Oleh : RIGI RAMDANI J

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMUR SINISTRA

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan

Di susun oleh : ARFIAN EKA NUGRAHA J

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Perubahan yang sangat kental

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang

FETAL DISTRES FAKULTAS. Oleh : J

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

Gangguan Neuromuskular

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS DI RSUD. DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. motorik maupun sensoris. Di Amerika sekitar 8000 kasus spinal cord injury (SCI)

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI POST OPERASI RELEASE KNEE BILATERAL A/C POLIOMIELITIS DENGAN PEMASANGAN WIRE PADA 1/3 DISTAL FEMUR BILATERAL DI BBRSBD DR. SOEHARSO SURAKARTA Oleh : RIGI RAMDANI J 100 070 021 Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III jurusan Fisioterapi PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN 2010

1 BAB I PENDAHULUAN Memasuki milenium ke tiga abad 21, Indonesia dihadapkan pada berbagai tuntutan perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional, termasuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Perubahan yang sangat kental yang dapat kita rasakan adalah proses transisi menuju ke arah terbentuknya masyarakat madani yang lebih demokratis, menjunjung tinggi hak-hak azazi manusia. Penerapan nilai-nilai universal yang diakui masyarakat global (era globalisasi) merupakan salah satu prasyarat untuk dapat bersaing dalam masyarakat dunia yang semakin hari terasa tanpa ada sekat. Untuk mencapai dan menetapkan ukuran tentang semua upaya kesehatan agar dapat diukur secara baik, maka melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 telah ditetapkan indikator keberhasilan Indonesia Sehat 2010 untuk semua jenis pelayanan kesehatan termasuk tentang indikator sumber daya kesehatan yang merupakan kelompok indikator proses dan masukan untuk mencapai atau melaksanakan pelayanan kesehatan dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 (Judiono, 2006). Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. 1

2 Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1059/MENKES/SK/IX/2004). Undang-Undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah, Poliomielitis termasuk dalam daftar penyakit wabah dan wajib dilaporkan, Poliomielitis (polio) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan sebagian besar menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Virus ini menyerang sistem saraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan seumur hidup (Promosi Kesehatan, 2005). Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau kelompok tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit. Gerak dan fungsi yang sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat (Depkes, 2008).

3 A. Latar Belakang Pencegahan dan pemberantasan penyakit, merupakan prioritas pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tidak hanya terbatas pada upaya pemulihan (rehabilitatif), melainkan juga pencegahan terhadap kematian dan kecacatan. Menurut WHO, Polio merupakan salah satu penyakit penyebab kecacatan. Pada tahun 1992, diperkirakan adanya 140.000 kasus baru kelumpuhan akibat poliomielitis diseluruh dunia, dimana jumlah anak-anak yang menderita lumpuh sebesar 10 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah kasus AFP (Accute Placcid Paralysis yaitu kasus lumpuh layuh yang belum tentu polio) yang ditemukan sampai dengan tanggal 15 Desember 2005 adalah 1.351 anak di bawah usia 15 tahun (Depkes, 2005). Penyakit ini terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio, misalnya di Belitung tahun 1948, di Semarang tahun 1954, di Medan Tahun 1957. (A.H. Markum, 2002). Kasus polio ditemukan lagi di Indonesia pada 13 Maret 2005, setelah sebelumnya selama 10 tahun tidak didapati lagi. Penyakit ini menyebar dengan cepat sehingga sampai Februari 2006 menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 48 kabupaten di Provinsi yang ada di Indonesia dan mengakibatkan kelumpuhan pada 305 anak dan 6 kematian. (Keith, 2007). Kelumpuhan yang terjadi dapat mengenai otot-otot di manapun, seperti otot bahu, otot di belakang lengan, otot punggung, atau otot ibu jari, tetapi yang paling sering di tungkai. Ada sebagian anak yang hanya mengalami sedikit lemah otot, sementara yang lain mengalami lumpuh berat/lunglai (Salim, 2006).

4 Mengapa terjadi kelumpuhan pada bentuk ini tidak lain karena virus berhasil melewati dinding pembuluh darah usus, untuk berangkat menuju sel-sel saraf di tulang belakang. Di sana, virus menghancurkan suatu sel saraf bernama sel tanduk anterior, yang berfungsi mengontrol pergerakan pada tangan dan kaki. Pada penderita yang tidak memiliki kekebalan (belum divaksin) virus akan menyerang seluruh sel saraf terutama sel saraf motorik (sel yang mengatur pergerakan otot). Sel saraf motorik ini tidak punya kemampuan regenerasi hingga jika terinfeksi sifatnya akan permanen. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan kaki menjadi lemas. Kondisi ini terjadinya cepat (dalam hitungan jam), disebut acute flaccid paralysis (AFP). Pada keadaan yang sangat parah, batang otak dapat ikut terserang. Di batang otak terdapat saraf motorik yang mengatur berbagai fungsi vital kehidupan manusia, terutama fungsi pernafasan. Jika batang otak terserang, seseorang dapat meniggal karena gagal bernafas. Ada beberapa gejala kelainan utama dan penyerta pada anak poliomielitis yang mungkin dapat dilakukan identifikasi, yaitu: (1) Kelumpuhan dan/atau pengecilan otot anggota gerak tubuh, (2) Kontraktur atau kekakuan sendi, seperti sendi paha melipat ke depan, sendi lutut melipat ke belakang, sendi telapak kaki jinjit, melipat ke atas, ke luar, ke dalam, sendi tulang belakang skoliosis, (3) Atropi otot, sehingga kekuatan otot hilang, (4) Pemendekan otot di sekitar sendi, sehingga terjadi deformitas sendi. Ada beberapa kemungkinan lebih lanjut yang terjadi pada anak polio: (a) sembuh total (30%), (b). lumpuh tingkat ringan (30%), (c) lumpuh moderat/berat (30%) dan (d) meninggal dunia (10%).(Werner, 2002).

5 Komplikasi ortopedik sering ditemukan dan merefleksikan stress abnormal yang berkepanjangan karena deformasi skeletal dan kelemahan otot. Abnormalitas meliputi deformitas fleksi yang terfiksasi, hiperekstensi atau instabilitas ke samping pada lutut atau pinggul, instabilitas progresif pada sendi, osteoporosis, patah tulang, osteoarthrosis, dan skoliosis. Spondilosis servikal akan bermanifestasi sebagai nyeri leher, dan gangguan sensorik pada beberapa pasien. Efek penyakit polio pada pertumbuhan sangat penting. Polio yang terjadi sebelum masa cepat pertumbuhan biasanya menyebabkan skoliosis progresif dan pemendekan anggota gerak, yang berakumulasi menjadi retardasi pertumbuhan. kelainan tulang karena umumnya cacat bawaan lahir, infeksi, cedera, atau kondisi lainnya yang menyebabkan tulang panjang pada kaki (tulang kering dan tulang paha) tumbuh tidak proporsional. Pertumbuhan yang tidak proporsional ini sering kali menyebabkan kelainan pada kedua kaki yang dikenal dengan valgus (lutut bersinggungan) atau varus (kaki bentuk O). Berjalan atau berlari dalam kondisi seperti ini sangat menyakitkan dan mengganggu fungsi penggunaan kaki secara normal. Kelainan panjang tungkai adalah keadaan saat satu tungkai lebih panjang ataupun lebih pendek dibanding yang lain. Polio merupakan penyebab utama kondisi ini walaupun ada banyak lagi kelainan bawaan menunjukkan hal serupa (Graham, 2004). Dalam beberapa kasus tersebut, teknik bedah ortopedi menjadi cara penyembuhan yang bisa dilakukan. Bedah ortopedi atau orthopaedi (juga dieja orthopedi) ialah cabang ilmu bedah yang mempelajari tentang cedera. Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk

6 artritis, trauma, dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan nonbedah. Ortopedi adalah ilmu bedah tulang, sedangkan osteotomi adalah bagian kecil dari ortopedi. Osteotomi sendiri ditempuh sebagai salah satu alternatif operasi bedah tulang korektif. Osteotomi merupakan salah satu teknik bedah tulang korektif Perbaikan dengan metode osteotomi umum dilakukan dan melibatkan pemotongan bagian tulang yang tidak proporsional, menambahkan atau mengurangi potongan tulang tertentu (tergantung pada jenis kelainannya) dan menyesuaikan tulang kembali ke posisi semestinya. Tulang yang telah disesuaikan kemudian harus dipertahankan letaknya menggunakan fiksator eksternal berupa lempeng dan sekrup diakhiri dengan pemasangan gips (Howard, 2005). Melihat kompleknya permasalahan yang timbul akibat poliomielitis terutama pada kasus ini Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral, dibutuhkan tim yang terdiri dari multi disiplin yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Tim tersebut terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, okupasiterapis, psikolog, dan orthosis prostesis. Dalam hal ini fisioterapis berperan dalam pemeliharan dan peningkatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Dimulai sejak penderita berada dalam stadium tirah baring hingga pasien menjalani program rehabilitasi. Sehingga penderita mampu untuk kembali beraktifitas secara mandiri dengan mengoptimalkan kemampuan yang ada.

7 B. Perumusan Masalah Dalam kasus ini ditemukan perumusan permasalahan sebagai berikut : 1) Apakah modalitas IR & Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral? 2) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat mengurangi oedema, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral? 3) Apakah modalitas IR & Terapi Latihan dapat mengurangi spasme otot paha, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral? 4) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral? 5) Apakah modalitas Terapi Latihan dapat meningkatkan LGS, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral? 6) Apakah Terapi Latihan dapat meningkatkan aktivitas fungsional?

8 C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri atas 2 hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1) Tujuan umum Untuk mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. 2) Tujuan khusus Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mempunyai tujuan khusus antara lain sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa IR dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. b. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan dapat mengurangi oedema, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. c. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan dapat mengurangi spasme otot paha, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral.

9 d. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. e. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi berupa terapi latihan dapat meningkatkan LGS, pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. f. Untuk mengetahui pengaruh modalitas Fisioterapi IR & Terapi Latihan dapat meningkatkan aktivitas fungsional. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral dengan menggunakan IR dan Terapi Latihan adalah sebagai berikut: 1) Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran bahwa IR dan Terapi Latihan sebagai modalitas fisioterapi dapat digunakan sebagai alternatif untuk diterapkan pada pasien dengan kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral untuk menyelesaikan problem pada kapasitas fisik dan

10 kemampuan fungsional pasien. Dimana dalam pelaksanaannya dengan tidak mengindahkan atau tetap mengacu pada keterampilan dasar dari praktek klinik dan pengembangan ilmu. 2) Institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dilingkungan pendidikan fisioterapi untuk memahami serta melaksanakan proses fisioterapi dengan modalitas yang ada khususnya IR dan Terapi Latihan. 3) Bagi penulis Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal hal yang berhubungan dengan penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. 4) Bagi pasien Untuk membantu mengatasi masalah yang timbul pada penderita Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral. 5) Bagi masyarakat Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang peran fisioterapi pada kasus Post Operasi Release Knee Bilateral A/C Poliomielitis Dengan Pemasangan Wire Pada 1/3 Distal Femur Bilateral.