Adam Aksara MENANTI CINTA Penerbit Nulisbuku.com
PROLOG Butir-butir keringat hangat berjatuhan dari dagu persegi seorang pria. Terdengar suara nafasnya yang memburu cepat. Kedua otot-otot lengannya yang basah, tampak mengeras saat telapak tangannya mencengkeram dan memutar roda besi yang menempel pada samping roda dari kursi rodanya. Memaksa kursi roda yang mengangkutnya melaju cepat di atas jalanan yang terus menanjak. Ia terlihat melewati rumah-rumah yang berjejer di kiri kanan dalam kegelapan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat dan suhu udara di sekitar terasa dingin dan menyengat ke dalam tulang. Kabut putih terlihat memenuhi setiap ruang yang terlihat oleh matanya. Samar-samar terdengar suara gemersik pepohonan yang menjulang di samping jalanan, tertiup angin malam. Pria itu sudah melalui jarak dua kilometer dengan kursi rodanya, masih setengah dari jarak perjalanan yang ingin ditujunya. Kedua tangannya sudah terasa amat sakit, belum pernah sebelumnya ia memaksa kursi rodanya berjalan sejauh ini. Di akhir jalanan menanjak, kursi rodanya berhenti bergerak. Dia beristirahat untuk mengambil nafas, mencoba mengumpulkan kembali kekuatannya. Mulutnya terbuka lebar menarik udara sebanyak mungkin, 2
membiarkan tetes-tetes keringatnya jatuh pada bajunya. Claire, terdengar bisikan lirih dari bibirnya. Nama itu membuatnya gelisah dan khawatir. Dia harus segera ke tempat gadis itu. Kedua tangannya kembali bergerak mendorong roda melindasi jalanan sepi, meski otot-otot lengannya sudah berteriak kesakitan. Untuk gadis itu, untuk sebuah senyuman di wajahnya, ia rela melakukan apa pun juga. Udara dingin yang keras kembali menerpa dirinya membuat wajah dan tubuhnya menggigil kedinginan. Mungkin... ia hanya rela melakukan apa pun selama gadis itu tidak mengetahuinya. Selama gadis itu tidak berbalik membencinya atas apa yang telah diperbuatnya. *** Claire menangis dalam diam. Air matanya terlihat mengalir sepanjang pipinya. Tuhan, aku memohon bimbinganmu. Tunjukkanlah bagiku dan adikku sebuah jalan keluar. Sungguh jalan ini terlalu berat untuk dapat kulalui sendiri. Gadis itu sedang duduk di atas kursi sofa sebuah restoran siap saji tempatnya bekerja. Tangannya menyentuh dahi seorang gadis kecil berumur lima tahun yang terlihat tertidur lelap di atas sofa dengan berbantalkan pada paha kakaknya. Seluruh tempat itu 3
terlihat gelap. Claire takut menghidupkan lampu restoran demi menghemat listrik. Dia sudah memohon dari manajernya untuk dapat menginap semalam di tempat kerjanya ini. Dia tidak akan berani merepotkan lebih dari itu lagi. Wajahnya masih berdenyut hangat terkena tamparan dari ibunya dan lebih dari itu, hatinyalah yang paling sakit. Aku menyesal telah melahirkanmu! teriak ibunya. Dari dulu sudah kukatakan, lebih baik kamu menjadi pelacur sepertiku daripada berkuliah. Kamu sama sekali tidak pernah memberiku uang sepeser pun. Kini aku akan menjual Ayu, itu adalah hakku. Aku yang melahirkannya. Air mata Claire mengalir turun. Ayu adalah adik tirinya yang berlainan ayah. Gadis itu masih berumur lima tahun dan dirinyalah yang mengurusnya sejak bayi. Ada begitu banyak perasaan kasih dan cintanya pada gadis kecil ini. Ibunya adalah seorang mantan pelacur yang sudah lama tidak bekerja lagi. Selalu duduk di sofa tua dalam rumah, menonton televisi sambil menyalakan rokok di bibir dan meneguk minuman keras. Selama ini, dirinyalah yang terus bekerja keras untuk menyediakan makanan di dapur bagi ibunya, ayah 4
tirinya dan adiknya. Akan tetapi, semua itu kelihatannya tidak pernah cukup bagi ibunya. Sungguh, ia tidak dapat membahagiakan ibunya dengan membelikannya minuman keras, jika uang untuk mencukupi makanan mereka saja sudah begitu sulit untuk didapatkan. Air mata Claire mengalir turun. Dia bahkan sudah makan sekali satu hari. Apa yang sudah dilakukannya tidak pernah cukup di mata ibunya, meski dia sudah bekerja mati-matian. Kini ibunya telah mencuri masa depannya dan semua harapan yang dimilikinya. Claire menggigit bibirnya menahan isak tangis yang hendak menerjang keluar. Dia takut adiknya akan terbangun oleh suara tangisnya. Hatinya terasa sungguh pedih dan remuk. Namun, ketidak berdayaannya jauh lebih menyakitkannya lagi. Adakah yang dapat membantunya keluar dari semua masalah ini? Sungguh terlalu berat baginya untuk menjalani hidup seperti ini. Ia dapat hancur sewaktuwaktu. *** Alex mendapati seluruh badannya basah oleh keringat, bibirnya dan tenggorokannya terasa kering. Telapak tangannya terlihat penuh luka lecet dan kulit telapaknya menggelembung berair. Dia berada di depan sebuah restoran yang menjual burger dan 5
minuman. Dadanya terlihat kembang kempis mencoba memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru dengan susah payah. Matanya menatap erat pada sebuah kaca jendela restoran yang gelap. Dia tidak dapat melihat bayangan apa pun melalui kaca itu, tapi dia tahu Claire dan adiknya ada di dalam sana. Alex mengeraskan cengkeraman tangannya pada kursi rodanya dan mencoba menguatkan dirinya. Dia terlihat meluncurkan kursi rodanya ke depan pintu restoran, tangannya terangkat, hendak mengetuk pintu dan bibirnya hendak berteriak memanggil nama Claire. Sesuatu menahan keduanya. Dia mengenal Claire dan gadis itu mengenalnya. Mereka akrab dan sering tertawa bersama dalam beberapa bulan akhir ini. Tadi malam, Claire meninggalkan dirinya di universitas sambil melambaikan tangan dan memberikan senyuman bahagianya sambil berkata, Sampai jumpa besok. Meski hubungan mereka baik, dia tetap tidak bisa muncul di sini begitu saja, saat tengah malam dan mengulurkan bantuan. Sesuatu membuat dia tidak bisa melakukan semua itu. Dia dapat menjentikkan tangannya dan membuat semua masalah Claire hilang dalam sekejap bersama angin. Dia dapat mengurus semua kesusahan Claire dalam sekejap mata. 6
Tapi... Alex duduk di kursi rodanya selama satu jam di bawah udara dingin memikirkan semua yang dapat dilakukannya dan menunggu keberaniannya untuk menerjang semua batasan itu. Ujung-ujung jari tangan dan kakinya mulai terasa sangat dingin. Namun, tetap saja ia takut Claire akan mencurigainya, bertanya banyak hal padanya dan akhirnya membencinya saat menemukan semua kebenaran tentang dirinya. Dia tidak ingin semua itu terjadi. Karena dia terlalu mencintai Claire. Mata Alex basah. Dengan berat hati, ia memutar balik kursi rodanya untuk pulang ke rumahnya. Perjalanan pulang, sejauh empat kilometer dengan kursi roda menembus udara dingin dan gelap malam, membuatnya terus memikirkan Claire, gadis yang dicintainya. Namun, tidak mampu dimilikinya. Semua itu membuat dadanya sesak. Setibanya di rumahnya, setelah melalui perjalanan panjang dan mendapati gelembung air pada telapak tangannya telah pecah menyisakan rasa perih, Alex mendekati telepon yang berada di atas meja ruang kerjanya. Suryo, maaf membangunkanmu, bisik Alex. Aku membutuhkanmu... tentang Claire... lagi. 7
BAB 1 PENCARIAN JEJAK Dimulai dari sebuah pagi yang menjengkelkan, pacarku baru saja meninggalkanku setelah pertengkaran karena masalah sepele. Menurutnya, aku tidak memerhatikan, menyayangi dan mencintainya. Menurutku, hidup tidak hanya untuk mencintai atau bercinta, atau pun keduanya. Manusia juga harus bekerja dan mencari uang untuk penghidupan. Cinta adalah urutan yang ke sekian. Lain cerita jika cinta dapat dimakan. Dia tidak setuju tentang itu dan menangis. Tak lupa dia meninggalkan jejak badai yang mengerikan di dalam rumahku. Beberapa barang pecah karena dilempar olehnya, kursi terbalik, buku-buku berserakan dan hampir semua benda tidak pada posisi mereka. Rumahku persis seperti kapal pecah dihajar oleh badai yang bernama Chrisna. Nasehat bijakku untuk hari ini, jika seorang wanita sedang marah, kaburlah untuk menyelamatkan nyawamu. Semakin lama dia melihatmu, semakin banyak benda yang akan dilemparkannya. 8
Siang itu juga, seorang pemuda pengantar paket kilat khusus tiba di halaman rumahku. Ia mengetuk pintu rumahku. Saat membukakan pintu baginya, ia melirik sejenak ke dalam rumahku yang berantakan dan kemudian menyerahkan sebuah paket dengan wajah curiga. Aku seorang pemarah, kataku sambil menandatangani surat penerimaan paket itu. Saat hatiku tidak senang, aku akan menghancurkan bendabenda atau memukuli orang. Pemuda itu langsung terlihat takut dan kabur dengan cepat. Aku sendiri tersenyum sinis sambil menutup pintu. Aku bukanlah tipe orang yang suka menghancurkan benda dan menemukan dirinya harus mengeluarkan uang untuk membeli benda itu lagi. Atau juga, memukuli orang dan berakhir di kantor polisi. Aku tipe orang yang dipukuli dan kabur bersembunyi. Aku duduk di atas sofa dan memeriksa paket itu. Di dalamnya terdapat sebuah surat dan sebuah cek tunai atas namaku. Surat itu berisi permintaan untuk membuat sebuah buku biografi dari seorang yang bernama Joko Alex Sudono. Nama yang sangat aneh dan aku tidak mengenal nama itu. Mungkin saja seseorang yang sedang ingin mencalonkan dirinya menjadi anggota DPR atau presiden. Mbah Google yang tersohor juga tidak banyak membantuku atau memberikan petunjuk dan 9
informasi apa pun tentangnya. Hal aneh lainnya adalah pengirim surat ini meminta agar dalam pembuatan buku tersebut, nama-nama lokasi, tempat dan perusahaan yang terkait agar dihilangkan. Aku memang seorang penulis lepas yang terkadang menulis untuk surat kabar dan majalah, tapi hingga saat ini, belum pernah rasanya aku membuat penawaran untuk membuat buku biografi seseorang. Meski, beberapa kali aku merasa tertantang untuk menawarkan jasa pembuatan buku biografi orang kaya atau politikus ternama, terutama saat keuanganku memburuk. Pada kenyataannya, hingga kini buku yang pernah kutulis dan kirimkan pada penerbit belum juga pernah diterbitkan. Aku duduk sambil menatap jumlah nominal pada cek yang menurutnya sebagai biaya perjalanan dan akomodasi selama pembuatan buku tersebut. Bagaimana mungkin seseorang dapat memercayaiku untuk membuatkannya sebuah buku biografi dengan biaya yang dapat dikatakan tidak murah hanya berkisar satu tahun biaya penghidupanku dan kami tidak saling kenal? *** Menanti cinta versi ebook dapat dibeli melalui google book, google play atau gramediana.com. Untuk mendapatkan ebook secara gratis, hubungi adamaksara@gmail.com. :) 10