BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan


BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada


BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus dan komplikasinya telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian dan kecacatan diseluruh dunia. Diabetes merupakan suatu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21 ini. World Health Organization (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun 25 tahun kemudian pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014). Tingkat prevalensi diabetes melitus menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 di dunia terdapat 382 juta orang dengan diabetes dan diduga pada tahun 2035 akan meningkat menjadi 592 juta orang dengan jumlah terbesar penderita antara usia 40 sampai 59 tahun. Negaranegara seperti Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia, Meksiko, Indonesia, Jerman, Mesir, dan Jepang merupakan 10 besar negara dengan jumlah diabetes terbanyak. International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa diabetes merupakan penyebab 5,1 juta kematian pada tahun 2013, setiap 6 detik orang meninggal karenanya (IDF, 2013). Prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 adalah 2,1%, angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 1

2 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes melitus yang cukup berarti. Prevalensi tertinggi Diabetes pada umur 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun 2013 adalah di Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%) kemudian Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), DKI Jakarta (3,0 %), dan DI Yogyakarta (3,0 %). Sedangkan yang terendah ialah Provinsi Lampung (0,8%), kemudian Bengkulu dan Kalimanntan Barat (1,0%). Provinsi dengan kenaikan prevalensi terbesar adalah Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 0,8% pada tahun 2007 menjadi 3,4% pada 2013. Provinsi dengan penurunan prevalensi terbanyak adalah Provinsi Papua Barat, yakni 1,4% pada tahun 2007 menjadi 1,2% pada 2013 (Kemenkes RI, 2014). Di seluruh dunia, sekitar 46% orang yang menderita diabetes melitus belum terdiagnosis(idf, 2013). Di Indonesia sekitar 75% penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes melitus sehingga tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang cukup. Penderita diabetes melitus yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes bisaanya akan mengalami komplikasi akut ataupun kronis dari diabetes melitus. Komplikasi kronis diabetes melitus bisaanya adalah gangguan pada mata dan katarak (retinopati), gangguan fungsi ginjal (nefropati), gangguan syaraf (neuropati), ulkus pada kaki dan amputasi, infeksi, penyakit jantung dan stroke (BalitbangKes, 2007). Secara epidemiologik diabetes sering kali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum

3 diangnosa ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah: bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Purnamasari, 2014). Diabetus melitus adalah penyakit yang cenderung diwariskan dan bukanlah merupakan penyakit menular. Para pakar menyelidiki kembar identik dan silsilah keluarga pasien diabetes melitus menemukan bahwa keturunan merupakan faktor risiko diabetes melitus yang penting (Bilous, 2002). Seorang anak akan mempunyai risiko diabetes melitus bila orang tuanya mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus. Risiko seorang anak mendapat diabetes melitus adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita diabetes melitus (DITJEN PP dan PL, 2008). Adanya riwayat diabetes militus dalam keluarga, memperbesar risiko seseorang sebagai penderita diabetes melitus di kemudian hari, bila dibandingkan dengan mereka tanpa riwayat diabetes dalam keluarga. Penelitian saudara kembar identik: apabila seorang terkena penyakit diabetes melitus tipe 2, kemungkinan kembarannya akan mengalami hal yang sama adalah sebesar 60-70% (Soewondo, 2007).

4 Pengetahun masyarakat akan faktor risiko diabetes mellitus masih rendah. Hal ini menyebabkan kesadaran untuk melakukan pencegahan penyakit pada masyarakat masih sangat kurang, untuk itu media Kartu Pohon Keluarga (KPK) diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anggota keluarga yang berisiko agar melakukan pencegahan dan membantu anggota keluarga dalam memahami peta penyandang diabetes pada keluarganya. KPK pada dasarnya adalah genogram. Instrumen ini dapat digunakan pada penyakit genetik, penyakit menular maupun tidak menular. Genogram memiliki peranan penting sebagai cara untuk mengidentifikasi orang-orang dengan peningkatan risiko kelainan genetik. Pengambilan riwayat keluarga dengan menggunakan genogram melibatkan beberapa langkah, melalui: pengadaan kuesioner riwayat kesehatan keluarga yang menjadi langkah pertama untuk mendorong pasien menghubungi kerabat untuk mendapatkan informasi, atau dengan melakukan wawancara tatap muka untuk mendapatkan riwayat keluarga, dengan tujuan akhir untuk mendapatkan informasi silsilah keluarga mencakup setidaknya 3 generasi (Rich, 2004). Oleh karena itu KPK ini dapat digunakan sebagai alat screening untuk mendeteksi secara dini faktor risiko genetik diabetes melitus dalam anggota keluarga. Berbagai upaya untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit di nyatakan pula dalam Al-Quran, yaitu: خ ذيد ر م آ اذب ح آ و آ ه نذ اذد ر ذ خ و خب ر يذ خ ذ ذ خ د ج آ ذ آ ن ان ذ ي آ ذا ذ خ آ ي ن ب ا ي

5 Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q.S. Al-A raf: 31) Islam memperhatikan prinsip memelihara kesehatan dan menangkal penyakit lebih baik daripada mengobati penyakit yang sudah menjangkit tubuh. Seperti ayat diatas yang mejelaskan bahwa manusia tidak boleh berlebihan dalam makan dan minum. Batas kuantitas maupun batas kualitas dalam arti keseimbangan antara kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang diperlukan bagi setiap insan berdasarkan kandungan zat dan mineral yang diperlukan untuk memelihara kesehatan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh edukasi menggunakan Kartu Pohon Keluarga terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan diabetes mellitus pada anggota keluarga? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi menggunakan Kartu Pohon Keluarga (KPK) terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan diabetes mellitus pada anggota keluarga. 2. Tujuan Khusus

6 a. Untuk mengetahui skor tingkat pengetahuan dan perilaku sebelum diberikan edukasi menggunakan Kartu Pohon Keluarga b. Untuk mengetahui skor tingkat pengetahuan dan perilaku setelah diberikan edukasi menggunakan Kartu Pohon Keluarga D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan acuan untuk pengembangan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam, khususnya tentang pencegahan diabetes mellitus pada anggota keluarga dengan Kartu Pohon keluarga. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memberikan pengetahuan dan informasi terhadap masyarakat agar mampu melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin. b. Bagi puskesmas dan tenaga medis Memberikan gambaran dan bahan masukan untuk pengembangan program dalam upaya pencegahan penyakit anggota keluarga. Tenaga medis dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya peningkatan kesehatan mayarakat. c. Bagi peneliti

7 Menambah pengetahuan, pengalaman, dan mengembangkan wawasan, khususnya hal hal yang berhubungan dengan pencegahan penyakit anggota keluarga dengan Kartu Pohon Keluarga. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan beberapa penelitian yang hampir sama dan berhubungan, yaitu: 1. Tjahjono (2013) dengan judul Pengaruh edukasi melalui media visual buku ilustrasi terhadap pengetahuan dan kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2". Penelitian ini mengggunakan desain penelitian randomized controlled trial (RCT). Pada penelitian ini menggunakan subyek sebanyak 20 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dibagi menjadi 2 kelompok, kontrol dan uji (masing-masing 10 pasien). Subyek kelompok kontrol tidak mendapatkan edukasi dalam bentuk apapun, sedangkan pada subyek kelompok uji dilakukan intervensi berupa edukasi dengan media buku ilustrasi. Pengetahuan dan kepatuhan diukur menggunkan kuesioner yang diberikan sebelum dan 2 minggu setelah intervensi dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan kepatuhan signifikan pada kelompok uji dibandingkan kelompok kontrol. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah instrument, subjek, variabel, waktu, dan tempat penelitian.

8 2. Urma (2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Penyakit Diabetes Melitus pada Masyarakat di Desa Tambakan Kecamatan Gubug Kabupaten Grombogan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada seluruh masyarakat desa yang diteliti dengan kriteria berusia 40-60 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 35 orang (43,2%). Perilaku deteksi dini penyakit Diabetes Melitus, responden sebagian besar tidak baik, yaitu sebanyak 57 orang (70,4%). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit Diabetes Melitus dengan perilaku deteksi dini penyakit Diabetes Melitus pada masyarakat dengan nilai p=0,000 (<0,05). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada subjek, variabel, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian. 3. Perdana (2013) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit DM dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah pada Pasien DM Tipe II di RSU PKU Muhammadiyah Surakarta.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sempel 33 pasien DM. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tingkat pengetahuan dan rekam medis. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai P Value= 0,042 yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan DM dengan pengendalian kadar glukosa darah. Perbedaan

9 dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek, waktu, tempat, dan desain penelitian.