BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sarana agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SUKAMISKIN, KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT DAN PENGADILAN NEGERI BANDUNG KLAS IA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKALISASI KARAOKE SUKOSARI BAWEN

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

BAB V PEMBAHASAN. yang ditegaskan dalam teknik analisis. Penelitian ini menggunakan analisis

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lesi Oktiwanti, 2014 Pembinaan Kesadaran Beragama Berbasis Pendidikan Orang Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumbangan pemikiran bagi penulis, di antaranya adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV DI LAPAS KLAS IIA PEKALONGAN. A. Analisis Tujuan Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. informan adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB V PEMBAHASAN. A. Model pembiasaan shalat Dhuha dalam pembinaan akhlakul karimah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB V PEMBAHASAN. menghormati sesama manusia di MTsN Tulungagung. yang menghormati sesama manusia dapat dikatakan sudah dapat dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB IV. Pembinaan Narapidana, untuk merubah Sikap dan Mental. Narapidana agar tidak melakukan Tindak Pidana kembali setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB VI PENUTUP. Yatim Dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung maka. 1. Pembinaan Kejujuran pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang. berkedudukan mulia dan dalam keluarga dia memiliki kedudukan yang

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program Bimbingan Keagamaan Islam dalam Coping Stress Narapidana

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuannya, lembaga pemasyarakatan adalah lembaga yang membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan, pengetahuan maupun mental spiritual untuk meningkatkan kesadaran mereka agar setelah mereka keluar dari Lapas mereka mampu menjadi warga negara yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa. Berdasarkan pada asumsi tersebut, peran pembinaan keagamaan dalam pembinaan mental spiritual narapidana di LP Kelas II B Tulungagung lebih berorientasi pada aspek akidah. Namun pada aspek akhlak dan syariah / ibadah juga tidak diabaikan, dengan tujuan agar ketiga aspek ajaran Islam tersebut dapat tertanam baik pada diri narapidana dan mampu membawa perubahan sikap dan perilaku mereka menjadi insan yang berakhlakul karimah. 1. Tujuan pembinaan mental spiritual narapidana di Lembaga Pemasyaraktan Kelas II B Tulungagung Sistem Lembaga Pemasyarakatan berbeda dengan sistem pemenjaraan yang bertujuan untuk membuat jera tahanannya. Dalam sistem lembaga pemasyarakatan ini, tujuan adanya pembinaan adalah membuat tahanan merubah diri, baik dari pola pikir maupun perilaku agar ketika ia kembali ke tengah-tengah masyarakat dapat diterima dengan baik. Kegiatan pembinaan mental spiritual di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tulungagung bertujuan untuk memberikan pendidikan ilmu agama agar narapidana memahami ilmu agama, sehingga ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan buruknya. Terlebih dalam pembinaan yang dilaksanakan di LP ini 111

adalah pembinaan keagamaan yang diupayakan agar ilmu itu benar-benar diresapi oleh narapidana, sehingga bertaubatnya narapidana menjadi hal yang murni dari jiwa narapidana sendiri, bukan karena lingkungan semata ketika di lapas, yang memungkinkan menyebabkan terjadinya residivis. Berdasarkan temuan tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan pembinaan mental spiritual yang diadakan di lapas Kelas II B Tulungagung sesuai dengan tujuan pembinaan pada umumnya. Yang secara umum, pembinaan narapidana bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya melalui jalur pendekatan memantapkan iman (ketahanan mental spiritual) dan pembinaan mengintegrasikan diri kedalam masyarakata luas. 1 Pada dasarnya, narapidana merupakan seseorang yang lalai dan khilaf, yang membutuhkan pembinaan secara khusus. Narapidana juga merupakan orang yang terkena masalah hukum karena kurang mantapnya mental, spiritual dan kemandirian pada diri mereka. Mental yang jelek menjadikan narapidana tidak bisa bersinergi dengan sesamanya, tidak mau bekerja sama, sulit bersosialisasi, tidak mau belajar dan menganggap dirinya selalu benar. Kondisi tersebut akan mendorong diri seseorang melakukan tindakan menyeleweng dan akhirnya bermasalah dengan hukum. Narapidana sering melakukan tindak pidana karena mendapatkan pengaruh buruk, terutama pengaruh dari lingkungan hidupnya, namun tidak dapat disangkal juga bahwa tindak pidana seorang narapidana juga merupakan pengaruh dari dalam dirinya sendiri, yang menyatakan bahwa kepribadian/ jiwanya sedang tidak sehat, sehingga tumbuh sifat-sifat tercela pada 1 Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.20-PK.21.12 Tahun 1992 tentang Pola Pembinaan Narapidana / Tahanan, 1992, hal. 12

diri mereka. Oleh sebab itu, narapidana merupakan orang yang membutuhkan pembinaan, pengobatan dan pencegahan, serta rehabilitasi kepribadiannya. Agar narapidana memiliki kepribadian/ jiwa yang sehat, maka dibutuhkan pembinaan pada aspek kerohanian mereka yang dapat menumbuhkan iman dan ketakwaan kepada Allah swt. Sesuai dengan tujuan pembinaan kepribadian, dengan adanya pembinaan keagamaan yang dilaksanakan setiap hari akan mewujudkan kesehatan jiwa narapidana yang terintegrasi dalam pribadi mereka. Dengan kondisi jiwa yang sehat menampakkan kepribadian yang matang secara emosional, intelektual dan social, terutama matang dalam hal keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, petugas pembinaan sebagaimana tugasnya sudah seharusnya membina narapidana agar menyesali perbuatan-perbuatannya dan kelak bisa kembali ke tengah masyarakat sebagaimana wajarnya. Untuk itu, maka dalam upaya penyadaran narapidana diperlukan kerjasama dengan instansiinstansi lain yang dapat memberikan ilmu agama sebagai bekal narapidana untuk kembali bermasyarakat dengan pribadi barunya yang lebih matang. 2. Bentuk-bentuk Pembinaan Mental Spiritual Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tulungagung Pembinaan mental spiritual merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan bersusila, sehingga dapat terhindar dari sifat tercela sebagai penanggulangan munculnya tindak pidana. Oleh sebab itu, bentuk kegiatan pembinaan mental

spiritual sudah seharusnya lebih ditekankan pada pemberian pembinaan pada aspek akidah, akhlak dan syari at. 0 Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan mental spiritual yang ada di LP Kelas II B Tulungagung meliputi kegiatan ceramah keagamaan, pembelajaran al-qur an, pembiasaan shalat berjamaah dan shalat Jum at, kegiatan kesenian Islami berupa hadrah dan sholawatan, rutinan yasin-tahlil, serta kegiatan-kegiatan PHBI. Sesuai dengan bentuk kegiatan dalam pembinaan mental spiritual yang berorientasi pada kehidupan akhirat untuk membentuk seorang hamba yang bertakwa kepada Allah dan pembinaan yang berorientasi pada kehidupan dunia untuk membentuk manusia yang mampu menghadapi kehidupan lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana bentuk-bentuk kegiatan pembinaan yang dikutip dari skripsi Angga Perdana Putra Sari yaitu pembelajaran baca tulis al- Qur an, Pengajian, Perayaan Hari Besar Islam dengan pementasan seni rohani dan penceramah dari luar Lapas, sholat Jumat dan Dzuhur, serta latihan qasidah. 1 Sebagaimana aspek yang perlu ditingkatkan dari narapidana, kegiatan pembinaan yang berupa ceramah keagamaan juga memberikan pendidikan pada aspek-aspek tersebut. Untuk pembentukan keyakinan sebagai landasan segala perbuatan, pada aspek akidah penceramah memberikan materi yang meliputi; tata cara beristighfar, tradisi Islam yang baik, dan materi tentang do a, dan sebagainya. Kemudian untuk pembentukan akhlak terpuji pada aspek akhlak, penceramah memberikan materi yang meliputi; mengambil hikmah dari pengalaman, sikap 0 Mufid, Penyuluhan Agama Islam Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kodya Magelang, diakses melalui http://digilib.uin-suka.ac.id/ pada tanggal 19 Maret 0212 3 Angga Perdana Putra Sari, Pembinaan Mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A Blitar, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 0212), hal. 29-02

pengusaha sesuai tuntunan Islam, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pembentukan ketaatan pada agama dalam aspek syari at, materi ceramah meliputi; tata cara sholat khusyu, mengisi bulan sya ban dengan kegiatan positif, dan lain sebagainya. Di lapas Tulungagung ini, upaya pembinaan yang dilakukan dengan tetap mengutamakan hak warga binaan pemasyarakatan untuk tetap mendapatkan pendidikan, oleh sebab itu pemberian pembinaan-pembinaan dilaksanakan setiap hari, terutama dalam pembinaan kesehatan jiwa warga binaan pemasyarakatan melalui pembinaan keagamaan. 3. Proses Pelaksanaan Pembinaan Mental Spiritual Narapidana di Lembaga Kelas II B Tulungagung Proses pelaksanaan pembinaan mental spiritual di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tulungagung meliputi tahap-tahap, yaitu: a. Perencanaan, sebelum melaksanakan program pembinaan Pembina dan instansi yang bekerjasama melakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan ini meliputi perencanaan tentang jadwal pembinaan dan penentuan tema yang berikan kepada masing-masing instansi. b. Dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan, Pembina menerapkan pendekatan gabungan antara top down approach dan bottom up approach, pendekatan ini menyesuaikan dengan kondisi narapidana saat itu, sehingga tidak hanya terpaku pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. Untuk materi yang disampaikan memuat materi yang menguatkan aspek akidah, akhlak dan syari at.

c. Evaluasi, pada tahap ini Pembina memiliki alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pembinaan, yaitu dengan adanya sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan. Selain melalui sidang tersebut, pada setengah masa hukuman, petugas mempunyai alat evaluasi tersendiri yang berupa monitoring dan controlling terhadap segala perilaku narapidana. Dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana dibutuhkan suatu pendekatan/ metode pembinaan. Dengan menerapkan pendekatan/ metode tertentu diharapkan pembinaan terlaksana secara efektif dan efisien, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembinaan mental spiritual di Lapas Kelas II B Tulungagung juga dilakukan dengan berdasarkan pada situasi, sebagaimana metode pembinaan yang di terangkan oleh C.I. Harsono dalam bukunya, yaitu dengan cara penggabungan pendekatan top down approach (dari atas ke bawah) dan bottom up approach (dari bawah ke atas). Pembinaan top down approach adalah pembinaan yang telah disediakan oleh pembina, sehingga warga binaan pemasyarakatan harus menjalani pembinaan tersebut. Sedangkan pendekatan bottom up approach adalah pembinaan yang memperhatikan kepentingan dan kebutuhan belajar bagi warga binaan pemasyarakatan. 1 Selain itu, pihak lapas juga menerapkan pendekatan pembinaan perorangan yang dilaksanakan setiap harinya, yaitu dengan adanya konsultasi pribadi antara pembina dengan warga binaan pemasyarakatan. Pendekatan ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang benar-benar mempunyai kemauan 310 1 C.I. Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal.

untuk mengubah pribadinya. Kemudian, pendekatan yang juga sering dilakukan yaitu pendekatan secara berkelompok yang diterapkan dengan ceramah keagamaan dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Diantara pendekatan-pendekatan tersebut, yang juga tidak kalah penting yakni pemberian sikap yang adil kepada warga binaan pemasyarakatan dan teladan yang baik. Teguran ketika warga binaan pemasyarakatan melakukan tindakan yang kurang baik selama dalam lapas juga memberikan sumbangan pada proses pembinaan sebagai upaya pengendalian. Selanjutnya, dengan pendekatanpendekatan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan hasil pembinaan kepada narapidana.