BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS ASSERTIVE TRAINING TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA 5-6 TAHUN PADA KELUARGA TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu dari apa yang dilihatnya dan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari prestasi yang dicapai oleh

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi pada dirinya

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang demikian besar dalam suatu organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi manusia. Dalam proses

SKRIPSI S-1 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika.

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KEEP ON LEARNING SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap di mana melalui ucapan syair anak diantaranya dapat

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Salah satu pelajaran yang diajarkan di SD adalah Ilmu Pengetahun

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah seorang individu yang sedang menjalani suatu proses tahap perkembangan yang pesat dan fundamental dalam hidupnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Selain itu dalam proses perkembangan dan pertumbuhan ini juga haruslah didukung dengan pembelajaran yang baik, sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dirjen PAUDNI (2012) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosi dan bahasa, perkembangan ini juga di klasifikasikan berdasarkan umur anak. Salah satu perkembangan tersebut yaitu tentang perkembangan sosial emosi anak usia 5-6 tahun, didalam perkembangan usia tersebut anak sudah harus mencapai beberapa perkembangan, yang salah satunya adalah mampu untuk menunjukkan sikap percaya diri. Pada era digital seperti sekarang ini banyak sekali ditemui anak yang tingkat pencapaian perkembangannya belum memenuhi kriteria perkembangan yang baik di usianya, terutama pada perkembangan sosial emosi. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertama anak yang mulai jarang melakukan komunikasi dengan orang sekitar, baik dengan anak seusianya maupun dengan orang yang lebih tua. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Santosa (Velika, 2015), yang menyatakan bahwa ada perbedaan karakteristik dari seorang anak yang menggunakan gadget berlebihan dibandingkan dengan anak yang tidak menggunakan gadget. Seorang anak yang menderita nomophobia (no mobile phone phobia) akan memiliki perilaku yang kurang sopan jika dibandingkan dengan temannya yang lebih sering berinteraksi dengan teman yang lain. Selain itu, terdapat faktor yang kedua yaitu anak yang masih sering bergantung dengan orang lain terutama pada orangtua. Anak yang masih sering bergantung pada orang lain menyebabkan anak tidak mampu melakukan sesuatu secara mandiri, sehingga pencapaian tugas perkembangannya menjadi terhambat. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Nirwana (2013) salah satu penyebab munculnya ketidak mandirian adalah pola asuh orangtua yang salah. Penerapan pola asuh yang salah tersebut apabila dibiarkan saja maka akan berpengaruh pada sikap percaya diri anak yang akan menjadi rendah. Namun, apabila anak diberi pola asuh yang benar seperti, dilandasi kasih sayang, sikap terbuka, kedisiplinan, 1

2 pemberian hadiah berkaitan dengan prestasi belajar, pemberian hukuman bila anak melakukan pelanggaran, pemberian keteladanan, penanaman sikap dan moral, perlakuan yang adil terhadap anak, dan pembuatan peraturan berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan anak maka hal terebut akan dapat menumbuhkan sikap percaya diri yang baik dalam diri anak. Anak yang memiliki kepercayaan diri rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat ekonomi keluarga yang rendah dapat membuat anak merasa kurang percaya diri di dalam lingkungan sekitarnya.hal ini sejalan dengan studi yang telah dilakukan oleh Pratisto (2014) bahwa status sosial ekonomi sangatlah berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Apabila status sosial ekonomi rendah maka kecenderungan anak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatannya juga semakin rendah. Hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi minder dan kurang percaya diri. Swallow (2000) menyebutkan bahwa, ciri-ciri anak usia 5-6 tahun yang memiliki kepercayaan diri rendah adalah 1) menghindari kontak mata; 2) tidak mau melakukan apaapa; 3) terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk; 4) tidak banyak bicara; 5) menjawab secukupnya saja; 6) tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas; 7) tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal; 8) mengalami demam panggung di saat-saat tertentu; 9) menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain; 10) merasa tidak ada yang menyukainya. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi serta bergaul di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil observasiyang dilaksanakan peneliti selama tiga bulan, dari bulan September sampai dengan November 2015, masih sering dijumpai anak yang memiliki sikap percaya diri rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap anak yang masih terlihat malu-malu pada saat diminta untuk maju ke depan kelas. Selain itu, terdapat beberapa anak yang masih ingin dekat dengan ibunya ketika berada diluar jam pembelajaran maupun pada saat jam pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar menjadi rendah, bahkan pada saat pembelajaran anak juga terlihat lebih lambat mengerjakan tugas dari anak lain yang tingkat percaya dirinya tinggi. Rendahnya sikap percaya diri anak juga dialami oleh beberapa murid di TK ABA Thoyibah. Berdasarkan observasi pada Tanggal 7-12 Desember 2015, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kepercayaan diri pada anak yang tinggal di keluarga tingkat sosial ekonomi rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu anak kurang berani untuk tampil didepan kelas, anak masih belum terlihat berinteraksi

3 dengan teman yang lain pada saat jam istirahat, anak belum mampu menyelesaikan tugasnya sendiri, dan anak kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi tersebut terlihat bahwa hanya sekitar 33,3% anak dari 46 anak yang sudah memiliki percaya diri yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari anak kurang berani untuk tampil didepan kelas, anak masih belum terlihat berinteraksi dengan teman yang lain pada saat jam istirahat, anak belum mampu menyelesaikan tugasnya sendiri, dan anak kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan 66,7% anak dari 46 anak masih terlihat belum memiliki percaya diri yang cukup baik, hal tersebut karena memang masih banyak ditemui anak yang masih belum bisa mandiri dalam mengerjakan setiap hal, masih banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, masih banyak anak yang mengeluh ketika diberikan tugas, serta masih banyak anak yang malu-malu ketika diminta untuk maju didepan kelas. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan guru pada TK tersebut yang menyebutkan bahwa memang ada beberapa anak yang pada tingkat sosial ekonomi rendah memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah dibanding dengan anak yang memiliki tingkat sosial ekonomi lebih tinggi. Hal ini muncul karena anak yang tinggal pada sosial ekonomi rendah lebih cenderung untuk mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang jauh lebih sedikit. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga anak yang pada tingkat sosial ekonomi rendah namun tetap memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan adanya upaya untuk mengubah perilaku anak yang kurang percaya diri. Corey (2009) menjelaskan bahwa assertive training merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Pemberian assertive training ini bertujuan agar anak mampu menjadi individu yang percaya diri baik secara aspek pribadi dan sosialnya. assertive training adalah suatu pelatihan tingkah laku yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai macam teknik yang dirancang untuk membantu dalam membimbing individu berinteraksi atau menyesuaikan diri dengan orang lain sehingga individu mampu mengembangkan, menyatakan serta mengekspresikan perasaan, pikiran serta tindakan secara bebas tanpa mengganggu orang lain ataupun membuat orang lain merasa terancam. Assertive training efektif dalam mengembangkan kepercayaan diri. Hal ini didukung dengan adanya studi yang telah dilakukan oleh Makinde & Akinteye (2014) yang menyebutkan bahwa assertive training dapat mengembangkan harga diri individu. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa semakin tinggi harga diri individu semakin tinggi pula tingkat percaya dirinya.

4 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan memodifikasi tentang efektivitas pemberian assertive training terhadap kepercayaan diri anak pada tingkat sosial ekonomi rendah, yang dirumuskan dengan judul penelitian sebagai berikut, Efektivitas Pemberian Assertive Training Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 5-6 Tahun Pada Keluarga Tingkat Sosial Ekonomi Rendah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Anak kurang berani untuk tampil didepan kelas. 2. Anak masih belum terlihat berinteraksi dengan teman yang lain pada saat jam istirahat maupun didalam kelas. 3. Anak belum mampu menyelesaikan tugasnya sendiri. 4. Anak kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5. Anak cenderung diam dan tidak mau untuk melakukan komunikasi. 6. Anak sangat bergantung terhadap teman/guru. C. Pembatasan Masalah Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan variabel yaitu penggunaan assertive training terhadap percaya diri anak pada keluarga tingkat sosial ekonomi rendah. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan assertive training sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa kooperatif learning. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Adakah efek penggunaan assertive trainingterhadap kepercayaan diri pada anak usia 5-6 tahun pada keluarga tingkat sosial ekonomi rendah? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalahuntuk mengetahui efektivitas assertive training terhadap kepercayaan diri pada anak 5-6 tahun pada keluarga tingkat sosial ekonomi rendah.

5 F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ditinjau dari manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah bertambahnya pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan sikap percaya diri anak melalui assertive training. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan penelitian yang sejenis dan masukan dalam hal peningkatan sikap percaya diri anak melalui assertive training, sehingga setiap guru dapat lebih meningkatkan peranannya dan memberikan perhatian kepada anak dengan cara memberikan assertive training agar percaya diri anak dapat terbentuk dengan baik sejak dini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Guru memiliki pengetahuan, wawasan serta keterampilan baru dalam mengembangkan sikap percaya diri anak melalui assertive training. b. Bagi Murid Anak dapat menjadi lebih berani dan percaya diri baik disekolah maupun di lingkungan sekitarnya. c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan khususnya di TK Se-gugus 3 Sumber Banjarsari Surakarta. d. Bagi Peneliti Selanjutnya 1) Memperoleh pengetahuan bahwa penggunaan assertive training dapat meningkatkan sikap percaya diri anak. 2) Mengembangkan penelitian ini sehingga dapat diterapkan pada berbagai usia.