yang menunjukkan apakah suatu variabel bebas secera signifikan layak untuk masuk dalam model atau tidak. Untuk menguji variabel bebas tersebut digunakan uji Wald test (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Sehingga dapat rumusan sebagai berikut: Wi =

20 Keterangan: βi = Koefisien Regresi SE (βi) = Galat Xi b. Uji Serentak Uji serentak digunakan untuk menguji fungsi koefisien (β) secara bersamasama, untuk menguji fungsi koefisien (β) digunakan metode likelihood (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: G = - 2ln[ ] Keterangan: n 0 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=1) n 1 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=0) n = total jumlah sampel B. Kerangka Pemikiran Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra pengembangan padi. Hal ini dilihat dari tingkat produktifitas padi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah yang menghasilkan produktifitas padi yang cukup tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, tingginya tingkat produktifitas padi tersebut didukung dengan penggunaan teknologi yang digunakan oleh petani dalam mengasilkan produktifitas yang tinggi tersebut. Dalam pemilihan penggunaan teknologi tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial

21 tersebut terdiri dari umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, dan musim sedangkan faktor ekonomi tersebut terdiri dari status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapat luar usahatani. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi petani dalam pemilihan pengguaan benih bersertifikat maupun benih non sertifikat pada usahatani padi. Pemilihan penggunaan benih tersebut akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan petani secara nyata (biaya eksplisit) maupun biaya yang tidak dikeluarkan secara nyata tetapi diperhitungkan (biaya implisit), tidak hanya dari segi biaya tetapi juga berpengaruh terhadap produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Penggunaan benih adalah salah satu upaya dalam meningkatkan produktifitas tanaman, dengan penggunaan benih bersertifikat akan meningkatkan produktifitas tanaman sehingga akan meningkatkan pula pendapatan yang diperoleh petani.

22 Faktor sosial: Umur petani Anggota keluarga Tingkat pendidikan Pengalaman usahatani Partisipasi kelompok tani Musim Faktor ekonomi: Status kepemilikan lahan Pendapatan usahatani Pendapat luar usahatani Keputusan petani dalam pemilihan benih bersertifikat dan non sertifikat pada usahatani padi Usahatani Padi Input 1. Benih 4. Pupuk 2. Pestisida 5. Lahan 3. Tenaga kerja Biaya Produksi Harga input Biaya eksplisit Biaya implisit Produksi Harga Output Penerimaan Pendapatan Gambar 1. Kerangka Pemikiran

23 C. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga keputusan petani dalam pemilihan benih bersertifikat dalam usahatani padi dipengaruhi oleh faktor sosial diantaranya: umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, dan partisipasi kelompok tani dan faktor ekonomi petani diantaranya: status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani.