BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pertambahan jumlah penduduk Kota Padang yang semakin tinggi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 02 TAHUN 2014 ABSTRAK : a. 1.

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber. keuangan sendiri, yang didukung oleh pemerintah pusat dan daerah

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/ KEBERSIHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 23 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

b. bahwa untuk melaksanakan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGANGKUTAN SAMPAH/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 245 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR : 11 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR : 11 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

WALIKOTA BUKITTINGGI

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 100 TAHUN : 2009 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 100 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

L E M B A R A N D A E R A H

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

PROFIL KABUPATEN / KOTA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 48 TAHUN 2016

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG TEMPAT PEMAKAMAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola dirinya sendiri. Sebagai administrator penuh, masing-masing daerah harus kreatif agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk itulah maka pemerintah daerah harus memanfaatkan peluang yang ada ataupun menggali potensi-potensi baru dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai suatu wujud nyata otonomi. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan PAD akan membawa ke arah kemajuan perekonomian daerah yang akan berdampak pada peningkatan pembangunan di daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah selama ini merupakan sumber pendapatan daerah dominan, oleh karena itu perlu ditingkatkan penerimaannya. Retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk digali dan diperluas pengelolaannya karena retribusi daerah dipungut atas balas jasa yang disediakan pemerintah daerah. Di samping itu pelaksanaan pemungutan retribusi daerah dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan oleh peraturan perundangundangan, selama pemerintah daerah dapat menyediakan jasa untuk mengadakan pemungutan. Upaya peningkatan penerimaan daerah dengan cara mengoptimalkan retribusi daerah merupakan suatu hal yang diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Retribusi Pemakaman merupakan retribusi daerah yang masuk ke dalam golongan retribusi jasa umum yang besaran tarif serta pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola Pajak dan Retribusi Daerah diantaranya adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pasar, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Lingkungan Hidup. Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang mengelola 3 (tiga) sumber retribusi yaitu Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan, Retribusi Pemakaman dan Retribusi Penyedotan Tinja.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, Jumlah Penerimaan Retribusi pada DLH pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 6.665.685.250,00, terdiri atas Retribusi Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pemakaman, dan Retribusi Penyedotan Tinja. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Pada awal berdirinya, petugas kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang ditempatkan pada kelurahan. Merekalah yang mengangkut sampah dari rumah warga dan membawa ke TPS, serta juga ditugaskan setiap bulannya memberikan karcis kepada warga untuk menarik Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan atas pelayanan persampahan tersebut, kemudian disetorkan ke kas daerah melalui bendahara penerima. Namun hal ini tidaklah efektif, karena karcis yang telah dibayar masyarakat, petugas tidak menyetorkan secara penuh ke bendahara penerima sehingga setoran Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang diharapkan tidaklah optimal. Atas permasalahan tersebut, maka tahun 2008 petugas kelurahan ini ditarik kembali oleh Dinas Lingkungan Hidup, dan ditugaskan mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Pihak DLH juga melakukan sosialisasi dengan RT/RW agar membentuk Lembaga Pengelola Sampah (LPS). Lembaga Pengelola Sampah (LPS) adalah suatu lembaga yang memungut sampah pada lingkungan RT/RW. Lembaga ini dibentuk melalui suatu rapat di tingkat perumahan dan RT/RW yang dihadiri oleh seluruh warga atau perwakilan saja. Dalam rapat ini akan ditentukan siapa petugas pengumpul sampah, berapa besar iuran tiap bulan dan sampah yang akan dikumpul sudah terpilah. Dalam mengangkut sampah mereka menggunakan kendaraan pribadi. Iuran tiap bulan tersebut diberikan kepada Petugas pengumpul sampah dan tidak ada penyetoran ke kas daerah. Petugas pengumpul sampah ini kemudian membuang sampah tersebut ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). DLH juga menghibahkan becak motor ke beberapa LPS yang dianggap pengelolaan sampahnya baik. Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) berupa box sampah atau kontainer sehingga masyarakat dapat membuang pada sampah box sampah atau kontainer dengan waktu yang telah

ditentukan yaitu jam 17.00 s/d 05.00 WIB. Petugas kebersihan kemudian akan mengangkut sampah dengan truk sampah mulai jam 05.00 WIB ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Air Dingin. Dalam rangka pembayaran atas pelayanan Persampahan/Kebersihan, Pemerintah Daerah memungut Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Subjek retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh / menikmati pelayanan persampahan / kebersihan. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan meliputi Retribusi yang dipungut melalui Tagihan PDAM dan penagihan melalui Kolektor, Jumlah Penerimaan yang telah dipungut pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.5.670.760.250,00. Dalam penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, DLH melakukan beberapa upaya, antara lain bekerjasama dengan PDAM, dengan cara membebankan sejumlah Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan atas tiap pembayaran tagihan PDAM, serta menugaskan kolektor guna melakukan penagihan langsung kepada objek retribusi komersil dan non komersil yang diberikan Surat Ketetapan Retribusi (SKR) kepada Wajib Retribusi tersebut. Masyarakat yang membayar Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan melalui tagihan PDAM, dibebankan retribusi minimal sebesar Rp.5.000,00 tergantung luas bangunan. Jumlah Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan pada tahun 2015 adalah sebanyak 90.330 Wajib Retribusi yang terdiri dari 88.803 sesuai dengan jumlah pelanggan PDAM ditambah dengan pungutan oleh kolektor sebanyak 1.527 Wajib Retribusi. Sedangkan data jumlah Rumah Tangga berdasarkan data BPS pada tahun 2015 adalah sebanyak 210.881. Jika dibandingkan dengan data Wajib Retribusi tertagih, hanya 42,83% yang dipungut Retribusi Pelayananan Persampahan/Kebersihan, sedangkan sisanya 57,17% yang tidak dipungut Retribusi Pelayananan Persampahan/Kebersihan, namun mereka ikut menikmati pelayanan jasa kebersihan tersebut. Berdasarkan besaran Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan, Retribusi Pemakaman dan Retribusi Penyedotan Tinja, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan menghasilkan PAD yang paling besar yaitu sebesar

85,07% dari Penerimaan Retribusi pada DLH dan diharapkan masih dapat ditingkatkan lagi penerimaannya. Retribusi Pemakaman DLH mengelola 3 TPU (Tempat Pemakaman Umum) yaitu TPU Tunggul Hitam, TPU Air Dingin dan TPU Bungus. Kondisi saat sekarang ini, TPU Tunggul Hitam sekarang telah penuh, TPU Air dingan telah hampir penuh sedangkan TPU Bungus (Kuburan Kristen) masih terdapat lahan untuk pemakaman. Objek Retribusi pemakaman ini meliputi retribusi izin makam baru, retribusi izin perpanjangan masa kontrak makam, dan izin penembokan makam pada Taman Pemakaman Umum (TPU). Jumlah Penerimaan Retribusi Pemakaman pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 923.450.000,00 atau sebesar 13,85% dari Penerimaan Retribusi pada DLH, dan diharapkan masih dapat ditingkatkan lagi penerimaannya. Retribusi Pemakaman ini diatur dalam Perda Kota Padang No 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perda Kota Padang Nomor 11 Tahun 2011. Dengan adanya perubahan Perda tersebut, maka terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2016 besaran tarif retribusi pelayanan pemakaman telah mengalami perubahan di Tanah Pemakaman Umum (TPU). Retribusi Penyedotan Tinja Di Kota Padang ada 6 (enam) unit mobil penyedotan tinja, 1 (satu) unit milik pemerintah Kota Padang dan 5 (lima) unit mobil tinja milik pihak swasta. Retribusi Penyedotan Tinja dipungut dari pihak ke-3 yang menyewa mobil penyedotan tinja dari DLH. Jumlah Penerimaan Retribusi penyedotan Tinja pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 71.475.000,00 atau hanya sebesar 1,07% dari jumlah Penerimaan Retribusi pada DLH. Peneliti membatasi penelitian pada Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pemakaman, tidak meneliti Retribusi Penyedotan Tinja lebih jauh, karena kontribusi Retribusi Penyedotan Tinja hanyalah sebesar 1,07% dari seluruh penerimaan retribusi pada DLH. Dan hanya membahas tentang tarif retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dan pemakaman secara umum.

Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti jadikan referensi kebanyakan hanya membahas tentang Potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Sampah Rumah Tangga Dalam Pendapatan Asli Daerah, seperti penelitian yang dilkukan oleh Widhi Ariestianti Rochidianingrum (2011). Budi Wahono (2002) dengan judul penelitian Potensi retribusi pelayanan kebersihan dan pengaruhnya terhadap PAD Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan membahas tentang potensi retribusi Pelayanan Kebersihan dan Persampahan dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan menggunakan asumsi realisasi penerimaan serta dengan skenario berbagai perubahan kenaikan tarif. Penelitian yang dilakukan saat ini adalah membahas potensi retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pemakaman dengan menggunakan teknik pembuktian terbalik. Dimana Peneliti akan membuktikan potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pemakaman yang di kelola oleh DLH apakah sudah optimal. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik membuat penelitian dengan judul ANALISIS POTENSI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DAN PEMAKAMAN DENGAN TEKNIK PEMBUKTIAN TERBALIK. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah hasil perhitungan potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang dilakukan oleh DLH sudah optimal sesuai dengan perhitungan jumlah Wajib Retribusi, dengan teknik pembuktian terbalik? 2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Padang? 3. Apakah hasil perhitungan potensi Retribusi Pemakaman yang dilakukan oleh DLH sudah optimal sesuai dengan perhitungan jumlah Wajib Retribusi, dengan teknik pembuktian terbalik?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Pemakaman di Kota Padang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah hasil perhitungan potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang dikelola oleh DLH sudah optimal sesuai dengan perhitungan jumlah Wajib Retribusi, dengan teknik pembuktian terbalik. 2. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Padang. 3. Untuk mengetahui apakah hasil perhitungan potensi Retribusi Pemakaman yang dikelola oleh DLH sudah optimal sesuai dengan perhitungan jumlah Wajib Retribusi, dengan teknik pembuktian terbalik. 4. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Pemakaman di Kota Padang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk membuktikan potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pemakaman yang dikelola oleh DLH sudah optimal sesuai dengan perhitungan jumlah Wajib Retribusi. 2. Dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang untuk menggali potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. 3. Sebagai bahan informasi tentang penelitian lebih lanjut.

E. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan akan penulis uraikan dalam bentuk sistematika berikut: Bab I. Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II. Tinjauan Pustaka Pemaparan teori-teori yang ada kaitanya dengan permasalahan dibahas sebagai landasan penelitian. Bab III. Metodologi Penelitian Bab ini berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu, jenis data, metode pengumpulan data dan metode analisa data. Bab IV. Hasil dan Pembahasan, berisi mengenai gambaran umum wilayah penelitian, analisis potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pemakaman dengan teknik pembuktian terbalik. Bab V. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, saran-saran yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dan keterbatasan penulis.