Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit dan Waktu Kontak terhadap Daya Jerap Bentonit dan Aplikasinya terhadap Bleaching CPO

dokumen-dokumen yang mirip
SAT. Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit dan Suhu Adsorpsi terhadap Daya Jerap Bentonit dan Aplikasinya pada Bleaching CPO

PROSES BLEACHING MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN BENTONIT ASAL MUARA LEMBU

PROSES BLEACHING CPO DENGAN BENTONIT DIAKTIVASI SECARA FISIKA DAN KIMIA

PEMANFAATAN BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES BLEACHING MINYAK SAWIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH MENGGUNAKAN ADSORBEN LEMPUNG DESA GEMA TERAKTIVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH UKURAN SERBUK PADA AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU TERHADAP DAYA ADSORPSINYA PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

OPTIMASI PENCAMPURAN CARBON ACTIVE

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

A110 - PERBANDINGAN METODE AKTIVASI TERHADAP KAPASITAS ADSORPSI ZEOLIT ALAM PADA MINYAK JELANTAH

PROSES PEMUCATAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN ARANG AKTIF

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN

Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi Nira Nipah dengan Proses Distilasi- Adsorpsi Menggunakan Bentonit Teraktivasi

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

3. Metodologi Penelitian

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ADSORPSI TERHADAP SIFAT KIMIA-FISIKA MINYAK GORENG BEKAS HASIL PEMURNIAN MENGGUNAKAN ADSORBEN AMPAS PATI AREN DAN BENTONIT

MAKALAH SEMINAR PENINGKATAN KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS DARI KFC DENGAN MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF

Bab IV Hasil dan Pembahasan

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU SECARA ASAM DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI ADSORBEN UNTUK PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

OPTIMASI KONDISI PROSES AKTIVASI BENTONIT LOKAL MENGGUNAKAN H 2 SO 4 SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES DEHIDRASI ETANOL DENGAN RESPON SURFACE METHODE

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PEMANFAATAN LEMPUNG MAREDAN SEBAGAI ADSORBEN PEROKSIDA DARI CRUDE PALM OIL (CPO) : VARIASI SUHU DAN KECEPATAN PENGADUKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

4 Pembahasan Degumming

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: Maret 2014

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN DAYA JERAP BENTONIT DAN KESETIMBANGAN ADSORPSI BENTONIT TERHADAP IONCu(II)

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

Transkripsi:

Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit dan Waktu Kontak terhadap Daya Jerap Bentonit dan Aplikasinya terhadap Bleaching CPO Imelda Joni, Yusnimar, dan Elvi Yenie Laboratorium Teknik Reaksi Kimia Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 2,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract In the palm oil refining industry, bleaching process CPO was performed using bleaching agent. This process aims is to change the color of CPO from reddish brown to pale yellow and clearness. Bleaching agents can be made from the bentonite. Bentonite is a clay mineral with the chemical composition of approximately 8% consists of the mineral monmorillonite (Na.Ca).33 (Al.Mg) 2 Si 4 O (OH) 2n H 2 O (Rouquenol, 999). Bleaching ability of bentonite can be improved by chemical and physical activation in order to increase the surface area and modify the structure of bentonite. Chemical activation process is done using 5N HCl and physical activation process carried out by heating in the furnace for 6 hours under temperature of 4 o C. This research focused specifically the effect variations studied of particle size (-4 +6 mesh, -6 +8 mesh and -8 + mesh) and adsorption time ( hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, and 5 hours) to improve the adsorption power of bentonite. The results of this research can be statement that the particle size variation and adsorption time of adsorption power are affected on adsorption power bentonite which were tested by using methylene blue. The adsorption power has been increasing as smaller as the particle size (-4 +6 mesh, -6 +8 mesh and -8 + mesh). The adsorption time were increasing ( hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, and 5 hours) influenced the adsorption power of bentonite to methylen blue is increase as well. Equilibrium adsorption process between bentonite to methylen blue was achieved in 4 hours. The maximum adsorption power of bentonite activated physically and chemically was found under condition particle size of -8 + mesh bentonite adsorption at 4 hours. Bentonite activated physically better than chemically. The analysis results of CPO bleaching process using bentonite activated physically is yellow with a scale value of 4 at Lovibond Tintometer, FFA content of.9% and the number of peroxide is.24 meqh2o2/kg oil. Keywords: adsorption power, bleaching, bentonite, chemical activated, physically activated Pendahuluan Perkembangan industri minyak sawit mentah ( CPO) di Provinsi Riau setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 22, produksi CPO adalah sebesar 3,8 juta ton dan pada tahun 23 meningkat menjadi 4 juta ton. Akan tetapi pada tahun 24 dan 25 produksi CPO sedikit mengalami penurunan, yaitu sebesar 3,5 juta ton. Dan pada tahun 26 dan 27 produksinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu menjadi 5 juta dan 5,4 juta ton (BPS Riau, 2). Perkembangan industri CPO akan berdampak terhadap peningkatan kuantitas minyak goreng. Peranan warna minyak goreng sawit dalam pemasarannya sangat penting, karena pada umumnya konsumen sering menggunakan warna sebagai indikasi mutunya, sebelum mempertimbangkan nilai gizi dan lain-lain. Bila warna minyak goreng menyimpang dari warna normal (kuning muda dan jernih) maka minyak goreng tersebut tidak akan dipilih oleh konsumen, meskipun sesungguhnya mutunya baik. Pada industri minyak goreng sawit, pemucatan CPO dilakukan pada unit bleaching. Dalam proses bleaching, CPO ditambahkan sejumlah adsorben yang dapat menyerap zat warna dan pengotorpengotor yang ada di dalam minyak. Di industri minyak refinery minyak nabati, proses bleaching CPO dilakukan dengan menggunakan bleaching agent yang dapat dibuat dari bahan galian bentonit (Sukandarumidi, 2). Bentonit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat dipergunakan untuk bahan penjernih (bleaching agent) minyak kelapa sawit, dimana potensi industri ini sangat besar. Bentonit mempunyai sifat mengadsorpsi, karena ukuran partikel koloidnya sangat kecil dan memiliki kapasitas permukaan yang tinggi, namun bentonit alam memiliki kemampuan adsorpsi yang rendah. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan suatu proses pengaktifan terhadap bentonit alam tersebut sehingga dapat meningkatkan daya jerapnya. Pada penelitian ini bentonit akan ditingkatkan daya jerapnya dengan aktivasi secara fisika dan kimia, kemudian bentonit yang memiliki daya jerap maksimum akan dimanfaatkan sebagai bleaching agent pada proses pemucatan atau bleaching minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Proses bleaching dengan bahan galian bentonit bertujuan untuk merubah warna dari CPO yang mulanya berwarna coklat tua kemerah-merahan menjadi kuning muda dan jernih.

2 Metode 2. Bahan Bahan yang digunakan yaitu bentonit alam asal Desa Gema, CPO asal PTPN V Sei Pagar, mhetylene blue, HCl 5N, NaOH %, KOH,5 N, aquades,, indikator PP, hexan. 2.2 Alat Alat yang digunakan yaitu waterbatch, magnetic stearer, furnace, buret&statif, spektrofotometri, termometer, beaker glass, labu ukur, erlenmeyer, corong, gelas ukur, pipet tetes, timbangan digital, oven, cawan porselin, ph digital dan pengaduk. 2.3 Penyiapan Sampel Bentonit alam di ambil dari Desa Gema, Kec.Kampar Kiri Hulu, Kab.Kampar. Pada tahap ini bentonit dicuci dengan menggunakan aquades untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Bentonit yang sudah dicuci kemudian dikering anginkan. Kemudian digiling dengan crusher dan diayak (screening) untuk mendapatkan bentonit dengan ukuran -4+6 mesh, -6+8 mesh, -8+ mesh. 2.4 Pengaktifan Bentonit a. Pengaktifan secara kimia Pengaktifan secara kimia dilakukan dengan mencampurkan bentonit dengan HCl 5N ( gram bentonit : ml asam) ke dalam beaker glass. Aktivasi ini dilakukan di waterbatch selama dua jam pada suhu 7 C. Bentonit disaring, dicuci dengan air panas sampai ph air pencuci netral. Kemudian dikeringkan dioven pada suhu 5 C sampai beratnya konstan. b. Pengaktivan secara fisika Pengaktivan fisika dilakukan dengan memanaskan bentonit di-furnace pada suhu 4 C selama 6 jam (Adel Fisli dan Haerudin, 23). 2.5 Proses Adsorbsi Bentonit terhadap Methylen Blue Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan methylen blue, yaitu dengan mengontakkan bentonit teraktivasi dengan berbagai variasi ukuran partikel yang ditimbang masing-masing gram, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass ml larutan methylen blue ppm dengan variasi waktu kontak ( jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dan 5 jam) pada suhu 7 C. Kemudian bentonit dipisahkan dari larutan methylen blue dan kadarnya pada filtrat dianalisa dengan spektrofotometer UV-VIS. Dari hasil analisa ini akan didapatkan keadaan bentonit yang memberikan daya jerap paling maksimum, baik dari bentonit yang diaktivasi secara fisika maupun aktivasi kimia. Keadaan inilah yang akan dijadikan dasar untuk dilakukannya proses bleaching. Berdasarkan data yang diperoleh, daya jerap bentonit itu dihitung dengan menggunakan persamaan : Qe = v Dimana, Qe adalah banyaknya adsorbat yang terjerap ( mg Met. blue/gr bentonit), Co adalah konsentrasi awal methylene blue (ppm), Ce adalah konsentrasi sisa methylene blue (ppm), m adalah massa adsorben (gr), dan V adalah volum larutan methylene blue (L) 2.6 Proses Bleaching CPO Bentonit teraktivasi yang memiliki daya jerap paling maksimum (berdasarkan ukuran partikel dan waktu kontak) dicampur dengan minyak yang diperoleh dari proses penyabunan tersebut di atas. Minyak diberi adsorbent/bentonit dengan perbandingan bentonit dan CPO massa/volum adalah : di dalam becker glass. Becker glass dipanaskan di dalam waterbatch pada suhu 7 C sampai waktu tertentu. Kemudian sampel dalam kondisi panas-panas disaring dengan kertas saring dan filtrat yang diperoleh dianalisa secara fisika dengan pemanasan dan kimia dengan HCl. 2.7 Analisa Warna Warna minyak dianalisa dengan menggunakan lovibond tintometer, dimana warna diukur berdasarkan skala dari angka sampai dengan. Angka menunjukkan bahwa warna minyak paling bening atau paling jernih, sebaliknya angka menunjukkan warna minyak goreng yang paling kuat warnanya, seperti warna minyak sawit mentah yang berwarna coklat kemerah-merahan. 2.8 Kadar Asam Lemak Bebas (FFA) Ditimbang sejumlah tertentu CPO, kemudian ditambahkan isohexan dan alkohol 95 %, kemudian diberi phenolpytalin sebanyak 2-3 tetes. Kemudian dititrasi dengan KOH, N hingga berubah warna menjadi merah muda. Berdasarkan SNI -6-998, kadar ALB yang diizinkan yaitu 5%. Kadar ALB dapat dihitung dengan rumus : %ALB= Dimana, N adalah normalitas KOH (N), V adalah volume titrasi (ml), Mr adalah Molekul relatif minyak = 256 gr/mol (asam palmitat), W adalah berat sampel (gr). 2.9 Penentuan Angka Peroksida Angka peroksida ditentukan dengan cara menimbang minyak dengan berat tertentu, ditambahkan asam asetat pekat, alkohol 95%, khloroform dan sedikit KI sebagai indikator. Campuran tersebut dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 sampai warna kuning hilang. Kemudian ditambahkan,5 ml larutan pati %, dititrasi sampai warna biru menghilang. Angka peroksida dihitung dengan rumus:

Qe (mg/g) Qe (mg/g) PV = ( V. sodiumsulfatxnx ) berat sampel Dimana, PV adalah angka peroksida (meq/kg), V adalah volum titrasi Na 2 S 2 O 3 (ml), N adalah Normalitas Na 2 S 2 O 3 (N). 3 Hasil Dan Pembahasan 3. Pengaruh waktu kontak dan ukuran partikel terhadap daya jerap bentonit terhadap methylen blue Proses adsorpsi bentonit teraktivasi terhadap methylen blue dilakukan pada suhu 7 o C. Dari data hasil penelitian ini didapat absorbansi bentonit pada berbagai waktu dan ukuran partikel seperti ditunjukkan pada Tabel 3. dan 3.2 sebagai berikut: Tabel Hasil penentuan daya jerap bentonit yang diaktivasi kimia No. Waktu Adsorpsi (jam) Daya Jerap Bentonit (mg M.blue/gr bentonit) Ukuran Partikel (mesh) -4+6-6+8-8+ 3,7,793 2 2,72 3 2 3 3,76 69 6 4 4 4 72 83 5 5,75 43 59 Tabel 2 Hasil penentuan daya jerap bentonit yang di No. Waktu Adsorpsi (jam) Daya Jerap Bentonit (mg M.blue/gr bentonit) Ukuran Partikel (mesh) -4+6-6+8-8+,723 5 64 2 2,797 25 88 3 3 2 53 93 4 4 42 88,99 5 5,776 29 43 Pada Tabel dan 2 dapat dilihat bahwa daya jerap bentonit baik dengan ukuran -4+6 mesh, - 6+8 mesh, dan -8+ mesh terhadap larutan methylen blue mempunyai kecendrungan yang sama, yaitu cenderung semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu adsorpsi ( -4 jam). Pada awal adsorpsi antara -4 jam, proses penjerapan terjadi cepat dan meningkat dengan signifikan. Hal ini disebabkan karena pada waktu kontak antara -4 jam, jumlah pori dan permukaan aktif bentonit besar, sehingga kemampuan menjerapnya tinggi. Pada waktu adsorpsi selama 4 jam terjadi kesetimbangan adsorpsi, dimana jumlah zat yang teradsorpsi hampir sebanding dengan jumlah zat yang terdesorpsi (Yusnimar, 28). Akan tetapi setelah adsorpsi berlangsung selama 5 jam, daya jerap bentonit yang diaktivasi menurun. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan bentonit sudah menjadi kurang akif, karena terjadinya proses desorpsi. Ukuran partikel bentonit memberi pengaruh terhadap daya jerap bentonit. Semakin halus ukuran partikel bentonitnya maka daya jerapnya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran partikel bentonit, maka semakin besar luas permukaannya sehingga daya jerapnya pun akan semakin meningkat. 3.2 Perbandingan Penjerapan Bentonit yang tidak Diaktivasi dengan Bentonit Teraktivasi Perbandingan penjerapan bentonit pada ukuran partikel -4+6 mesh, -6+8 mesh, -8+ mesh pada bentonit yang tidak diaktivasi dengan yang diaktivasi secara kimia maupun fisika dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar Grafik perbandingan penjerapan bentonit yang tidak diaktivasi dengan yang teraktivasi pada ukuran partikel -4+6 mesh Gambar 2 Grafik perbandingan penjerapan bentonit yang tidak diaktivasi dengan yang teraktivasi pada ukuran partikel -6+8 mesh

Qe (mg/g) Gambar 4.3 Grafik perbandingan penjerapan bentonit yang tidak diaktivasi dengan yang teraktivasi pada ukuran partikel -8+ mesh Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa bentonit alam yang belum diaktivasi mempunyai kemampuan daya jerap yang paling rendah yaitu rata-rata hanya sebesar 24 mg/gr. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pori-pori dan permukaannya masih tertutup oleh air dan senyawa pengotor lain sehingga permukaan belum terlalu aktif. Untuk meningkatkan daya jerapnya dapat dilakukan dengan aktivasi baik secara kimia maupun fisika. Bentonit yang diaktivasi secara fisika memiliki daya jerap yang lebih tinggi dibandingkan bentonit yang diaktivasi secara kimia. Hal ini disebabkan karena, pada dilakukan pemanasan pada suhu 4 o C pada suhu 6 jam membuat pengotor dan uap air yang ada pada bentonit menguap sempurna sehingga luas permukaannya pun lebih besar (Adel Fisli dan Haerudin, 23). 3.3 Proses Netralisasi (Safonification Process) Dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa sebelum proses penyabunan, kadar FFA yang terkandung dalam minyak adalah sebesar 3,84%. Dan setelah proses penyabunan kadar FFA yang berkurang sehingga menjadi sebasar 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit mentah yang digunakan sebagai bahan percobaan mengandung FFA sebanyak 3,84% (dihitung sebagai asam palmitat). Sedangkan NaOH yang digunakan untuk menetralisasi FFA tersebut adalah NaOH %. 3.4 Proses Bleaching CPO Bentonit yang digunakan untuk bleaching CPO adalah bentonit yang memiliki daya jerap maksimum baik yang diaktivasi secara kimia maupun secara fisika dengan ukuran bentonit -8+ mesh selama 4 jam. Berikut merupakan hasil analisa dari CPO sebelum dan sesudah proses bleaching dan juga minyak goreng bimoli. Tabel 3 Kondisi CPO sebelum dan sesudah bleaching serta minyak goreng bimoli CPO setelah CPO CPO setelah Minyak dibleaching Analisa sebelum dibleaching goreng (aktivasi dibleaching () Bimoli kimia) SNI 374-995 Warna yellow >7 7 4 2 red 27,9 8,6 5 3,5 Muda Jernih FFA % 5,9,8,3 Angka Peroksida (meq/kg) 4,5,29,24,95 2 Pengujian warna minyak dilakukan dengan alat Lovibond Tintometer yang diperoleh di UPT Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. Sebelum dibleaching, CPO mempunyai warna coklat kemerah-merahan. Dari tabel 4.3 dapat dilihat untuk warna CPO diperoleh skala 27,9 diwarna merah dan >7 untuk warna kuning. Setelah CPO dibleaching dengan bentonit yang sudah diaktivasi secara fisika maupun kimia, terjadi penurunan nilai warna yang berarti bahwa semakin banyak pula warna yang diserap oleh bentonit. Bentonit yang diaktivasi secara fisika mempunyai kemampuan menyerap warna lebih baik (yaitu memberi nilai warna kuning dengan skala 4) daripada bentonit yang diaktivasi secara kimia(dengan skala warna kuning sebesar 7). Sedangkan untuk nilai standar minyak goreng dipasaran (minyak bimoli) mempunyai nilai 2 untuk warna kuning yang berarti menunjukkan tingkat kejernihan yang tinggi. Kemampuan bentonit yang telah diaktivasi untuk mengurangi angka peroksida dalam minyak disebabkan oleh adanya gugus silanol

(Si-O-H). Selain dapat mengadsorp FFA, gugus silanol juga dapat mengadsorp komponen-komponen organik seperti senyawa-senyawa peroksida (Yang, 23). Bentonit memberikan daya adsorpsi yang cukup besar karena pada bentonit oksigen penghubung antar dua lapiasan silika yang mengapit satu lapisan alumina terikat sangat lemah, yang menyebabkan strukturnya mudah mengembang sehingga peroksida dan molekul air mudah bergerak diantara unit kristal. Peroksida yang merupakan senyawa organik dapat masuk ke dalam struktur dan menggantikan ion hidrogen yang lepas untuk menetralkan muatannya.pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada akivasi secara fisika, diperoleh angka peroksida sebesar,24 meqh 2 O 2 /kg minyak. Sedangkan angka peroksida yang diperoleh pada bentonit yang diaktivasi secara kimia yaitu,,29 meqh 2 O 2 /kg minyak. Nilai ini hampir sama dengan yang diperoleh pada Tanjaya (26), yaitu,2976 meqh 2 O 2 /kg minyak. Kesimpulan Semakin kecil ukuran partikel bentonit (-8+ mesh), semakin tinggi daya jerapnya. Semakin lama waktu kontak bentonit terhadap methylen blue, maka semakin meningkat daya jerapnya. Setelah mencapai kesetimbangan adsorpsi (4 jam) daya jerapnya menurun. Waktu kontak yang maksimum diperoleh pada waktu 4 jam.daya jerap bentonit alam yang belum diaktivasi, yaitu 54 mg M.blue/gr bentonit. Untuk yang diaktivasi secara kimia, dan diaktivasi secara fisika yaitu 83 mg M.blue/gr bentonit dan,99 mg M.blue/gr bentonit.pada proses bleaching CPO, bentonit yang diaktivasi secara fisika lebih efektif untuk menurunkan kadar warna, kadar FFA dan angka peroksida dibandingkan dengan bentonit yang diaktivasi secara kimia yaitu nilai warna kuning dengan skala 4 lovibontintometer, kadar FFA,9% dan bilangan peroksidanya,24 meqh 2 O 2 /kg minyak. Daftar Pustaka Adel, Fisli dan Hery Haerudin, 23, Pembuatan dan Karakterisasi Katalis Oksida Mangan dengan Pendukung Bentonit Berpilar Alumina untuk Oksidasi Gas CO, Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau, 24, Laporan Akhir Penyelidikan Bahan Galian Bentonit, Batu Gamping, dan Timah di Kabupaten Singingi dan Kampar Provinsi Riau, PT. Riodila Bumi Persada Konsultan Teknik, Pekanbaru. Hymore, F.K., 996, Effect of Some Additives on The Performance of Acid Activated Clays in Bleaching of Palm Oil, Applied Clays Science,, 379-385. Irmayani dan Fitriyani, 998, Pemanfaatan Bentonit Sebagai Adsorben Logam Berat Cr 3+, Skripsi, UNRI, Pekanbaru. Ketaren, S. 986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Puah, C.W, Choo, Y.M., Ma A.N., Cuah C.H., 24, Deguming and Bleaching Effect on Selected Constituents of Palm Oil, Journal of Oil Palm Research, 6, 57. Riyanto, A. 994, Bahan Galian Industri Bentonit. Dirjen Pertambangan Umum Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral. Rouquērol, F., Rouqeorol dan J., Sing. K. 999, Adsorption by Powders and Porous Solids : Principles, Methodology and Applications, Academic Press, London. Sukandarrumidi, 999, Bahan Galian Industri, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Szostak, R, 992, Handbook of Molecular Sieves : Kluwer Academic Publisher, Netherland. Tanjaya, AT, 26, Aktivasi Bentonit Alam Pacitan Sebagai Bahan Penjerap pada Proses Pemurnian Minyak Sawit, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 2(5), 429-433. Yusnimar, 26, Pemanfaatan Bentonit Sebagai Adsorben pada Proses Bleaching Minyak Sawit Prosiding Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo dan Petrokimia Industri ISSN : 97-5.