BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi tidak lepas dari suatu perubahan pada berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba maju dan modern ini, banyak sekali perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup suatu negara sangat bergantung pada generasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

Universitas Kristen Maranatha

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri dari pendidikan umum dan pendidikan kejuruan atau khusus. Pendidikan umum terdiri dari TK (Taman Kanak- kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan perguruan tinggi. Ketika berada di kelas XI SMA, siswa diwajibkan memilih salah satu jurusan Ilmu alam atau Ilmu Sosial sebagai fokus pendidikan siswa. Penjurusan ini bertujuan agar siswa dapat lebih mendalami suatu ilmu yang memudahkan siswa untuk memilih jurusan di perguruan tinggi. Selain pendidikan menengah atas atau SMA, terdapat pula pendidikan khusus yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sekolah khusus yang berbasis keagamaan. Sekolah Menengah Kejuruan atau biasa disingkat SMK memiliki materi pembelajaran yang menekankan pada pendalaman di bidang pengetahuan tertentu sehingga siswa akan menjadi calon tenaga kerja yang kompeten di bidangnya. Keunggulan SMA lebih kepada penguasaan konsep, cara berpikir, performance sebagai bekal ke pendidikan berikutnya, sedangkan keunggulan SMK lebih kepada penguasaan skill atau keterampilan sebagai modal kerja (http://batam.tribunnews.com). Standar kompetensi lulusan pada satuan 1

2 pendidikan menengah umum (SMA) bertujuan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan untuk standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. (www.dikti.go.id). Melihat biaya pendidikan yang ada di Indonesia yang kian hari kian meningkat, membuat masyarakat mulai melirik SMK sebagai pilihan pendidikan menengahnya. SMK dibentuk dengan visi untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki jati diri bangsa dan mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar global. (www.ditpsmk.net). Pemerintah Indonesia membuat pendidikan khusus atau kejuruan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran dengan menciptakan instansi pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk siap bersaing di dunia kerja setelah lulus Di dalam SMK, siswa akan mendapatkan bekal yang cukup untuk bersaing di dunia kerja tanpa harus melewati bangku perkuliahan, juga dapat memangkas biaya pendidikan. Walaupun tujuan utama dibentuknya SMK untuk mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten, namun tidak menutup kemungkinan untuk siswa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dengan adanya penjurusan di SMK, siswa bisa lebih mendalami suatu bidang dan lebih mengarahkan siswa pada suatu bidang tertentu. Namun hal tersebut juga menjadi kendala di perguruan tinggi karena terbatasnya bidang yang dapat dipilih diluar dari bidang yang didalami. Salah satu sekolah menengah kejuruan yang mendapatkan predikat baik di Kota Bandung adalah SEKOLAH MENENGAH FARMASI KRISTEN X

3 (SMF K X ). Sekolah SMF K X membuat jurusan farmasi sebagai sekolah kejuruannya dengan tujuan agar bisa membuat siswa yang siap sebagai calon tenaga kerja yang tangguh. Sekolah farmasi merupakan sekolah kejuruan yang mempelajari tentang cara meracik obat, takaran kandungan obat, pengepakan obat, dan hal lainnya yang berkaitan dengan obat. Lulusan dari SMF K X banyak dicari oleh industri-industri farmasi yang sudah terkenal karena kualitas lulusannya yang baik. Untuk mempertahankan kualitas lulusannya, pihak sekolah tetap melakukan peningkatan-peningkatan baik dalam bidang akademik maupun dalam hal kegiatan peningkatan kemampuan bekerja siswa (skill). Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa yang siap bekerja dan bisa bersaing di dunia kerja. (www.bpkpenabur.or.id). Dalam rangka mempertahankan mutu lulusannya, SMF K X selalu membatasi jumlah siswanya sebanyak 80 siswa pada setiap angkatan agar pihak sekolah masih bisa melakukan pengajaran secara maksimal. Untuk dapat masuk ke SMF K X, siswa akan diberi serangkaian tes seperti tes matematika dan bahasa Inggris serta tes kesehatan untuk memastikan kemampuan siswa dalam menjalankan proses pembelajaran di SMF K X. Jadwal belajar di SMF K X dimulai dari pukul 07.15 sampai dengan pukul 17.05 atau pukul 14.45. Dari hari Senin sampai Jumat dan pada hari Sabtu diadakan pelajaran tambahan bahasa Inggris dan matematika untuk siswa yang memiliki nilai kurang. Panjangnya jadwal belajar di SMF K X dikarenakan materi pelajaran yang banyak disertai banyaknya ulangan dan tugas yang rutin

4 diberikan setiap harinya. Hal ini bertujuan mendidik siswa untuk lebih memahami bidang farmasi. Praktikum-praktikum yang diadakan di sekolah pun memiliki intensitas yang banyak untuk mengasah kemampuan siswa untuk bekerja di bidang farmasi. Dengan bekal ilmu yang diberikan oleh sekolah, SMF K X berharap agar siswanya bisa menjadi tenaga farmasi yang kompeten dan dapat diterima di tempat kerja yang baik. Setelah lulus siswa bisa bekerja sebagai asisten apoteker yang bekerja di bawah pengawasan apoteker, tenaga penyuluh kesehatan, distribusi obat, teknisi, tenaga distribusi farmasi dan membuka apotek, bekerja di sektor industri dan laboratorium farmasi sebagai laboran (orang yang bekerja di laboratorium). Pihak sekolah juga berusaha membantu siswanya untuk lebih mengenal dunia kerja khususnya di bidang farmasi. Pihak sekolah menyediakan fasilitas bursa tenaga kerja dengan menyalurkan lulusan ke perusahaan, pihak sekolah juga suka mendatangkan alumni untuk berbagi pengalaman dengan para siswa bahkan di kelas XII, siswa melakukan praktek kerja lapangan supaya siswa lebih mampu memahami situasi setelah mereka lulus. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pihak sekolah, sekolah mengarahkan siswa untuk kearah pendidikan dan pekerjaan. Pada masa ini siswa diharapkan belajar untuk mengambil keputusan tentang perencanaannya di masa depan dengan menentukan pilihan yang akan diambilnya pada saat setelah lulus nanti karena berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget remaja berada dalam tahap formal operational. Pada tahap ini siswa memiliki pemikiran hypothetical-deductive reasoning lebih terarah dalam

5 merencanakan rencana-rencana dalam memecahkan masalah-masalahnya dan lebih sistematis mencoba berbagai solusi untuk masalahnya (Santrock, 2004). Berdasarkan wawancara yang dilakukan, siswa yang memilih melanjutkan ke perguruan tinggi beranggapan dengan adanya pendidikan yang lebih tinggi, siswa bisa mendapatkan pekerjaan dengan jabatan yang lebih tinggi dan memiliki pengetahuan di bidang farmasi yang lebih luas. Selain itu, ada juga siswa yang memilih untuk mendalami bidang ilmu lain selain bidang farmasi pada saat di perguruan tinggi untuk menambah wawasan yang baru. Namun dewasa ini, untuk mendapatkan pekerjaan kebanyakan tempat kerja memberikan syarat pendidikan kepada calon pekerjanya seperti S1, oleh karena itu banyak siswa SMF K X yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dibandingkan untuk langsung bekerja. Untuk memfasilitasi siswa pada bidang pendidikan, pihak sekolah memberikan pengetahuan tentang perguruan tinggi, siswa juga diberi bimbinganbimbingan dan informasi yang berkaitan dengan perguruan tinggi serta alternatif jurusan lain di luar farmasi yang bisa diambil siswa setelah lulus dari SMF K X. Hal ini bertujuan agar siswa bisa lebih mengenal dunia perguruan tinggi dan bisa mempertimbangkan alternatif jurusan lain jika siswa tidak berminat melanjutkan pendidikan di bidang farmasi. Dengan fasilitas yang diberikan oleh sekolah SMF K X, pihak sekolah mengharapkan para siswanya bisa lebih mudah dalam menentukan langkahlangkah dalam pencapaian tujuan hidupnya dan tidak salah langkah dalam merencanakan masa depannya. Fasilitas-fasilitas yang diberikan pihak sekolah

6 bertujuan agar siswa bisa menentukan masa depannya setelah lulus dari sekolah. Pihak sekolah sendiri lebih mengarahkan siswanya untuk melanjutkan pendidikan dan langsung bekerja. Perencanaan-perencanaan seperti menentukan langkah selanjutnya setelah lulus bisa disebut juga dengan OMD (Orientasi Masa Depan). OMD adalah model masa depan yang menjadi dasar dalam penyusunan tujuan, rencana, eksplorasi berbagai pilihan dan membuat komitmen, dan maka dari itu membimbing jalan perkembangan seseorang (Seginer, 2009). Jika siswa SMF K X memiliki OMD yang jelas maka siswa akan bisa menentukan tujuan hidupnya untuk melanjutkan pendidikannya atau langsung bekerja sehingga siswa bisa menata kehidupannya dalam pencapaian kesuksesan di hidupnya. OMD memiliki tiga komponen, yaitu motivation, cognitive representation dan behavioural. Selain tiga komponen utama, masing- masing komponen juga memiliki sub-komponen. Motivation memiliki tiga sub-komponen value, expectance, dan control. Cognitive representation memiliki dua subkomponen yaitu fears dan hopes, Sedangkan behavioural memiliki dua subkomponen yaitu exploration dan commitment. Dengan OMD yang jelas, memungkinkan siswa untuk menentukan tujuan dalam hal pendidikannya. Dengan adanya tujuan dalam hal pendidikan maupun dalam hal pekerjaan, siswa akan lebih mengetahui makna dari hidupnya, lebih terdorong dalam mencapai tujuan pendidikannya yang dalam hal ini tercermin dari cita-cita siswa (motivation). Dengan adanya tujuan tersebut, siswa akan bisa menentukan hal-hal yang menjadi harapan dan ketakutan siswa dalam pencapaian

7 tujuan pendidikannya maupun pekerjaan di masa depan misalnya siswa melanjutkan pendidikan maupun pekerjaan dengan harapan bisa lebih sukses, siswa juga takut jika biaya yang dimiliki tidak mencukupi untuk mencapai tujuan pendidikan siswa atau pendidikan yang diberikan tidak mencukupi untuk modal bekerja nanti (cognitive representation). Dengan adanya perencanaan tersebut, siswa bisa menentukan universitas apa yang akan siswa pilih dan jurusan apa yang akan siswa ambil sehingga siswa bisa mencapai tujuan pendidikannya maupun pekerjaannya dan mencapai cita-cita masa depan siswa (behaviour). Untuk memperjelas fenomena OMD di SMF K X, peneliti melakukan survey awal kepada 37 orang siswa yang berada pada kelas XII A yang mewakili kelas XII. Peneliti memilih kelas XII dengan pertimbangan pada kelas XII siswa dituntut untuk mempersiapkan langkah selanjutnya setelah lulus dari SMF K X. Sebanyak 20 siswa (54%) memiliki cita-cita sebagai apoteker, 7 siswa (18,9%) memiliki cita-cita sebagai dokter. Sebanyak 9 siswa (24,3%) memiliki cita-cita diluar bidang farmasi dan 1 siswa (2,7%) belum memiliki cita-cita. Siswa yang memiliki cita-cita sebagai apoteker dan dokter ingin berguna untuk menolong orang lain, untuk bidang lainnya siswa memang tertarik untuk memperluas wawasan Siswa yang memilih farmasi, dokter dan bidang lainnya karena siswa tersebut menyukai bidang tersebut dan tertarik untuk mempelajari bidang tersebut. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 29 siswa (78,3%) menjawab bahwa siswa masuk ke SMF K X karena keinginan orang tua yang ingin agar anaknya cepat bekerja, sedangkan 8 siswa (21.6%) masuk ke SMF K X karena keinginan sendiri yang tertarik dengan kualitas sekolah dan bidang farmasi. Dari data

8 survey, terlihat adanya variasi dalam hal keinginan siswa baik secara pendidikan maupun pekerjaan. Sebanyak 10 siswa (27%) ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar bisa mencapai cita-cita, 6 siswa (16,3%) ingin melanjutkan ke perguruan tinggi ke jurusan farmasi dengan harapan bisa membanggakan orangtua dan memenuhi permintaan orangtua walaupun cita-cita siswa bukan di bidang farmasi (hopes). Sebanyak 14 siswa (37,8%) masih meragukan tentang keputusannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena khawatir tidak memiliki biaya yang cukup melanjutkan pendidikan. Sebanyak 7 siswa (18,9%) ingin langsung bekerja. Dilihat dari hasil survey tersebut, siswa ada yang memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan dan ada yang langsung bekerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru sekolah tersebut, siswa masih ragu saat ditanyakan tentang hal yang akan dilakukannya setelah lulus nanti karena siswa memikirkan berbagai pertimbangan dan siswa juga masih banyak yang belum memiliki tujuan. Dengan melihat hasil survey tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat variasi dalam hal komponen OMD maupun dalam hal bidang OMD pada siswa SMF K X, namun hasil dari survey tersebut belum menggambarkan gambaran OMD domain pendidikan dan pekerjaan di sekolah SMF K X secara keseluruhan. Oleh sebab itu, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti tentang gambaran tentang jelas atau tidaknya orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan beserta dengan profil-nya pada siswa kelas XII SMF K X di kota Bandung.

9 1.2. Identifikasi Masalah Ingin mengetahui bagaimana profil orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan pada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai komponen orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan pada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai profil orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan serta keterkaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan pada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung. 1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah 1. Memberikan informasi pada bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan, mengenai OMD domain pendidikan dan pekerjaan pada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung. 2. Memberikan informasi mengenai gambaran OMD domain pendidikan dan pekerjaan kepada peneliti-peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran orientasi masa depan domain pendidikan.

10 1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung mengenai orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan, sehingga para siswa kelas XII tersebut dapat menyusun strategi atau rencana yang tepat dalam mencapai pendidikan maupun pekerjaan yang diinginkan, agar siswa dapat membentuk gambaran masa depannya dengan jelas dan spesifik agar bisa mencapai tujuan dalam hal masa depannya. 2. Memberikan informasi kepada SMF K X di Kota Bandung mengenai orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan, agar pihak sekolah dapat memberikan dukungan berupa informasi dan pengembangan potensi, seperti bidang pendidikan maupun pekerjaan yang dapat ditempuh dan kesempatan mengikuti berbagai kegiatan pengembangan minat agar siswa memperoleh gambaran masa depan yang lebih jelas khususnya di bidang pendidikan dan pekerjaan. 3. Memberikan sumbangan informasi mengenai gambaran orientasi masa depan domain pendidikan dan pekerjaan kepada para keluarga siswa kelas XII SMF K X, sehingga pihak keluarga dapat membantu anggota keluarga siswa untuk lebih mengembangkan diri dan membantu siswa untuk mengarahkan dirinya ke arah orientasi masa depan yang lebih jelas, khususnya di bidang pendidikan maupun pekerjaan.

11 1.5. Kerangka Pemikiran Sekolah kejuruan farmasi atau yang biasa disingkat SMF adalah sekolah yang mengkhususkan siswanya dalam mempelajari tentang obat-obatan. Salah satu sekolah kejuruan farmasi yang berada di kota Bandung adalah SMF K X. SMF K X terkenal karena telah menghasilkan banyak lulusan yang berkompeten dan siap bekerja. Walaupun tujuan SMF K X adalah menghasilkan tenaga kerja yang siap untuk bekerja, ada juga siswa yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dengan asumsi untuk mencari kerja dibutuhkan pendidikan yang cukup tinggi agar mendapatkan karir dan pekerjaan yang lebih baik. Walaupun demikian masih juga terdapat siswa yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena siswa banyak mempertimbangkan berbagai hal seperti masalah di bidang keuangan yang menimbulkan keraguan pada siswa dalam menentukan masa depannya. Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget remaja berada dalam tahap formal operational. Pada tahap ini siswa memiliki pemikiran hypothetical-deductive reasoning dimana siswa lebih terarah dalam merencanakan rencana-rencana dalam memecahkan masalah-masalahnya dan lebih sistematis mencoba berbagai solusi untuk masalahnya. Dalam hal ini, siswa belajar untuk merencakan secara terarah tentang masa depannya. Perencanaan seperti merancang masa depan pendidikan dengan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan tujuan masa depan siswa kelas XII SMF K X disebut juga sebagai

12 orientasi masa depan (OMD). Orientasi masa depan adalah gambaran mengenai masa depan, yang dilakukan siswa melalui proses yang dievaluasi secara terus menerus (Seginer, 2009). Orientasi masa depan adalah suatu proses yang mencakup tiga komponen yaitu motivational, cognitive representation, dan behavioural. Komponen yang pertama yaitu motivational merupakan dorongan yang dimiliki siswa kelas XII SMF K X dalam berpikir mengenai masa depannya, dan hal yang mendorong seseorang untuk memikirkan masa depan dirinya sendiri secara luas khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan dan pekerjaannya dalam hal ini melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta mencari pekerjaan. Komponen motivational memiliki tiga subkomponen yaitu value, expectance dan control. Value atau nilai-nilai merupakan kepentingan dan relevansi yang ditetapkan siswa mengenai masa depannya seperti siswa menganggap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merupakan hal yang penting dan mencari pekerjaan merupakan hal yang penting. Expectance adalah keyakinan yang dimiliki siswa terkait usahanya untuk mewujudkan tujuan masa depan yang tergambar melalui harapan, tujuan dan rencana seperti siswa optimis dengan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maka akan lebih sukses serta rencana siswa seperti siswa optimis akan mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti. Control adalah belief yang dimiliki siswa kelas XII SMF K X tentang penyebab keberhasilan dalam masa depannya khususnya dalam bidang pendidikan. Control terdiri dari dua macam yaitu control internal dan control eksternal. Control internal merupakan belief yang ada dalam diri mengenai

13 kemampuan kognitif, usaha dan keuntungan yang akan diperoleh mengenai melanjutkan ke perguruan tinggi dan mencari pekerjaan, seperti siswa melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka memiliki kemampuan akademik dan siswa akan mendapatkan pekerjaan karena kemampuannya dalam bidang farmasi. Sedangkan, control eksternal adalah belief yang timbul pada diri siswa sebagai akibat dari luar diri siswa yang mendukung ataupun menghambat dalam perencanaan masuk ke perguruan tinggi seperti dukungan biaya dan semangat ataupun mencari pekerjaan seperti adanya bursa tenaga kerja. Siswa yang memiliki control internal akan lebih bisa mencapai tujuan masa depannya karena siswa akan menganggap bahwa pencapaian tujuan dalam domain pekerjaan dan pendidikan harus diraih atas kerja keras dirinya sehingga siswa bisa memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan masa depannya. Siswa dapat dikatakan memiliki komponen motivational yang tinggi jika ketiga sub-komponen dari motivational tinggi. Komponen kedua dari orientasi masa depan adalah cognitive representation. Cognitive representation menggambarkan seberapa banyak pemikiran siswa kelas XII SMF K X tentang kehidupan masa depan termasuk hal yang mendukung dan hal yang menghambat dalam upaya pencapaian tujuannya pendidikan dan pekerjaannya. Cogniitve representation dapat terwujud melalui hopes dan fears. Hopes adalah harapan yang dimiliki siswa kelas XII SMF K X mengenai tujuan masa depan pendidikannya seperti dapat melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang diinginkan dan tujuan masa depan pekerjaannya seperti mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bekal

14 ilmu yang didapat di SMF. Sedangkan fears adalah penghayatan negatif yang timbul ketika siswa memikirkan hal-hal yang ingin dihindari oleh siswa kelas XII SMF K X mengenai tujuan masa depan pendidikan seperti tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan kemampuan dalam bidang pendidikan dan tujuan masa depan pekerjaannya seperti kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan pendidikan yang hanya berjenjang SMF. Siswa kelas XII SMF K X dapat dikatakan memiliki komponen cognitive representation yang tinggi jika siswa memiliki hopes dan fear. Hopes yang tinggi lebih diharapkan sehingga siswa memiliki harapan bahwa tujuan OMD nya akan tercapai. Dengan adanya fear, siswa kelas XII SMF K X akan melakukan pencarian solusi dan pemecahan masalah. Pencarian solusi dan pemecahan masalah terwujud ke dalam perilaku yang termasuk ke dalam komponen behavioural. Komponen ketiga dari orientasi masa depan adalah behavioural. Behavioural adalah sejauh mana perilaku siswa kelas XII SMF K X yang terkait dengan usaha pencapaian tujuan masa depannya di bidang pendidikan dalam hal ini untuk melanjutkan pedidikan ke perguruan tinggi dan di bidang pekerjaan dalam hal ini untuk mendapatkan pekerjaan. Behavioural tercermin melalui dua sub-komponen, yaitu exploration dan commitment. Exploration merupakan tindakan yang diarahkan baik keluar maupun ke dalam diri siswa kelas XII SMF K X sebagai usahanya untuk mencapai tujuan pendidikan seperti mencari informasi dari berbagai sumber mengenai jurusan yang akan dipilih di perguruan tinggi, juga tentang perguruan tinggi yang sesuai dan tujuan pekerjaannya dimana

15 siswa mencari informasi mengenai pekerjaan yang diminati dan pekerjaan yang bisa ditekuni oleh siswa. Commitment merupakan tindakan pengambilan keputusan mengenai pendidikan dan pekerjaan yang diambil siswa kelas XII SMF K X terkait melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebagai usahanya untuk mencapai tujuan pendidikan seperti sudah mendaftarkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan dan usahanya untuk memutuskan bidang pekerjaan apa yang akan diambil setelah lulus dari SMF. Dengan melakukan exploration, siswa kelas XII SMF K X akan mencari tahu bagaimana pemecahan permasalahan yang selama ini dipikirkan dalam bentuk hopes dan fears. Setelah melakukan exploration, siswa akan memiliki cukup informasi untuk melakukan commitment dengan memantapkan pilihannya pada jurusan yang akan dipilihnya, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak, bidang pekerjaan apa yang akan ditekuninya. Siswa dapat dikatakan memiliki komponen behaviour yang tinggi jika siswa memiliki kedua subkomponen tinggi. Berdasarkan komponen-komponen tersebut, didapat 8 jenis profil orientasi masa depan baik domain pendidikan maupun domain pekerjaan. Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas memiliki profil motivational yang tinggi, cognitive representation yang tinggi dan behaviour yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas memiliki 7 profil yang beragam. Profil pertama yaitu motivational yang rendah, cognitive representation yang rendah dan behaviour yang rendah. Profil kedua yaitu motivational yang

16 tinggi, cognitive representation yang rendah dan behaviour yang tinggi. Profil ketiga yaitu motivational yang tinggi, cognitive representation yang rendah dan behaviour yang rendah. Profil keempat yaitu motivational yang rendah, cognitive representation yang rendah dan behaviour yang tinggi. Profil kelima yaitu motivational yang rendah, cognitive representation yang tinggi dan behaviour yang rendah. Profil keenam motivational yang tinggi, cognitive representation yang tinggi dan behaviour yang rendah. Profil ketujuh motivational yang rendah, cognitive representation yang tinggi dan behaviour yang tinggi. Selain ketiga komponen OMD, terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan yaitu personality, gender, close interpersonal relationship, dan cultural context. Faktor pertama yang mempengaruhi yaitu personality (Seginer, 2009).. Personality terdiri dari selfesteem, self-agency, psychological empowerment, primary control dan optimism. Self-esteem adalah keyakinan siswa kelas XII SMF K X untuk memecahkan masalah seperti keyakinan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan. Relasi antara self-esteem dengan motivational adalah keyakinan diri untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang berpengaruh terhadap penilaian individu mengenai pentingnya pendidikan bagi dirinya dan keyakinan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan yang berpengaruh terhadap penilaian individu mengenai pentingnya mendapatkan pekerjaan bagi dirinya (value), dan self-worth memicu ekspektansi kesuksesan siswa di bidang pendidikan dan pekerjaan (expectance) serta berkaitan dengan control internal

17 yaitu keyakinan untuk bisa mengenali potensi diri untuk mencapai tujuan pendidikannya dan tujuan pekerjaannya. (Seginer, 2009). Dalam hal cognitive representation, self-esteem berpengaruh terhadap keyakinan diri untuk tetap fokus terhadap masalah mengenai pendidikan dan masalah pekerjaan. Dalam hal behavioural, self-esteem menimbulkan keyakinan diri untuk melakukan exploration untuk pencarian informasi mengenai pendidikan serta bidang pekerjaan yang akan diambil dan commitment yang tercermin dari keyakinan diri untuk mengambil keputusan pendidikan dan pekerjaan. Namun, yang paling kuat pengaruhnya terdapat di dalam hal motivational. Dengan keyakinan diri, maka siswa akan memperoleh dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan baik dalam domain pendidikan maupun pekerjaan. Self-agency adalah kontrol diri dan tanggung jawab atas tindakannya seperti bisa memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan dan bertanggung jawab atas keputusannya. Self-agency lebih sering diasosiasikan dengan komponen behavioural. Self agency tercermin sebagai exploration dan commitment. Self-agency dalam hal commitment dapat dilihat dari bagaimana tanggung jawab siswa terhadap keputusannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan keputusannya untuk bekerja sedangkan dalam hal exploration, dapat terlihat dari keinginan siswa untuk mencari informasi mengenai pendidikan seperti beasiswa dan biaya sebelum memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta usahanya untuk mencari pekerjaan di bursa tenaga kerja.

18 Psychological empowerment adalah menggali kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan kemampuan untuk menghadapi setiap permasalahan dalam keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Psychological empowerment lebih berpengaruh terhadap value dan exploration. Psychological empowerment dalam value tercermin dari sikap siswa dimana siswa melakukan refleksi guna menggali seberapa penting pendidikan dan pekerjaan bagi dirinya. Sedangkan dalam exploration, psychological empowerment tercermin dari sikap siswa yang menggali kemampuan yang ada dalam dirinya dan memanfaatkannya untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pekerjaan. Primary control adalah memanfaatkan lingkungan untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan lingkungan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pekerjaan. Primary control berpengaruh pada exploration. Siswa bisa menggali informasi dari luar diri dan memanfaatkan lingkungan dalam upaya mencari informasi ataupun mencari dukungan lingkungan untuk masuk ke perguruan tinggi seperti pencarian beasiswa ataupun meminta saran dari orangtua dan dukungan lingkungan dalam pekerjaan misalnya dukungan lingkungan untuk mencari pekerjaan. Optimism adalah sikap dan perasaan optimis untuk mencapai pendidikan yang diinginkan yaitu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Optimism berpengaruh dalam hal cognitive representation dimana siswa akan memiliki

19 harapan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan serta memiliki hasrat untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam upaya pencapaian tujuan tersebut. Faktor kedua yaitu gender atau perbedaan jenis kelamin yang terkait dalam bidang pendidikan dan pekerjaan yang akan ditempuhnya (Seginer, 2009). Berdasarkan pada teori feminis persamaan jender, perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan dalam hal membangun orientasi masa depannya. Orientasi masa depan perempuan kurang diperluas ke masa depan dibandingkan dengan laki-laki. Namun dalam proses OMD pada siswa SMF K X faktor jenis kelamin tidak memiliki kecenderungan keterkaitan karena dalam segi pendidikan dan pekerjaan, siswa perempuan maupun siswa laki-laki diberikan perlakuan yang sama diberikan kesempatan yang sama baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Dalam hal ini, siswa perempuan dan siswa laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan mereka. Selain itu, pada kelas XII SMFK X jumlah siswa wanita lebih banyak dibandingkan siswa pria. Oleh karena itu, untuk faktor gender tidak dimasukkan ke dalam data penunjang karena dikhawatirkan akan menjadi tidak valid. Faktor ketiga yang mempengaruhi adalah close interpersonal relationship (Seginer, 2009). Close interpersonal relationship adalah hubungan kedekatan siswa kelas XII SMF K X dengan lingkungan di sekitarnya misalnya keluarga, saudara, teman sebaya dan orang lain yang berada di sekitar siswa. Figur yang terdekat dengan siswa akan membantu siswa dalam mengembangkan orientasi

20 masa depannya (Seginer, 2009). Pengembangan orientasi masa depan dari figur terdekat tersebut salah satunya dapat berupa dukungan. Dukungan yang diberikan oleh figur terdekat dari lingkungan bisa berupa moril dan materil. Dalam bentuk moril, dukungan bisa diberikan dalam hal memberikan semangat kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan diskusi untuk menyarankan pilihan-pilihan jurusan., dan mencari pekerjaan setelah lulus dari farmasi. Sedangkan dalam bentuk materil, dukungan dari figur terdekat bisa membantu siswa untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi, membantu siswa untuk membiayai fasilitas yang akan dibutuhkan pada saat perguruan tinggi dan membiayai siswa untuk lulus dari SMF sehingga bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Dengan adanya dukungan dari figur tersebut, maka siswa diharapkan akan lebih mudah dalam melakukan commitment dan exploration karena figur tersebut dapat membantu siswa dalam pencarian informasi dan membantu siswa dalam memutuskan keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak dan membantu siswa dalam mencari pekerjaan yang sesuai. Namun, banyaknya dukungan dan bantuan dari figur sekitar pun akan membuat siswa menjadi kebingungan dalam pemilihan jurusan dan mencari pekerjaan karena bisa saja terjadi perbedaan pendapat antara figur yang satu dengan figur yang lain sehingga siswa menjadi kesulitan dalam menentukan pilihan orientasi masa depannya. Faktor yang keempat adalah cultural context (Seginer, 2009). Cultural context adalah latar belakang kebudayaan yang dimiliki oleh siswa kelas XII SMF K X yang berpengaruh dalam hal pendidikan dan pekerjaan (Seginer, 2009).

21 Namun di Indonesia, dalam hal pendidikan maupun hal pekerjaan tidak ada pembedaan dalam kebudayaan dan dalam hal kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan pekerjaan pun sama untuk semua suku. Selain itu, culture yang berada pada sekolah SMFK X sangat beragam dan banyak siswa yang memiliki culture campuran sehingga dikhawatirkan data tersebut tidak akan valid. Berdasarkan hal ini, maka untuk cultural context tidak dimasukkan ke dalam data penunjang. OMD pada siswa kelas XII SMF K X dikatakan jelas apabila siswa SMF K X nilai yang tinggi pada ketiga komponennya. Setiap komponen pada OMD harus dilalui secara bertahap karena proses ini merupakan suatu kesatuan oleh sebab itu jika ada salah satu komponen yang rendah, maka dapat dikatakan bahwa siswa memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas. Orientasi masa depan yang tidak jelas dapat juga diartikan bahwa siswa mengalami ketidakmampuan dalam mengarahkan ketiga komponen. Dari uraian diatas, dapat dilihat skema bagannya sebagai berikut:

22 - personality - gender - interpersonal relationship - cultural context Komponen-komponen OMD Siswa Kelas XII SMF K X di Kota Bandung Value Expectance Control Fear Hope Commitment Exploration Motivational Cognitive Representation behavioural Profil OMD Domain Pendidikan Profil OMD Domain Pekerjaan Jelas Tidak Jelas Jelas Tidak Jelas Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

23 1.6. Asumsi Dari uraian di atas, maka dapat ditarik asumsi sebagai berikut : 1. Terdapat tiga komponen OMD domain pendidikan dan pekerjaan pada siswa kelas XII SMF K X di Kota Bandung yaitu motivational, cognitive representation, dan behavioural dan pada masing-masing komponen terdapat sub-komponen yang berbeda. 2. Siswa XII SMF K X memiliki variasi dalam derajat setiap komponen dan sub-komponen OMD domain pendidikan dan pekerjaan. 3. Setiap siswa akan memiliki satu profil dari delapan profil orientasi masa depan yang terbentuk dari derajat setiap komponen yang berbeda pada OMD domain pendidikan dan pekerjaan. 4. Pada profil yang dimiliki siswa, sebanyak tujuh profil memiliki OMD yang tidak jelas dan sebanyak satu profil memiliki OMD yang jelas baik pada domain pendidikan dan pekerjaan. 5. Siswa perlu memiliki OMD yang jelas minimal pada salah satu domain sehingga siswa lebih terarah pada tujuannya setelah lulus dari SMF. 6. Siswa XII SMF K X memiliki variasi dalam setiap faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan domain pendidikan dan domain pekerjaan yaitu faktor personality, gender, close interpersonal relationship, dan cultural context.