1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa yang tidak dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh manusia. Barang sisa ini dapat dikatakan sebagai sampah. Sampah adalah hasil atau sisa dari barang dalam berbagai bentuk yang dihasilkan manusia dan tumbuhan pada kehidupan seharihari. Sampah menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi, contoh dari sampah jenis ini adalah daun-daunan kering, dan sisa makanan. Sampah anorganik merupakan sampah yang bersifat nonbiodegradable sehingga sulit terdekomposisi, contoh dari sampah jenis ini adalah kaca, logam, dan plastik. Namun di kehidupan sehari-hari kesadaran manusia untuk membuang sampah sesuai dengan kategorinya sangat sulit. Seharusnya manusia sadar untuk membuang sampah sesuai dengan kategorinya seperti jenis sampah organik contohnya daun-daunan kering, sisa makanan, dan sampah anorganik contohnya botol plastik, kantong plastik. Dengan kesadaran ini pengolahan sampah dapat lebih mudah dilakukan. Pemilahan sampah sesuai jenisnya seharusnya dimulai dari rumah tangga. Setelah dari rumah tangga sampah kembali dibuang ke tempat pembungan sementara (TPS). Pembuangan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) juga harus sesuai jenisnya. Selanjutnya sampah di tempat pembungan sementara (TPS) kembali di angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pada saat pengangkutan sampah harus sesuai jenis dan saat sampah tiba di tempat pembuangan akhir (TPA) pembuangan sampah harus tetap sesuai jenisnya. Tujuannya agar mempermudah proses daur ulang.
2 Gambar 1.1 Sampah organik dan anorganik yang masih bercampur Manusia adalah faktor utama dari adanya sampah ini. Manusia menghasilkan sampah namun tidak bisa mengolahnya kembali. Hal ini mengakibatkan tumpukan sampah yang sangat banyak terutama di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bahkan tidak jarang sekarang sudah mulai kekurangan lahan untuk menempatkan sampah ini. Area dekat pemukiman pun sudah dijadikan tempat pembuangan sementara (TPS), yang mana ini sangat tidak layak karena sangat dekat dengan aktivitas manusia. Ini dapat menimbulkan penyakit dan polusi di area manusia tersebut. Seharusnya area sampah ini berada jauh dari area pemukiman dan jauh dari area aktivitas manusia agar tidak mengganggu dalam aktivitas manusia. Kegiatan pengurangan sampah terdiri atas pembatasan timbunan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse), pendauran ulang sampah (recycle) (Perda Prov. Bali No. 5 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah Pasal 11 ayat 1). Kebiasaan konsumtif manusia dapat menimbulkan banyaknya sampah. Menumpuknya sampah di lingkungan sangatlah mengganggu lingkungan, baik dari segi kebersihan lingkungan dan kesehatan lingkungan, dimana ini dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Belum lagi penimbunan sampah tersebut akan membuat sarang bagi beberapa serangga pembawa penyakit yang akan merugikan manusia itu sendiri. Sampah yang ditempatkan oleh warga di depan rumah (TPS) tidak terpilah, Sisa bangunan seperti beton, genteng, sampah hasil tebangan, dicampur aduk dengan sampah plastik, daun dan sebagainya. Selain itu, sampah yang ditempatkan di pinggir-pinggir jalan atau depan rumah penduduk atau ada di TPS sering diaduk-aduk oleh para pemulung yang ingin mencari sampah anorganik yang yang mempunyai nilai ekonomi, sehingga kondisi sampah berserakan dan sangat menggangu nilai estetik (pemandangan). Proses pemilahan
3 sampah di depo cukup lama, karena sampah yang dikirim dalam kondisi tercampur antara sampah organik dan anorganik. Di Desa Temesi-Gianyar, diperkirakan untuk sampah ukuran satu truk angkel (isian 6 m3 8 m3) dipilah selama 2 jam oleh 10 orang tenaga pemilah. Di Desa Sanur Kauh, sampah yang dipilah menghasilkan 55 % sampah organik, 35 sebagai residu yang dibuang ke TPA, dan 10 % sampah anorganik (potongan besi atau logam, kertas dan kardus, gelas atau botol aqua plastik) yang bisa dijual (Wardi, I Nyoman 2008). Selain dengan membersihkan dan membakar sampah daun tersebut, sampah juga dapat dijadikan pupuk. Namun hanya sampah tertentu saja yang bisa dijadikan pupuk, seperti misalnya daun. Dengan mengeringkan sampah daun tersebut, sampah-sampah ini dapat meyuburkan tanah yang sekaligus akan membuat subur tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut. Cara pengolahan sampah menjadi pupuk tersebut disebut dengan pengomposan. Cara pengomposan adalah dengan membuat sampah menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Jenis sampah yang dapat dimanfaatkan dengan cara pengomposan adalah sampah organik. Sampah organik yang digunakan adalah sampah yang mudah ditemukan disekitar, salah satunya yaitu sampah dedaunan. Sampah dedaunan sudah pasti bisa ditemukan di halaman rumah atau di area terbuka lainnya. Sampah ini walaupun tidak mengganggu dari segi aroma, namun cukup mengganggu dari segi visualnya karena dapat mengurangi keindahan taman atau ruang luar. Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan manusia di zaman sekarang, mulai dikembangkan alternatif atau cara dalam menangani sampah ini. Penanganan sampah tidak hanya berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah begitu saja, namun sampah-sampah ini sebenarnya masih bisa diolah lagi agar lebih bermanfaat bagi manusia. Jadi sampah bukan hanya jadi barang sisa saja sekarang, namun bisa menjadi kebutuhan manusia berupa pupuk untuk tamanan. Dengan teknologi tepat guna, sampah bisa diolah dengan lebih cepat dan mudah sehingga dapat meningkatkan produktivitas penggunanya. Dari hal tersebut, maka penulis mencoba variasi pisau pencacah pada mesin pencacah dan sampah organik dan sampah plastik sederhana yang berfungsi untuk mencacah sampah daun menjadi serpihan-serpihan kecil yang dapat digunakan sebagai pupuk. Mesin ini diharapkan nantinya dapat membantu mengurangi penumpukan volume sampah yang ada di lingkungan.
4 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang muncul dalam merancang alat pencacah sampah organik dan sampah plastik adalah sebagai berikut: 1. Apakah perbedaan pisau potong pada alat pencacah sampah plastik dan sampah organik mempengaruhi waktu pencacahan sampah organik dan sampah plastik? 2. Apakah perbedaan feeding pada alat pencacah sampah plastik dan sampah organik ini dapat memisahkan secara langsung dari ukuran sampah? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam merancang alat pencacah sampah organik dan sampah plastik ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jenis mata pisau pencacah yang sesuai dan waktu pencacahan sampah yang diperlukan. 2. Untuk mengetahui feeding pada alat pencacah sampah organik dan sampah plastik. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian merancang alat pencacah sampah organik dan sampah plastik ini adalah: 1. Sampah yang digunakan adalah jenis sampah organik (daun-daunan) dan sampah plastik (plastik pembungkus makanan atau kresek). 2. Kecepatan pemotongan yaitu 1000 rpm. 3. Menggunakan 3 jenis bentuk mata pisau pencacah tipe 10, 30, dan 45. 4. Menggunakan sistem try and error. 5. Pencarian massa awal pemotongan menggunakan sampah dedaunan yang sudah kering dan sampah kantong plastik seperti kresek, plastik kiloan. 6. Ketajaman mata pisau diasumsikan sama. 7. Ukuran sampah organik dan sampah plastik yang digunakan untuk massa awal pemotongan yaitu 5 cm x 12 cm. 8. Ketebalan sampah organik dan sampah plastik di asumsikan sama.
5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merancang alat pencacah sampah organik dan sampah plastik ini adalah: 1. Untuk memperkecil ukuran sampah organik untuk bahan pembuatan pupuk kompos. 2. Menciptakan teknologi tepat guna untuk pengolahan sampah. 3. Mendapatkan jenis mata pisau yang sesuai dengan waktu yang efisien.