SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBER PROSTITUTION DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGATURAN CYBER BULLYING

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

PERIKLANAN INTRUSIVE ADVERTISING / IKLAN PERALIHAN PADA MOBILE PHONE

PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DALAM UNDANG-UNDANG KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

Oleh. I Gusti Ngurah Bayu Pradiva I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

KEKHUSUSAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

Oleh : Nik Mirah Mahardani Pembimbing: I Gede Artha Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PEMBIARAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN. yang paling sederhana sampai tingkat yang kompleks, perlunya penegakan hukum

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

Benyamin Yasolala Zebua ( )

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENERAPAN SANKSI PIDANA PERUNDANG-UNDANGAN DI LUAR KODIFIKASI HUKUM PIDANA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTIFITAS PERJUDIAN ONLINE DI INDONESIA SERTA PENGAWASAN DAN PENERAPAN SANKSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEGALITAS SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Widaningsih 1 Abstrak

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEJAHATAN EKONOMI DI BIDANG PERBANKAN

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

Transkripsi:

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA Oleh: A.A. Putu Agus Wasista Saputra Yuwono Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: Advances in technology are not only accompanied by a positive impact, one form of abusing the crime of human trafficking is a technological advancement in cyberspace. Issues to be discussed as to how the setting of criminal sanctions against the perpetrators of human trafficking in cyberspace in the Indonesian criminal law. Writing this paper is to analyze the arrangement of criminal sanctions in the provisions of the existing legislation for the reduction of human trafficking in cyberspace. The method used in this paper is a normative analysis of the norm because there is a void no detailed regulations governing all aspects of human trafficking both in the virtual world of Electronic Information and Transaction Law and the Law on Combating Trafficking in Persons. Criminal sanctions are one of the most effective means used to combat crime, included human trafficking crime in cyberspace. It can be concluded Electronic Information and Transaction Law and the Law on Combating Trafficking in Persons necessary to be revised so that later along with the rules of criminal sanctions is one of the most effective means can be used to combat the crime of human trafficking in cyberspace. Keywords: Human Trafficking, Cyber, Criminal Sanctions, Countermeasures ABSTRAK: Kemajuan di bidang teknologi tidak hanya dibarengi dampak positif, salah satu bentuk kejahatan yang menyalahgunakan kemajuan teknologi adalah human trafficking di dunia maya. Permasalahan yang akan dibahas yakni bagaimana pengaturan sanksi pidana terhadap pelaku human trafficking di dunia maya dalam hukum pidana Indonesia. Penulisan makalah ini bertujuan menganalisis pengaturan sanksi-sanksi pidana dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada sebagai upaya penanggulangan human trafficking di dunia maya. Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah analisis normatif dikarenakan terdapat kekosongan norma yakni belum ada ketentuan yang mengatur terperinci seluruh aspek mengenai human trafficking di dunia maya baik dari UU ITE maupun UU PTPPO. Sanksi pidana adalah salah satu sarana paling efektif yang digunakan untuk menanggulangi kejahatan, termasuk kejahatan human trafficking di dunia maya. Dapat disimpulkan UU ITE maupun UU PTPPO dirasa perlu untuk direvisi agar nantinya peraturan beserta sanksi pidananya dapat menanggulangi human trafficking di dunia maya. Kata Kunci: Human Trafficking, Dunia Maya, Sanksi Pidana, Penanggulangan 1

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman di era globalisasi, kemajuan di bidang teknologi dan informasi tidak dapat terelakan lagi. Segala informasi yang dibutuhkan manusia dapat dengan mudah diakses oleh manusia dari berbagai kalangan melalui media yang disebut internet. Internet merupakan teknologi yang dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua, selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif. Dewasa ini begitu marak dampak negatif yang diakibatkan disalahgunakannya internet oleh oknum yang tidak bertanggungjwab. Salah satu bentuk dampak negatif tersebut adalah perdagangan orang melalui dunia maya. Istilah perdagangan orang ini dikenal dengan istilah trafficking yang berasal dari bahasa Inggris dan mempunyai arti illegal trade atau perdagangan ilegal. 1 Bagi pelaku perdagangan orang di dunia maya instrumen hukum yang ada sebagai legitimasi untuk menjatuhkan sanksi pidana antara lain Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (disingkat UU PTPPO) dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE). Kasus human trafficking di dunia maya dewasa ini sangat marak terjadi di Indonesia. Perdagangan orang di dunia maya tersebut selain diperuntukan sebagai budak, yang paling banyak ditemui adalah kasus prostitusi yang memperdagangkan orang sebagai pelaku jasa seks yang dapat dipesan secara online. Hal tersebut tentu saja membuat keresahan dikalangan masyarakat luas. Begitu banyak kasus human trafficking di dunia maya yang terjadi dan tentunya banyak dari kasus-kasus tersebut yang belum terungkap dikarenakan selain kinerja dari aparat penegak hukum juga tentunya dikarenakan peraturan perundang-undangan dan sanksi pidana yang belum memadai dalam menanggulangi kasus-kasus human trafficking di dunia maya. Ketentuan dalam UU ITE dan UU PTPPO belum mengatur secara terperinci seluruh aspek baik mengenai sanksi, unsur-unsur, maupun hal-hal lain mengenai human trafficking di dunia maya baik dari UU ITE maupun UU PTPPO dan dirasa perlu untuk merevisi atau lebih menyempurnakan aturan yang sudah ada agar nantinya sanksi-sanksi pidana dalam peraturan tersebut dapat dijadikan sebagai upaya penanggulangan. 1 L.M. Gandhi Lapian & Hetty A. Geru, 2010, Trafiking Perempuan dan Anak, Buku Obor, Jakarta, Hal.47. 2

1.2 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna mengkaji dan memahami pengaturan sanksi-sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai upaya penanggulangan Human Trafficking di dunia maya. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENULISAN Jenis penelitian normatif merupakan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini karena penelitian ini mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. 2 Penelitian hukum normatif ini dipilih sebagai metode penulisan dikarenakan beranjak dari adanya kekosongan norma hukum yaitu belum adanya pengaturan yang jelas atau norma kosong mengenai sanksi pidana bagi pelaku Human Trafficking di dunia maya dalam UU PTPPO dan UU ITE. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam UU PTPPO Pasal 1 angka 1 disebutkan Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan ekspolitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Pada Pasal 1 angka 2 disebutkan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. Seiring perkembangan teknologi, kini modus kejahatan perdagangan orang kian bervariasi sehingga meningkatkan keresahan di masyarakat. Modus perdagangan orang yang dewasa ini sedang marak terjadi adalah perdagangan orang di dunia maya. Transaksi perdagangan di dunia maya dalam UU ITE dikenal dengan istilah Transaksi Elektronik yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, 2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, Hal.15. 3

jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya (Pasal 1 angka 2 UU ITE). Salah satu contoh yakni pada bulan Desember tahun 2012 Ditreskrimum Polda Metro Jaya berhasil membongkar penjualan perempuan melalui dunia maya. Penjualan orang ini, untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial. Tiga pelaku yang berhasil diamankan RW yang berprofesi sebagai operator website, NA sebagai mucikari dan HD bertugas sebagai operasional lapangan. 3 2.2.2 Sanksi Pidana Sebagai Upaya Penanggulangan Human Trafficking Di Dunia Maya Berbicara konteks penanggulangan tindak kejahatan, sanksi pidana adalah salah satu sarana paling efektif yang digunakan untuk menanggulangi kejahatan. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari hukum pidana itu sendiri yaitu untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik (aliran klasik) dan untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungannya (aliran modern). 4 Sanksi sendiri mengandung inti berupa suatu ancaman pidana (strafbedreiging) dan mempunyai tugas agar norma yang telah ditetapkan dalam hukum dan undangundang ditaati sebagai akibat hukum atas pelanggaran norma. 5 Ketentuan UU ITE dan UU PTPPO tidak menyatakan secara tertulis mengenai unsur-unsur tindak pidana human trafficking yang dilakukan di dunia maya. Di dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU ITE dinyatakan Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Dari ketentuan tersebut tidak dijelaskan secara tegas dan tidak terdapat pasal lain dalam UU ITE yang menyatakan secara tegas mengenai bagaimana pengaturan terhadap human trafficking di dunia maya. Pada Pasal 45 ayat (1) UU ITE dijelaskan mengenai sanksi dari pelanggaran terhadap Pasal 27 yakni Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara 3 http://metro.sindonews.com/read/695400/31/polisi-bongkar-penjualan-orang-melalui-dunia-maya diakses Selasa, 7 Oktober 2014 Pukul.15.35 Wita. 4 Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, Hal.14. 5 Bambang Poernomo, 1993, Pola Dasar Teori, Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta, Hal.36. 4

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Ketentuan UU PTPPO sendiri sesungguhnya memang telah mengatur hal-hal mengenai perdagangan orang, namun jika dilakukan di dunia maya tentu saja berbeda dengan di dunia nyata karena perbedaan pemenuhan unsur-unsur tindak pidana, locus delicti, tempus delicti, dan juga barang bukti yang akan digunakan. Berdasarkan pemaparan tersebut, ketentuan dalam UU PTPPO dan UU ITE ini masih perlu dilengkapi dan diperjelas lagi secara terperinci yang mencakup segala aspek agar dalam pemberian sanksi sebagai upaya penanggulangan human trafficking di dunia maya dapat dilaksanakan secara lebih tegas dan jelas. III. SIMPULAN 1. Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam UU PTPPO. Seiring perkembangan teknologi, kejahatan perdagangan orang kian bervariasi dan yang dewasa ini sedang marak terjadi adalah perdagangan orang di dunia maya. 2. Pengaturan human trafficking di dunia maya dilihat dari peraturan yang ada saat ini masih terdapat kekosongan norma karena belum ada ketentuan yang mengatur terperinci seluruh aspek mengenai perdagangan orang di dunia maya baik dari UU ITE maupun UU PTPPO dan dirasa perlu untuk merevisi atau lebih menyempurnakan aturan yang sudah ada agar nantinya peraturan beserta sanksi pidana yang merupakan salah satu sarana paling efektif yang digunakan untuk menanggulangi kejahatan dapat dijadikan sebagai upaya penanggulangan. IV. DAFTAR PUSTAKA Buku: Poernomo, Bambang, 1993, Pola Dasar Teori, Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta. Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Pidana, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. L.M. Gandhi Lapian & Hetty A. Geru, 2010, Trafiking Perempuan dan Anak, Buku Obor, Jakarta. Undang-Undang: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Internet: http://metro.sindonews.com/read/695400/31/polisi-bongkar-penjualan-orang-melalui-duniamaya diakses Selasa, 7 Oktober 2014 Pukul.15.35 Wita. 5