PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
: I. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara RI Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3317);

NIENFERl ENERGl DAN SUMBER DAYA MlMEfftAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Perser

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REP UBli KI NDONES IA

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

2 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara R

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA NOMOR :... TENTANG DIVESTASI SAHAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

- 3 - Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

PETUNJUK TEKNIS PERMOHONAN IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (IUKU)

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04P/40/M.PE/1991 TAHUN 1991 TENTANG PENYIDIK KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 09 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2016, No Mineral tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Ta

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Mineral. Batubara. Kebutuhan. Berjualan. Harga. Patokan. Pemasokan.

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG PROSEDUR PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DAN/ATAU SEWA MENYEWA JARINGAN DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa untuk menyederhanakan proses dan guna mengoptimalkan pelaksanaan jual beli tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan tenaga listrik, perlu meninjau kembali dan menyempurnakan Peraturan Menteri nergi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0009 Tahun 2005 tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum; b. bahwa berdasarkan perimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dalam suatu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3394) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4469); 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005 tanggal 5 Desember 2005; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PROSEDUR PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DAN/ATAU SEWA MENYEWA JARINGAN DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah jenis usaha yang meliputi pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik. 2. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan selanjutnya disebut PKUK adalah Badan Usaha Milik Negara yang diserahi tugas oleh Pemerintah semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. 3. Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum selanjutnya disebut PIUKU adalah pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yang terintegrasi yang izinnya dikeluarkan Menteri. 4. Badan Usaha lain adalah Badan Usaha Milik Daerah, Swasta, dan Swadaya Masyarakat. 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan. 6. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagalistrikan. Pasal 2 Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan tenaga listrik dari Koperasi dan Badan Usaha lain kepada PKUK, atau PIUKU yang izin usahanya dikeluarkan oleh Menteri. BAB II PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Pasal 3 (1) PKUK dan PIUKU wajib memenuhi kebutuhan tenaga listrik di dalam daerah usahanya masing-masing. (2) Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik di dalam daerah usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PKUK dan PIUKU dapat melakukan pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan dari Koperasi dan Badan Usaha lain. Pasal 4 (1) Pembelian tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan melalui pelelangan umum atau penunjukan langsung. (2) Sewa menyewa jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dilakukan melalui pelelangan umum.

- 3 - (3) Proses pelelangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus diselenggarakan secara terbuka, tidak diskriminatif, transparan, akuntabel, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PKUK atau PIUKU yang disusun berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional. (5) Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mendapat pengesahan Menteri. BAB III TATA CARA PELELANGAN UMUM PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DAN/ATAU SEWA MENYEWA JARINGAN Bagian Pertama Prakualifikasi Pasal 5 (1) Direktur Jenderal mengumumkan melalui media massa mengenai pelelangan umum untuk pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan yang akan dikerjasamakan PKUK dengan Koperasi dan Badan Usaha lain. (2) PIUKU mengumumkan melalui media massa mengenai pelelangan umum untuk pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan yang akan dikerjasamakan dengan Koperasi dan Badan Usaha lain. (3) PKUK dan PIUKU membentuk Panitia Lelang untuk melakukan prakualifikasi dan pelelangan untuk rencana pembelian tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan. (4) Peserta prakualifikasi mendaftar pada Panitia Lelang dan dapat mengambil dokumen prakualifikasi dalam jangka waktu paling lambat a. 10 (sepuluh) hari setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewa menyewa jaringan; b. 5 (lima) hari setelah pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas SAMPAI DENGAN 15 MW. (5) Dokumen prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memuat sekurang-kurangnya:

- 4 - a. Lingkup rencana pembelian dan/atau sewa menyewa jaringan yang akan dikerjasamakan; b. Jadwal pelaksanaan prakualifikasi; c. Syarat peserta prakualifikasi; d. Tata cara penilaian dokumen prakualifikasi; dan e. Contoh-contoh formulir yang harus diisi oleh peserta prakualifikasi berupa data administrasi, kemampuan teknis, pendanaan dan surat pernyataan tidak adanya benturan kepentingan. (6) Panitia Lelang melakukan penjelasan kepada peserta prakualifikasi yang telah mendaftarkan diri dan mendapat dokumen prakualifikasi paling lambat : a. 7 (tujuh) hari setelah batas akhir pengambilan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewa menyewa jaringan; b. 7 (tujuh) hari setelah batas akhir pengambilan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. Pasal 6 Peserta prakualifikasi menyampaikan dokumen secara lengkap kepada Panitia Lelang dalam jangka waktu paling lambat : a. 15 (lima belas) hari setelah penjelasan prakualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewa menyewa jaringan;. b. 7 (ltujuh) hari setelah penjelasan prakualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. Pasal 7 (1) Panitia Lelang mengadakan evaluasi atas prakualifikasi calon peserta lelang dengan menggunakan kriteria, sekurang-kurangnya: a. Kelengkapan data administratif; b. Kemampuan pendanaan; c. Kemampuan teknis; d. Pengalaman dalam mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik; e. Larangan mengenai keikutsertaan suatu perusahaan pada lebih dari satu konsorsium sebagai peserta prakualifikasi; dan f. Tata cara evaluasi.

- 5 - (2) Rincian lebih lanjut mengenai kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara prakualifikasi dimuat dalam dokumen prakualifikasi yang bersangkutan. Pasal 8 (1) Panitia Lelang melakukan evaluasi dan menetapkan minimal 3 (tiga) peserta yang lulus untuk mengikuti pelelangan dlam jangka waktu paling lama : a. 15 (lima belas) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih dari 15 MW dan /atau sewa-menyewa jaringan; b. 3 (tiga) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW.. (2) Dalam hal peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga) maka dilakukan prakualifikasi ulang. (3) Dalam hal peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 2 (dua) maka kedua peserta tersebut dapat ditetapkan sebagai calon peserta lelang. (4) Dalam hal peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 1 (satu) maka dilakukan prakualifikasi ulang kedua. (5) Dalam hal peserta yang lulus prakualifikasi ulang kedua hanya 2 (dua) maka kedua peserta tersebut dapat ditetapkan sebagai calon peserta lelang. (6) Dalam hal peserta yang lulus prakualifikasi ulang kedua hanya 1 (satu) maka PKUK atau PIUKU dapat melakukan penunjukan langsung. Pasal 9 (1) Peserta prakualifikasi dapat mengajukan sanggahan kepada Panitia Lelang paling lambat 5 (lima) hari setelah pemberitahuan penetapan peserta yang terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (3) dan ayat (5). (2) Sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap pelanggaran prosedur prakualifikasi. (3) Panitia Lelang wajib menanggapi sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis paling lambat dalam jangka waktu 5 (lima) hari setelah diterimanya sanggahan tersebut. (4) Dalam hal sanggahan ternyata benar, Panitia Lelang dapat mengubah penetapan hasil prakualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (3) dan ayat (5).

- 6 - Bagian Kedua Pelelangan Pasal 10 (1) Panitia Lelang mengumumkan jadwal pelelangan kepada calon peserta lelang yang lulus prakualifikasi paling lambat : a. 7 (tujuh) hari setelah masa sanggahan pada proses prakualifikasi berakhir untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih dari 15 MW dan /atau sewa-menyewa jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b. 2 (dua) hari setelah masa sanggahan pada proses prakualifikasi berakhir untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); (2) Calon peserta lelang mengambil dokumen lelang kepada Panitia Lelang dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal pengumuman pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Panitia Lelang mengadakan penjelasan lelang dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah berakhirnya jangka waktu pengambilan dokumen lelang. (4) Peserta lelang menyampaikan dokumen penawaran kepada Panitia Lelang dalam jangka waktu paling lambat : a. 90 (sembilan puluh) hari setelah diadakan penjelasan lelang untuk untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih dari 15 MW dan /atau sewamenyewa jaringan; b. 55 (lima puluh lima) hari setelah diadakan penjelasan lelang untuk untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih dari 15 MW (5) Kriteria penilaian lelang meliputi aspek-aspek : a. kelengkapan data administratif; b. kemampuan pendanaan; c. kemampuan teknis; d. usulan penawaran harga; e. jadwal pembangunan; dan f. aspek-aspek lain yang ditentukan dalam dokumen lelang. Pasal 11

- 7 - (1) Panitia Lelang melakukan evaluasi dan mengusulkan urutan calon pemenang lelang kepada PKUK dan PIUKU dalam jangka waktu paling lama : a. 30 (tiga puluh) hari sejak sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen penawaran untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewa-menyewa jaringan; b. 20 (dua puluh) hari sejak sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyerahan dokumen penawaran untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (2) PKUK atau PIUKU menetapkan urutan pemenang lelang dan menyampaikan pemberitahuan kepada peserta lelang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya usulan dari Panitia Lelang. (3) Dalam hal peserta lelang yang menyampaikan dokumen penawaran kurang dari 2 (dua) maka dilakukan pelelangan ulang. (4) Dalam hal pelelangan ulang hanya diikuti oleh 1 (satu) peserta lelang maka dilakukan pelelangan ulang kedua. (5) Dalam hal pelelangan ulang kedua hanya diikuti oleh 1 (satu) peserta lelang maka PKUK atau PIUKU dapat melakukan penunjukan langsung. Pasal 12 (1) Peserta pelelangan dapat mengajukan sanggahan kepada PKUK atau PIUKU paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal pemberitahuan urutan pemenang lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2). (2) Sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap pelanggaran prosedur pelelangan. (3) PKUK atau PIUKU wajib menanggapi sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis paling lambat dalam jangka waktu 5 (lima) hari setelah diterimanya sanggahan tersebut. (4) Dalam hal sanggahan ternyata benar, PKUK atau PIUKU menugaskan Panitia Lelang untuk melakukan evaluasi ulang atau pelelangan ulang. (5) Panitia Lelang melakukan evaluasi ulang dan menyampaikan laporan kepada PKUK atau PIUKU paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4). Pasal 13 (1) Dalam hal dilakukan pelelangan ulang, Panitia Lelang melakukan pelelangan ulang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) dengan mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 dan menyampaikan laporan kepada PKUK atau PIUKU.

- 8 - (2) PKUK atau PIUKU menetapkan kembali urutan pemenang lelang atau penetapan pemenang hasil pelelangan ulang dan menyampaikan pemberitahuan kepada peserta lelang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya laporan Panitia Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pasal 12 ayat (5). Bagian Ketiga Negosiasi Harga Jual dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Pasal 14 (1) PKUK atau PIUKU mengadakan negosiasi harga jual tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan dengan pemenang lelang urutan pertama dalam jangka waktu paling lambat : a. 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) atau penetapan urutan pemenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewamenyewa jaringan; b. 10 (lsepuluh) hari setelah berakhirnya masa sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) atau penetapan urutan pemenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan15 MW. (2) Negosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk kesepakatan kontrak, harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat : a. 75 (tujuh puluh lima) hari untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih dari 15 MW dan/atau sewa-menyewa jaringan; b. 40 (empat puluh) hari untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (3) Dalam hal pemenang lelang urutan pertama mengundurkan diri atau negosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencapai kesepakatan, maka PKUK atau PIUKU dapat melakukan negosiasi dengan pemenang lelang urutan berikutnya. (4) Dalam hal negosiasi dengan semua urutan pemenang lelang tidak mencapai kesepakatan maka dilakukan pelelangan ulang. Pasal 15 (1) PKUK atau PIUKU melaporkan hasil pelelangan dan mengusulkan hasil negosiasi harga jual tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan kepada Menteri untuk mendapat persetujuan. (2) Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan harga jual tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan dalam jangka waktu

- 9-10 (sepuluh) hari sejak diterimanya usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) PKUK atau PIUKU menandatangani kontrak jual-beli tenaga listrik dan/atau sewa menyewa jaringan dalam jangka waktu paling lambat : a. 10 (sepuluh) hari setelah menerima persetujuan harga jual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW dan/atau sewa-menyewa jaringan; b. 5 (lima) hari setelah menerima persetujuan harga jual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (4) Dalam hal, Menteri menolak usulan PKUK atau PIUKU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka PKUK atau PIUKU melakukan negosiasi ulang. BAB IV PEMBELIAN TENAGA LISTRIK MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG Pasal 16 (1) PKUK atau PIUKU dapat mengajukan rencana pembelian tenaga listrik yang akan dilakukan melalui penunjukan langsung disertai alasannya kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk mendapatkan persetujuan. (2) Koperasi dan Badan Usaha lain dapat mengajukan usulan penjualan tenaga listrik melalui penunjukan langsung kepada PKUK atau PIUKU. (3) Pembelian Tenaga Listrik oleh PKUK atau PIUKU yang dapat dilakukan melalui penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah dalam hal: a. pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan antara lain mini/mikrohidro, panas bumi, biomasa, angin dan surya; gas marjinal; batubara di mulut tambang; dan energi setempat lainnya; b. pembelian kelebihan tenaga listrik; dan c. sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis penyediaan tenaga listrik. (4) Kondisi krisis penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri atas usul PKUK atau PIUKU. (5) Ketentuan mengenai kriteria pembangkit tenaga listrik di sekitar mulut tambang, pembelian kelebihan tenaga listrik dan kondisi krisis

- 10 - sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, b, dan c diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. (6) Setelah adanya kesediaan PKUK atau PIUKU untuk membeli tenaga listrik yang ditawarkan, Koperasi dan Badan Usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk mendapatkan persetujuan. (7) Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan atas : a. rencana pembelian tenaga listrik oleh PKUK atau PIUKU sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan b. rencana penjualan tenaga listrik oleh Koperasi dan Badan Usaha lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapat pertimbangan tertulis dari PKUK atau PIUKU. Pasal 17 (1) PKUK atau PIUKU melakukan proses penunjukan langsung pembelian tenaga listrik setelah mendapat persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7) dan melakukan negosiasi harga jual tenaga listrik dengan memperhatikan kaidahkaidah bisnis yang sehat dan transparan. (2) Negosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk kesepakatan kontrak harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari. Pasal 18 (1) PKUK atau PIUKU melaporkan kepada Menteri hasil negosiasi harga jual tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) untuk mendapatkan persetujuan Menteri. (2) Menteri memberikan persetujuan atau menolak usulan harga jual tenaga listrik dalam jangka waktu 10 (tsepuluh) hari sejak diterimanya laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) PKUK atau PIUKU menandatangani kontrak jual beli tenaga listrik dalam jangka waktu paling lambat : c. 10 (sepuluh) hari setelah menerima persetujuan harga jual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas lebih besar dari 15 MW ; d. 5 (lima) hari setelah menerima persetujuan harga jual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sampai dengan 15 MW. (4) Dalam hal Menteri menolak usulan harga jual tenaga listrik, PKUK atau PIUKU dapat melakukan negosiasi ulang.

- 11 - Pasal 19 Ketentuan mengenai harga jual tenaga listrik dari pembangkit yang menggunakan energi terbarukan dengan kapasitas tertentu diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri. BAB V PERIZINAN Pasal 20 Koperasi atau Badan Usaha lain sebagai pemenang lelang atau yang ditunjuk langsung wajib mengajukan permohonan izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Pelelangan dan penunjukan langsung yang telah dilaksanakan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini tetap dilaksanakan dan proses selanjutnya wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini berlaku, Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral nomor 0009 tahun 2005 tanggal 25 April 2005 tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan/atau Sewa Menyewa Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Januari 2006 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, TTD PURNOMO YUSGIANTORO

- 12 -