- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 04/MEN/2005 TENTANG BENTUK DAN JENIS SERTA TATA CARA PENERBITAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 74 /KEP-BKIPM/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2012 TENTANG KEWAJIBAN TAMBAHAN KARANTINA IKAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

2 Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahu

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.32/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 297/PER-BKIPM/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2007 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200

NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

-1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 111/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 29/KEP-BKIPM/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.15/MEN/2003 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.16/MEN/2011 TENTANG ANALISIS RISIKO IMPORTASI IKAN DAN PRODUK PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT KARANTINA IKAN SURAT PENAHANAN SEMENTARA

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK (CKIB)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU

REPUBLIC OF INDONESIA MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES FISH QUARANTINE AND INSPECTION AGENCY

Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Impor Sementara Dengan Menggu

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Transkripsi:

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencegah penyebaran hama dan penyakit ikan karantina melalui media pembawa yang dikeluarkan antar area atau dari wilayah Negara Republik Indonesia diperlukan adanya tindakan karantina ikan; b. bahwa dalam rangka memenuhi dan menjawab isu perdagangan internasional, perkembangan sistem perkarantinaan ikan, perkembangan teknologi dan adanya perubahan organisasi, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan saat ini;

- 2 - c. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan dipandang perlu mengatur kembali tindakan karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, dengan Peraturan Menteri; d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b dan c diatas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tindakan Karantina Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

- 3-4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4197); 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 33/PERMEN- KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Tindakan Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut tindakan karantina, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 2. Pengeluaran adalah mengeluarkan media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 3. Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina, yang selanjutnya disebut media pembawa, adalah ikan dan/atau Benda Lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. 4. Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang selanjutnya disingkat HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. 5. Tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos lintas batas negara, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk mengeluarkan media pembawa hama dan penyakit ikan.

- 5-6. Petugas Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya. 8. Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, atau pulau, atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama dan penyakit ikan. 9. Benda Lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai potensi penyebaran hama dan penyakit ikan karantina. 10. Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan, keabsahan dan kebenaran isi dokumen (jenis, jumlah dan/atau ukuran) serta untuk mendeteksi Hama dan Penyakit Ikan Karantina. 11. Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa HPIK yang akan dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 12. Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa dikeluarkan antar area atau dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 13. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina dan/atau hama dan penyakit ikan tertentu. 14. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya. 15. Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media pembawa untuk dikeluarkan antar area di dalam atau dari wilayah Negara Republik Indonesia melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan setelah dikenakan tindakan karantina sebelumnya.

- 6-16. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan untuk pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari hama dan penyakit ikan karantina. 17. Surat Persetujuan Muat yang selanjutnya disebut SPM adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut. 18. Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan dan Produk Perikanan yang selanjutnya disebut SKLL adalah dokumen yang menyatakan bahwa media pembawa yang berupa ikan atau produk perikanan yang tercantum didalamnya dapat dilalulintasbebaskan ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 19. Surat Keterangan Benda Lain yang selanjutnya disebut SKBL adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa berupa benda lain yang tercantum di dalamnya dalam keadaan baik dan/atau tidak rusak/busuk atau tidak tertular HPIK. 20. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut Instalasi Karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 21. Pemilik Media Pembawa yang selanjutnya disebut Pemilik/Kuasanya adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan/atau yang bertanggung jawab atas pengeluaran. 22. Alat Angkut adalah alat angkutan dan sarana yang dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan dengan media pembawa.

- 7-23. Cara Karantina Ikan yang Baik yang selanjutnya disingkat CKIB adalah metode yang berisikan standar operasional prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. 24. Tanda Pengaman Karantina Ikan yang selanjutnya disebut tanda pengaman adalah lembaran kertas berperekat atau tidak, dengan tanda atau lambang karantina ikan dan nomor pengawasan dengan bentuk, warna, dan ukuran tertentu. 25. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan. Pasal 2 Tindakan karantina untuk pengeluaran media pembawa bertujuan untuk: a. mencegah penyebaran HPIK; b. memenuhi persyaratan negara atau area tujuan; c. memenuhi standar kesehatan hewan dunia (Office International des Epizooties); dan d. memberikan jaminan kesehatan ikan. BAB II PERSYARATAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA Pasal 3 (1) Setiap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri wajib: a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan; b. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk keperluan tindakan karantina;

- 8 - c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish anf Fish Products yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran apabila dipersyaratkan negara tujuan; dan d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan negara tujuan. (2) Terhadap pengeluaran Media Pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri yang tidak wajib dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products, dilengkapi dengan SPM yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran. (3) Bentuk dan format Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan /Health Certificate for Fish and Fish Products sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 4 Adanya persyaratan dari negara tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, dibuktikan dan/atau dinyatakan, antara lain dalam: a. permohonan tertulis pemeriksaan karantina yang disampaikan oleh pemilik/kuasanya; b. ketentuan impor dari negara tujuan; dan/atau c. ketentuan internasional yang mengikat. Pasal 5 (1) Setiap pengeluaran media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib: a. melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan; b. dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina ditempat pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk keperluan tindakan karantina; dan c. dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik, kecuali Benda Lain; dan d. dilengkapi dokumen lain yang dipersyaratkan.

- 9 - (2) Kewajiban melengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, berlaku bagi pengeluaran media pembawa yang dikirim dari area tidak bebas ke area lain yang bebas Penyakit Ikan Karantina. (3) Dalam hal pengeluaran media pembawa yang dikirim dari: a. area bebas ke area lain yang bebas; b. area bebas ke area lain yang tidak bebas; atau c. area tidak bebas ke area lain yang tidak bebas Penyakit Ikan Karantina; dilengkapi SKLL yang diterbitkan oleh Petugas karantina di tempat pengeluaran. (4) Dalam hal pengeluaran media pembawa berupa benda lain dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dilengkapi SKBL yang diterbitkan oleh petugas karantina di tempat pengeluaran. (5) Bentuk dan format Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (6) Bentuk dan format SKBL sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (7) Bentuk dan format SKLL sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 6 Area yang tidak bebas maupun area yang bebas HPIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 didasarkan pada daerah sebar HPIK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 10 - Pasal 7 (1) Pelaporan dan penyerahan media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan Pasal 5 ayat (1) huruf b, dilakukan untuk mencegah kemungkinan keluarnya media pembawa yang dilarang dan/atau diatur/dibatasi berdasarkan jenis, jumlah, ukuran, waktu pengeluaran, lokasi pengeluaran dan/atau tujuan pengeluaran. (2) Terhadap media pembawa yang telah dilaporkan dan diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas karantina wajib melakukan pemeriksaan secara visual. Pasal 8 (1) Setiap pengeluaran media pembawa yang berupa: a. barang bawaan, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 4 (empat) jam sebelum keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai dengan persyaratan; b. barang muatan atau kiriman pos, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina ditempat pengeluaran paling lambat 1 (satu) hari sebelum dilaksanakan tindakan karantina; c. barang bawaan yang berasal dari Instalasi Karantina yang telah memiliki sertifikat CKIB, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina di tempat pengeluaran paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai dengan persyaratan; atau

- 11 - d. barang muatan atau kiriman pos, yang berasal dari Instalasi Karantina yang telah memiliki sertifikat CKIB, pemilik/kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada petugas karantina ditempat pengeluaran selambat-lambatnya 4 (empat) jam sebelum keberangkatan, dan dilaksanakan tindakan karantina sesuai dengan persyaratan. Pasal 9 (1) Kewajiban melaporkan dan menyerahkan media pembawa oleh pemilik/kuasanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 atau Pasal 5 disampaikan dalam bentuk Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) kepada Kepala UPT KIPM di tempat pengeluaran. (2) Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk barang bawaan atau kiriman pos, harus melampirkan persyaratan; a. fotokopi kartu identitas pemilik/kuasanya; dan b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah menerapkan CKIB. (3) Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk barang muatan, harus melampirkan persyaratan: a. fotokopi kartu pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan; dan b. fotokopi sertifikat CKIB bagi instalasi karantina yang telah menerapkan CKIB. (4) Penyampaian PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara manual atau elektronik. (5) Penyampaian PPK secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan cara menyerahkan secara langsung kepada Kepala UPT KIPM di tempat pengeluaran. (6) Penyampaian PPK secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui aplikasi PPK online.

- 12 - (7) Dalam hal penyampaian PPK terhadap pengeluaran media pembawa yang memerlukan persyaratan tambahan, pemilik/kuasa media pembawa wajib melampirkan persyaratan tambahan dimaksud. Pasal 10 (1) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan tindakan karantina. (2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 tidak dapat dipenuhi oleh pemilik/kuasanya, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan disertai alasan. BAB III TINDAKAN KARANTINA Pasal 11 (1) Setiap pengeluaran media pembawa wajib dilakukan tindakan karantina. (2) Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Pemeriksaan; b. Pengasingan; c. Pengamatan; d. Perlakuan; e. Penahanan; f. Penolakan; g. Pemusnahan; dan/atau h. Pembebasan. (3) Selama dilakukan tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), media pembawa dilarang untuk: a. Dipindahtempatkan dari instalasi karantina ikan ke tempat lain; b. Dipindahtangankan dari pemilik media pembawa kepada pihak lain; dan c. Ditukar dengan media pembawa dari jenis yang sama atau dari jenis yang lain.

- 13 - Pasal 12 (1) T indakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a meliputi: a. p emeriksaan dokumen; b. p emeriksaan kesehatan media pembawa; dan/atau c. p emeriksaan keamanan hayati. (2) Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen serta pemeriksaan kebenaran isi dokumen. (3) Pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dilakukan untuk mengetahui pemenuhan kewajiban pemilik/kuasanya terhadap seluruh jenis dokumen yang dipersyaratkan dan untuk mengetahui keabsahannya. (4) Dokumen dianggap lengkap apabila seluruh jenis dokumen yang dipersyaratkan atau diwajibkan telah dipenuhi. (5) Dokumen dianggap sah apabila dokumen merupakan dokumen asli yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang untuk media pembawa tertentu. (6) Dokumen dianggap benar apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara visual terdapat kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa. Pasal 13 (1) Dalam hal hasil pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dinyatakan lengkap dan sah, maka dilakukan identifikasi risiko terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan. (2) Hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. media pembawa tidak dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan; atau b. media pembawa dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan.

- 14 - Pasal 14 (1) A pabila berdasarkan identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) media pembawa tersebut tidak dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan, maka terhadap media pembawa dilakukan pemeriksaan kebenaran isi dokumen. (2) P emeriksaan kebenaran isi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi media pembawa (jenis, jumlah dan/atau ukuran) dengan dokumen yang menyertainya. (3) D alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan benar, maka terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan tindakan pembebasan dengan SPM. (4) D alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan benar, terhadap media pembawa yang dikeluarkan antar area dilakukan tindakan pembebasan dengan diterbitkan SKLL. (5) D alam hal hasil pemeriksaan kebenaran isi dokumen dinyatakan tidak benar, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dengan menerbitkan Surat Penolakan. (6) T erhadap media pembawa yang ditolak pengeluarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (5), apabila setelah 3 (tiga) hari sejak diterbitkan Surat Penolakan tidak diurus atau busuk atau rusak, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan pemusnahan. Pasal 15 (1) Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan

- 15 - kebenaran isi dokumen dan dinyatakan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4), maka pada kemasannya dipasang tanda pengaman karantina ikan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda pengaman karantina ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. Pasal 16 (1) Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), merupakan media pembawa yang dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan, maka dilakukan pemeriksaan klinis dan/atau laboratoris terhadap media pembawa. (2) Pemeriksaan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan tertentu pada media pembawa yang didasarkan pada pengamatan gejala, tingkah laku atau perubahan abnormalitas. (3) Pemeriksaan laboratoris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk memastikan secara definitif ada tidaknya penyakit ikan karantina dan/atau penyakit ikan tertentu yang dipersyaratkan negara atau area tujuan berdasarkan pengujian di laboratorium. (4) Untuk keperluan pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengambilan contoh uji. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan contoh uji sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan. Pasal 17 (1) Apabila berdasarkan hasil identifikasi risiko media pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), media pembawa dipersyaratkan pemeriksaan kesehatan dan pemilik/kuasanya sudah menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Ikan melalui sertifikasi CKIB, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan verifikasi hasil survailan HPIK/HPI yang dipersyaratkan.

- 16 - (2) Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi persyaratan negara atau area tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut diterbitkan Sertifikat Kesehatan. (3) Apabila verifikasi hasil survailan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi persyaratan negara atau area tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dengan menerbitkan Surat Penolakan. Pasal 18 (1) Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), media pembawa tersebut: a. bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dengan menerbitkan Sertifikat Kesehatan; b. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindak lanjuti dengan pemusnahan; c. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi perlakuan. d. Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan. (2) Terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau laboratoris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1),

- 17 - media pembawa tersebut: a. bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dengan diterbitkan Sertifikat Kesehatan; b. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina Golongan I, maka terhadap media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindak lanjuti dengan pemusnahan; c. tidak bebas dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh area tujuan yang merupakan penyakit ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut diberi perlakuan. d. Setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penolakan dan dilanjutkan dengan pemusnahan. (3) Apabila setelah diberi perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, media pembawa tersebut dapat disembuhkan atau disucihamakan dari penyakit ikan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan dan/atau penyakit ikan karantina Golongan II, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan pembebasan dengan diberikan Sertifikat Kesehatan. Pasal 19 (1) Tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), dilaksanakan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak petugas karantina menerima media pembawa dari pemilik/kuasanya. (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan/atau laboratoris masih diperlukan tindakan karantina lebih lanjut. Pasal 20

- 18 - (1) Petugas karantina melakukan pemeriksaan ulang terhadap media pembawa yang akan dikeluarkan untuk memastikan kesesuaian antara isi dokumen dengan jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa. (2) Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah kemasan media pembawa yang akan dikeluarkan. (3) Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan di tempat pengeluaran atau di tempat pemeriksaan karantina. (4) Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara memeriksa keutuhan tanda pengaman karantina ikan dan/atau membuka kemasan media pembawa. Pasal 21 (1) Apabila berdasarkan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, jenis, jumlah, dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikeluarkan dinyatakan sesuai, maka petugas karantina menyerahkan Sertifikat Kesehatan kepada pemilik/kuasanya di tempat pengeluaran. (2) Dalam hal setelah dilakukan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, media pembawa: a. tidak sesuai antara jenis, jumlah dan/atau ukuran media pembawa yang akan dikeluarkan, maka terhadap seluruh media pembawa tersebut dilakukan penolakan; b. dilarang pengeluarannya, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penahanan; atau c. diatur/dibatasi pengeluarannya dan tidak dilaporkan serta diserahkan kepada petugas karantina, maka terhadap media pembawa tersebut dilakukan penahanan atau penolakan dan dilanjutkan dengan pelepasliaran atau diserahkan kepada instansi yang berwenang. Pasal 22

- 19 - Terhadap media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikemas kembali oleh pemilik/kuasanya di bawah pengawasan petugas karantina. Pasal 23 (1) Terhadap pengeluaran media pembawa dari wilayah Negara Republik Indonesia, yang pada saat keberangkatan tidak dilengkapi Sertifikat Kesehatan/Health Certificate yang dipersyaratkan negara tujuan, dilakukan penolakan. (2) Terhadap pengeluaran media pembawa dari suatu area tidak bebas HPIK ke area bebas HPIK di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, yang pada saat keberangkatan tidak dilengkapi Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik, dilakukan penolakan. (3) Terhadap media pembawa yang dikenakan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang tidak diurus oleh pemilik/kuasanya, dikenakan tindakan pemusnahan kecuali media pembawa tersebut merupakan jenis yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya. (4) Terhadap media pembawa yang dikenakan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), apabila merupakan jenis yang dilindungi atau dibatasi tata niaganya, dan berdasarkan pemeriksaan kesehatan media pembawa tersebut tidak tertular penyakit ikan karantina, maka terhadap media pembawa tersebut diserahkan kepada lembaga pemerintah yang membidangi konservasi atau lembaga penelitian dan/atau pengembangan perikanan atau dilepasliarkan. Pasal 24 Petugas karantina tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerusakan dan/atau kematian ikan atau keterlambatan pemberangkatan, sepanjang tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- 20 - Pasal 25 (1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya tindakan karantina dibebankan kepada pemilik/kuasanya. (2) Segala penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara bukan pajak yang wajib di setor ke Kas Negara. Pasal 26 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 27 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI

- 21 - Lembar Pengesahan No Jabatan Paraf 1. Kepala BKIPM 2. Sekretaris BKIPM 3. Kapuskari

- 22 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA

- 23 -

- 24 - MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI

- 25 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI

LAMPIRAN - 26 III - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI

LAMPIRAN - 27 - IV PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI