Kasus Korupsi PD PAL banjarmasinpost.co.id Mantan Direktur Utama Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin yang diduga terlibat dalam perkara korupsi i pengadaan dan pemasangan jaringan pipa di sejumlah wilayah di Banjarmasin, mulai Senin (24/1) tadi disidang. Mengenakan baju batik dilapisi rompi oranye di bagian belakangnya bertuliskan Tahanan Korupsi Kejari Banjarmasin, pada sidang perdana dengan agenda pembacaan dakwaan dari penuntut umum, Muhidin didampingi pengacaranya Haji Syaiful Bahri dan rekan. Jaksa Penuntut Umum (JPU) ii di hadapan majelis hakim Pengadilan Tipikor iii Banjarmasin, Afandi Widaijanto SH, didakwa terlibat dalam perkara korupsi pengadaan dan pemasangan jaringan pipa di sejumlah wilayah Banjarmasin. Dalam perkara ini Muhidin tidak sendiri, ada tersangka lainnya yang sekarang juga sedang menjalani sidang. Kuasa hukum terdakwa Muhidin, Syaiful Bahri SH kepada Radar Banjarmasin mengungkapkan pihaknya tidak akan melakukan eksepsi karena menurutnya syarat formal maupun materil yang disampaikan penuntut umum dalam dakwaan sudah terpenuhi. Pada saat pemeriksaan pokok perkara ada hal-hal yang akan kita buktikan di hadapan majelis hakim, ujarnya. Untuk kedua kalinya mantan Sekretaris Daerah Kota Banjarmasin (Sekdako) Zulfadli Gazali duduk menjadi saksi di PN Tipikor Banjarmasin, Selasa (7/2) siang, Zulfadli duduk sebagai saksi dugaan korupsi dengan terdakwa mantan Dirut PD PAL Banjarmasin Muhiddin. Pasalnya waktu itu ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas PD PAL. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 1
Dihadapan majelis hakim yang dipimpin Affandi SH, saksi dicecar beragam pertanyaan dari jaksa Kejari Banjarmasin. Dalam sidang ini jaksa Nani mengatakan di BAP ada tertuang adanya adendum saran dari Badan Pengawas. Menurut Zulfadli dalam pelaksaan di lapangan diberikan sepenuhnya kepada PD PAL. Lebih lanjut dikatakannya pihaknya selaku Badan Pengawas juga memberikan saran-saran kepada PD PAL. "Tapi untuk pelaksanaan kegiatan diserahkan ke PD PAL," paparnya. Dalam sidang sebelumnya, jaksa mengungkapkan terdakwa H Muhiddin dituduh mengerjakan salah satu proyek tersebut namun dengan bendera perusahaan Mutiara Sakti dan pekerjaan yang dilaksanakan di Kelayan Dalam. Sedangkan pekerjaan di Basirih tetap dilakukan CV Mutiara Sakti yang ditukangi terdakwa Taufik Hidayat. Akibat perbuatan terdakwa terdapat unsur kerugian negara di kedua proyek tersebut yang berdasarkan perhitungan BPKP sebesar Rp2.123.1018.313,00 dengan rincian kerugian pada proyek Kelayan Dalam sebesar Rp1.132.223.204,00 dan pada proyek di Basirih Rp990.795.109,00 Terdakwa juga didakwa melanggar pasal 2 jo pasal 18 UU RI No 31 tahun 1999, sebagaimana diubah dan ditambah pada UU No 20 tahun 2001, tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, untuk dakwaan primair. Sedangkan fakwaan subsidair JPU mematok pasal 3 jo pasal 18 UU RI No 31 tahun 1999, sebagaimana diubah dan ditambah pada UU No 20 tahun 2001, tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sumber Berita: 1. banjarmasin.tribunnews.com, Mantan Sekdako Ini Duduk Jadi Saksi Kasus Korupsi PD PAL, Selasa, 7 Februari 2017. 2. Kalsel.prokal.co, Tersandung Kasus Korupsi, Muhidin Mulai Disidang, Rabu, 25 Januari 2017. Catatan: 1. Pengertian Korupsi Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 2
yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelap an, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara. 2. Klasifikasi Korupsi Menurut M. Amien Rais (Anwar, 2006:18) yaitu: Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenangwenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi. 3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonornian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang adapadanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 dua puluh) tahun dan a taudenda paling Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 3
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 18 (1) Selain pidana tambahan dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana sebagai pidana tambahan adalah: a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud barang tidak bergerak yang digunakan untuk yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pun harga dari barang yang menggantikan barang tersebut; b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; c. penutupan usaha atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun; d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana; (2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. (3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan karenanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan. 4. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 55 ayat (1) Ke 1: Pasal 55 (1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana: 1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan; Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 4
i Korupsi yaitu setiap orang yang dengan sengaja secara melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara (Dalam UU No.31 Tahun 1999). ii Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah Jaksa Fungsional yang diberi wewenang oleh undang undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum. iii Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (disingkat Pengadilan Tipikor) adalah Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-satunya pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 5