BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Efektif tidaknya pelayanan masyarakat ini tergantung pada tercapainya pelayanan yang baik atau tidak. Dengan banyaknya pertumbuhan penduduk yang terjadi, perlu ditingkatkan pelayanan kepada masyarakat dan sumber daya aparatur Negara sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik. Saat ini masih banyak pelayanan publik yang mendapatkan berbagai keluhan dari masyarakat. Banyaknya keluhan dari masyarakat ini tentunya mengindikasikan rendahnya kualitas pelayanan publik di berbagai bidang. Secara tidak langsung ini memunculkan anggapan bahwa buruknya kualitas pelayanan publik dipengaruhi oleh buruknya kualitas sumber daya manusia yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bergerak pada pengembangan sumber daya manusia baik itu calon pegawai kesehatan dan PNS yang berada di bawah Kementrian Kesehatan. Bapelkes merupakan suatu organisasi yang membutuhkan pegawai yang setia dan dapat menerima tujuan-tujuan, nilainilai serta merasa organisasi menjadi bagian dari milik sendiri. Ini disebut juga dengan komitmen organisasi. Adanya peningkatan kualitas kerja merupakan suatu wujud adanya komitmen organisasi. Hal ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan komitmen pegawai terhadap organisasi. Sejauh mana pegawai dapat memberikan gagasan dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi merupakan salah satu bentuk dari komitmen. Pada kenyataan, perilaku kerja pegawai di Bapelkes Semarang menggambarkan pegawai yang sebenarnya masuk kerja namun seperti tidak masuk kerja seperti membaca 1
koran, mengobrol, bermain facebook, dll. Ada pula beberapa PNS yang sering ijin keluar kantor dengan alasan menjemput anak, mengantar anak sekolah, bahkan berbelanja di pasar yang itu semua merupakan alasan yang kurang profesional. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan salah satu PNS di lingkungan Bapelkes Semarang. Berdasarkan survei dan hasil wawancara yang dilakukan di Bapelkes Semarang, terjadi perilaku yang berbeda antara pegawai yang tergolong masa kerja yang masih baru dengan pegawai lama. Jam kerja efektif dimulai pada pukul 07.30. Saat ini Bapelkes Semarang menerapkan sistem absen sidik jari untuk mengurangi tingkat keterlambatan pegawai. Namun masih ada beberapa pegawai yang datang terlambat. Menurut penuturan salah satu pegawai yang berhasil diwawancarai, pada dasarnya pegawai hanya datang untuk absen sidik jari kemudian beberapa pegawai terlihat meninggalkan kantor. Ada pegawai yang meninggalkan kantor untuk mengantar anaknya ke sekolah, sarapan pagi atau kemali ke rumah untuk melakukan aktivitas lain. Jadi mayoritas pegawai yang meninggalkan kantor akan masuk kantor kembali sekitar pukul 8.00-09.30. Hal ini didukung oleh hasil survei yang terlihat pada pagi hari ada sekitar empat pegawai yang datang terlambat. Di samping itu hingga pukul 08.45 hanya terlihat 1-2 pegawai yang sudah ada di kantor untuk bekerja, sisanya menurut pengakuan salah satu pegawai ada yang sedang dinas keluar dan beberapa belum datang. Pegawai yang datang ke kantor pada pagi hari tidak langsung bekerja. Beberapa pegawai terlihat berkumpul dan berbincang-bincang, sebagian lain tampak duduk di meja tanpa melakukan pekerjaan apapun dan hanya 1-2 pegawai yang langsung bekerja. Pada siang hari terlihat beberapa pegawai yang istirahat sebelum waktunya. Bahkan hingga jam istirahat selesai masih banyak pegawai yang belum kembali ke kantor. Beberapa pegawai terlihat masih tidur-tiduran di mushola. Baru sekitar pukul 13.30-14.00 pegawai tersebut masuk ruang kerja, namun beberapa di antaranya masih bermain tablet, menonton televisi 2
atau mengobrol. Hanya sebagian pegawai saja yang langsung bekerja. Di sisi lain masih ada pegawai yang selama satu bulan tidak pernah datang terlambat, rela bekerja lembur untuk menyelesaikan tugasnya apabila sedang ada pelatihan di Bapelkes, dan datang ke kantor langsung melakukan pekerjaannya. Berdasarkan keadaan di atas menunjukkan bahwa tingkat komitmen organisasi pegawai Bapelkes Semarang cukup bervariasi. Ada pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi dan ada pula pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang terbilang rendah. Dengan adanya tingkat komitmen organisasi yang bervariasi ini, akan berakibat pada pencapaian tujuan organisasi. Pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi memiliki pencapaian tujuan organisasi yang maksimal. Begitu pula sebaliknya, apabila pegawai memiliki tingkat komitmen organisasi yang rendah akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi dimana dia bekerja. Rasa memiliki, adanya rasa keterikatan dengan organisasi dan komitmen akan muncul dengan sendirinya pada pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi. Tingkat komitmen organisasi yang tinggi ini diperlukan di dalam organisasi untuk menciptakan iklim organisasi yang baik. Kemauan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di organisasi akan dilakukan apabila pada diri pegawai memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi. Pegawai dengan tingkat komitmen organisasi yang rendah akan merugikan organisasi. Ketidakhadiran pegawai dan keterlambatan pegawai dalam bekerja akan menurunkan produktivitas kerja organisasi. Di dalam sebuah proses organisasi tentunya pemimpin mempunyai peran yang sangat besar. Pada situasi PNS yang diberitakan negatif karena banyaknya pelanggaran kerja terutama masalah mangkir atau bolos kerja tentu peran pemimpin akan banyak disoroti. 3
Pemimpin yang bijaksana dan baik tentu berdampak pada kinerja pegawainya. Pertukaran antara pemimpin serta pegawai atau bawahannya akan menimbulkan keadaan yang positif bagi organisasi dan pengembangan pegawai. Kristian Hardianto mengatakan sumber daya manusia yang maju dan berkembang bergantung kepada pimpinan dan kepemimpinan yang berjalan di perusahaan tersebut (www.kompas.com/kompasfemale/komitmen.pegawai. Bergantung.pada.Pimpinan.htm). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemimpin merupakan salah satu faktor utama yang menentukan ke arah mana sumber daya manusia akan berjalan maju dan berkembang atau stagnan tak berkembang. Sehingga hal itu akan berdampak langsung pada keberlangsungan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kemajuan serta berkembangnya pegawai akan berdampak pada keberlangsungan perusahaan. Salah satu dampak yang muncul ini adalah adanya komitmen yang timbul pada pegawai. Sehingga peran pemimpin dapat sebagai penciptaan komitmen organisasi pada pegawainya dengan mengembangkan pegawainya. Komitmen organisasi yang ada pada pegawai tidaklah terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi juga oleh peran dari pemimpin. Sehingga di sini dapat dikatakan jika peran pemimpin dalam membentuk pegawai yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan sangat penting. Pemimpin berperan pada penilaian prestasi dan pemberian perhatian akan karir pegawai. Apabila hal ini dilakukan maka pemimpin akan memiliki hubungan yang baik dengan pegawainya sehingga tingkat komitmen pegawai akan meningkat. Hubungan yang dibuat oleh pemimpin terhadap pegawai bukan satu arah saja namun terjadi dua arah sehingga timbul hubungan timbal balik yang baik antar pegawai, pegawai kepada pemimpin serta pemimpin kepada pegawai. Baron & Grenberg (2002) mengemukakan bahwa konsep hubungan timbal balik yang terjadi antara atasan dengan bawahan 4
merupakan suatu teori yang mempelajari bentuk-bentuk hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan dan juga pertukaran perlakuan vertikal di antara keduanya. Pertukaran antara pemimpin dengan pegawai atau atasan dengan bawahan disebut juga dengan leader member exchange. Menurut Yukl (Ancok, 2012) menyebutkan bahwa hubungan pertukaran (exchange relationship) antara atasan dengan bawahan membuat pegawai nyaman untuk berada bersama pemimpinnya. Rasa nyaman tersebut membuat pegawai lebih mudah berkomunikasi dengan atasan. Hal ini membantu pegawai agar mudah melakukan pertukaran dengan atasannya. Bagi pegawai, pertukaran yang terjadi antara atasan dengan pegawai akan membantu pegawai mendapatkan apresiasi dan imbalan atas kontribusinya pada organisasi sehingga akan berdampak pada perusahaan. Dampaknya adalah adanya komitmen pegawai terhadap organisasi. Kualitas hubungan antara pegawai dengan atasan akan mempengaruhi kinerja pegawai. Jika kualitas hubungan antara pegawai dengan atasan baik maka akan meningkatkan semangat kerja namun apabila kualitas hubungan tersebut buruk maka semangat kerja akan rendah. Semangat kerja ini akan berdampak pada disiplin kerja dan komitmen pegawai. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Leader member exchange dengan komitmen organisasi. C. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 5
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu psikologi industri tentang hubungan antara Leader member exchange dengan komitmen organisasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi organisasi atau perusahaan serta bagi pemimpin organisasi atau perusahaan untuk meningkatkan komitmen pegawainya melalui pertukaran antara atasan dengan bawahan. Sehingga organisasi atau perusahaan menjadi tahu bagaimana cara untuk komitmen pegawainya. Sedangkan bagi pembaca dan praktisi psikologi, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian yang serupa atau penelitian lain tentang komitmen organisasi maupun tentang leader member exchange. 6