BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengertian Desa menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004, yang dimaksud dengan desa atau disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan/dibentuk dalam pemerintahan nasional dan berada di kabupaten kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RI. Landasan pemikiran mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pengertian di atas menunjukkan bahwa undang-undang ini mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan atau pendelegasian dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan tertentu, Otonomi yang dimiliki Desa adalah otonomi asli karena berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang berlaku sejak lahirnya sebuah Desa Adat. Jadi berbeda dengan otonomi daerah yang merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat. Sebagai Desa yang memiliki otonomi, maka ada beberapa kewenangan Desa dalam urusan pemerintahan seperti yang diatur dalam pasal 206 Undang-Undang No 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut: a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa. b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi atau pemerintah kabupaten/ kota d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang undangan diserahkan kepada Desa. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa antara lain berhak memilih kepala Desanya sendiri, berhak mengelola keuangan desanya melalui penetapan APBDes, berhak mengelola kekayaan desanya, berhak menetapkan peraturan Desa dan lain-lain. Agar dapat melaksanakan hak dan kewenangan sebagai desa otonomi maka pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa dan perangkat-perangkatnya harus membangun kerjasama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk menetapkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Dalam kaitan dengan pembangunan Desa maka pelaksanaan pembangunan dewasa ini lebih diarahkan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalam membangun Desanya, termasuk dalam mengelola sumber-sumber kekayaan Desa untuk meningkatkan Pendapatan asli Desa. Bantuan-bantuan pemerintah yang diberikan selama ini seharusnya sebagai perangsang untuk mendorong prakarsa dan kreativitas Pemerintah Desa dalam menggali sumber-sumber pendapatan desa. a. Ada beberapa sumber pendapatan desa seperti diatur didalam UU No 32 tahun 2004 pasal 112 antara lain: (a). Pendapatan asli Desa. (b).bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.(c). Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.(d).bantuan dari
pemerintah-pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. (e). Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. Salah satu sumber pendapatan Desa yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendapatan asli desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa di Desa Lete Konda di Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya. Menurut Perda Kabupataten Sumba Barat Daya No. 17 tahun 2000 pasal 2 mengatur tentang pendapatan asli desa yang terdiri dari: a. Hasil dari kekayaan Desa. b. Hasil dari sewadaya dan partisipasi masyarakat. c. Hasil dari gotong royong. d. Hasil dari usaha Desa yang sah. e. Pungutan-pungutan Desa yang sah. f. Lain-lain pendapatan Desa yang sah. Sumber-sumber pendapatan Desa diatas sebagianya sudah dikelola antara lain : 1) Pungutan biaya pemotongan hewan pada waktu pesta. 2) Retritbusi galian C 3) Retribusi pengurusan surat-surat keterangan 4) Retribusi air bersih Pengelolaan retribusi di atas berdasarkan Peraturan Desa No. 9 tahun 2010 tentang penerimaan pendapatan asli Desa. Untuk mengetahui sejauh mana pengelolaannya maka dapat disimak pada uraian-uraian di bawah ini: 1. Pemotongan hewan pada pesta dipetahkan Rp 25.000/ekor. Dalam tahun 2010 berhasil dipungut sebasar Rp 900.000. 2. Retribusi galian C dimana harga satuannya Rp 20.000/Ret. Dalam tahun 2010 berhasil
dipungut 1.650.000. 3. Retribusi air bersi dengan harga satuannya Rp 2500/KK. Satu bulan. Dalam tahun 2010 berhasil dipungut sebesar Rp 9. 672.000. 4. Pengurusan surat keterangan ditetapkan Rp 10.000/Eksemplar. Dalam tahun 2010 berhasil dipungut sebesar Rp 3.600.000. Jumlah pungutan seluruhnya sebesar Rp. 15.822.000 Kewajiban Ini menunjukkan pengelolaan retribusi terhadap sumber-sumber pendapatan asli Desa belum optimal. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut melalui suatu penelitian yang berjudul : STUDI TENTANG PENGELOLAAN SUMBER- SUMBER PENDAPATAN ASLI DESA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DESA DI DESA LETEKONDA KECAMATAN LOURA KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok penulisan ini adalah : Bagaimana pengelolaan sumber-sumber pendapatan Asli Desa di Desa Letekonda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya dalam meningkatkan pendapatan Desa? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN 1. Tujuan Untuk menggambarkan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli Desa di Desa Letekonda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat
Daya. 2. Kegunaan a. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah kabupaten, pemerintah kecamatan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan pendapatan asli Desa yang dilakukan di Desa Letekonda. b. Sebagai bahan informasi masyarakat umum tentang pengelolaan pendapatan asli Desa. c. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan, terutama penelitian lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan judul ini.