II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN PARADIGMA. disebut perubahan. Perubahan tidak terjadi begitu saja, namun ada pembabakanpembabakan.

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyusun KBBI, 1997: 6). Menurut Eko A. Meinarno dkk, adaptasi adalah proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa, penyumbang adalah orangorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB III TRADISI TINGKEPAN PARI DI DESA PANDAN. tidak dapat dengan detail mengetahui semua fenomena-fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

BAB IV ANALISIS TENTANG UPACARA MANGANAN

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat berbagai macam dan bentuk budaya yang beragam. 2 Mengutip arti

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat (tradisi). Semua itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

MAKNA TRADISI DEKAHAN BAGI MASYARAKAT DESA PAKEL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PARADIGMA. Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

IDENTIFIKASI KERAGAMAN UNSUR KEBUDAYAAN DIDESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA. Yani Sri Astuti 1, Ely Satiyasih Rosali 2.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

II. TINJAUAN PUSTAKA. para ahli. Makna berasal dari bahasa Jerman meinen yang artinya ada di pikiran atau benar

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Transkripsi:

II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Menurut Mardimin, tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama (Soerjono Soekanto, 1990:181). Lebih lanjut menurut Harapandi Dahri, tradisi adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus menerus dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas (Harapandi Dahri, 2009:76). Berdasarkan pengertian konsep di atas dapat dijelaskan bahwa tradisi adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan telah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. 2. Konsep Sikap Untuk memberikan gambaran yang dapat memperjelas permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, berikut penulis menyajikan beberapa pengertian sikap yang dikemukakan oleh para ahli.

Menurut azwar sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan prilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi. Pandangan atau perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005: 9). Lebih lanjut Azwar menggolongkan definisi s ikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, berarti sikap seseorang terhdap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak ( favorable)maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak ( unfavorable) pada suatu objek. Kedua, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan atau berprilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2005:20) Lebih lanjut menurut Thurstone dalam buku Bimo Walgito yang berjudul memandang sikap sebagai suatu tindakan afek baik itu bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objekobjek psikologik. Afek yang positif yaitu afek senang, dengan demikian adanya sikap menerima atau setuju, sedangkan afek negatif adalah sebaliknya yaitu adanya sikap menolak atau tidak setuju (Bimo Walgito, 1983:51). Sedangkan menurut Saifudin sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang objek tadi. (Safrudin 2006:11). Sedangkan menurut Purwanto sikap positif kecenderungan tidakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1998:20). Berdasarkan konsep diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek yang dikehendaki. 3. Masyarakat Jawa

Istilah lazim untuk menyebut kesatuan (kolektivitas) hidup manusia adalah masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah sekumpulan gan istilah ilmiah saling Ranjabar, masyarakat adalah orang atau manusia yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, keduanya tak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal (Jacobus Ranjabar, 2006:20). Berdasarkan pengertian tersebut masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup bersama disuatu tempat yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Adapun menurut Franz Magnis-Suseno, orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya yaitu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Maka orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa yang berbahasa Jawa (Franz Magnis-Suseno, 1984:11). Menurut Maria A. Sardjono suku Jawa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia, mereka hidup tinggal di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur akan tetapi mereka juga hidup tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia ini. Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial yaitu wong cilik atau orang kecil yang terdiri dari sebagian massa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota. Golongan kedua adalah kaum priyayi dimana termasuk para pegawai dan golongan intelektual. Kecuali itu, masih ada kelompok ketiga yang jumlahnya kecil tetapi mempunyai prestise tinggi yaitu kaum priyayi tinggi atau ningrat. Di samping lapisan sosial ekonomis itu, masih dibedakan pula dua kelompok atas dasar keagamaan yang meskipun secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda cara penghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra Islam dan disebut Jawa Kejawen, dalam kepustakaan kelompok ini disebut abangan. Golongan kedua adalah golongan orang-orang Jawa beragama Islam yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam disebut golongan santri. Namun apapun golongannya mereka semua adalah orang Jawa dengan ciri-ciri khasnya yang tercermin dalam sikap mereka menghadapi berbagai macam segi kehidupan ini (Maria A. Sardjono 1995:13-14).

Berdasarkan pengertian konsep di atas maka dapat dijelaskan bahwa masyarakat Jawa merupakan sekelompok orang dari suku Jawa dan anak keturunan orang Jawa yang tinggal bersama-sama disuatu tempat dengan menggunakan bahasa Jawa yang terikat dengan aturan-aturan yang disepakati bersama sebagai orang Jawa untuk melangsungkan hidupnya, dan salah satunya adalah masyarakat Jawa yang tinggal di Desa Rantau Fajar Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur yang menjadi subjek penelitian. 4. Konsep Slametan Sepasaran Menurut Gatut Murniatmo, sepasaran merupakan suatu tradisi yang menandai bahwa bayi telah berumur sepasar (lima hari) dan diselenggarakan oleh keluarga untuk menyambut hadirnya bayi di tengah keluarganya sekaligus pemberian nama bagi si bayi (Gatut Murniatmo, 2000:228). Menurut Thomas Wiyasa Gratawidjaja, setelah bayi berumur sepasar yaitu lima hari perlu diadakan slametan sepasaran dengan menghadirkan beberapa hidangan yaitu nasi tumpeng beserta sayurannya, jenang abang, jenang putih, jajan pasar, telur ayam yang direbus (Thomas Wiyasa Gr atawidjaja, 2000:15). Lebih lanjut menurut Clifford Geertz, lima hari sesudah slametan pertama untuk bayi diselenggarakan, sebuah slametan yang agak lebih besar, pasaran diselenggarakan pula di mana diantara lain bayi itu diberi nama (Clifford Geertz 1989:60). Berdasarkan pengertian konsep di atas slametan sepasaran adalah acara sedekah makanan dan doa bersama yang dilaksanakan oleh orang Jawa ketika bayi berumur lima hari dan disertai dengan pemberian nama pada bayi dengan tujuan untuk memohon keselamatan dan keberkahan.

B. Kerangka Pikir Suatu tradisi harus terus dijaga serta dilestariakan selain untuk menjaga warisan nenek moyang tradisi juga sebagai identitas dan kebanggaan bagi setiap komunitas. Salah satu suku bangsa yang masih tetap melestarikan tradisinya adalah suku Jawa. Masyarakat Desa Rantau Fajar yang pada umumnya bersuku Jawa masih melestarikan warisan leluhurnya yang salah satunya adalah dengan melestarikan tradisi yang berhubungan dengan lahirnya seorang bayi yaitu tradisi slametan sepasaran. Dalam melaksanakan slametan sepasaran ini seringkali terjadi keberagaman dikalangan masyarakat Jawa seperti dalam hal waktu pelaksanaan, hidangan yang disajikan maupun prosesi acaranya. Keragaman tersebut disebabkan adanya sikap masyarakat Jawa yang menyatakan sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tradisi slametan sepasaran, sehingga dalam hal ini fenomena yang terjadi pada masyarakat Jawa di Desa Rantau Fajar adalah adanya masyarakat Jawa yang masih memegang teguh warisan nenek moyang dan ada pula yang telah mengalami perubahan. C. Paradigma Sikap masyarakat Jawa di Desa Rantau Fajar Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tradisi Slametan Sepasaran Keterangan : Garis Sebab : Garis Akibat REFERENSI Johanes Mardimin. 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 12

Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 181 Harapandi Dahri. 2009. Tabot Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu. Jakarta: Citra. Halaman 76 Azwar. 2005. Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 9 Ibid. Halaman 20 Bimo Walgito. 1983. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Halaman 51 Purwanto. 1998. Pengantar Prilaku Manusia. Jakarta: EGC. Halaman 20 Saifudin. 2006. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 11 Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Reneka Cipta. Halaman 144 Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Ghalia Indonesia. Halaman 20 Franz Magnis Suseno. 1984. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11 Maria A Sardjono. 1995. Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 13-14 Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 22 H. Abdul Jamil dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. Halaman 74 Franz Magnis Suseno. Op. Cit. Halaman 89 Clifford Geertz. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. Halaman 13 Gatut Murniatmo, dkk. 2000. Khazanah Budaya Lokal. Yogyakarta: Adicita. Halaman 228 Thomas Wiyasa Bratawidjaja. 2000. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 15 Clifford Geertz. Op.Cit. Halaman 60