BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada. perbankan sangat identik dengan instrumen bunga.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Dalam ushul fiqh, ada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agen of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. menggembirakan. Perbankan Syariah mampu tumbuh +/- 37% sehingga total

BAB V PENUTUP. 1. Dasar Pertimbangan Bank Muamalat sebelum dikeluarkan Produk

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan. berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya BPR Syariah Bangun Drajat Warga. SAW, dimana Baitulmal didirikan oleh Rasulullah sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dana (liabilities), penyaluran dana (asset) berupa pembiayaan, dan jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab, tanggung jawab diartikan sebagai beban yang bersifat moral. Artinya antara

OPERASIONAL BANK SYARIAH

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Selain karena ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan baik,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

BAB II LANDASAN TEORI. maupun lembaga yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. properti dapat pula dijadikan sebagai pentujuk mulai membaiknya atau. ekonomi secara umum yang sedang berlangsung.

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan tempat masyarakat menyimpan dananya yang semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa bunga. Sehingga dapat dikatakan bahwa eksistensi suatu bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat. Semakin tinggi kepercayaan masyarakat semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank dan menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada keahlian pengelolanya. 1 Hingga tahun 1991 lembaga perbankan yang beroperasional di Indonesia hanyalah lembaga perbankan yang menjalankan istrumen bunga saja atau yang dikenal dengan Bank Konvensional. Sampai saat itu, lembaga perbankan sangat identik dengan instrumen bunga. Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan agamis masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, yang kemudian diikuti dengan semakin pesatnya perkembangan perbankan nasional maka lahirlah suatu tuntutan untuk menghadirkan lembaga perbankan yang menjalankan konsep syariah di Indonesia. Tuntutan ini dilatar belakangi oleh pemahaman yang dimiliki masyarakat yang beragama Islam bahwa instrumen bunga yang 1 Sutan Remy Sjahdeini,1993, Kebebasan berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Pada Bank Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, hlm. 9.

2 selama ini dijalankan oleh Bank konvensional adalah riba dan riba dilarang oleh agama Islam, hingga konsekuensi berhubungan dengan riba adalah dosa yang akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Nya di akhirat kelak. Berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 1992 lahirlah sebuah Bank syariah pertama di Indonesia yang menjalankan prinsip syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Kehadiran Bank Muamalat Indonesia memberi andil bagi perkembangan perbankan syariah selanjutnya. Hadirnya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia tentu tidak terlepas dari lahirnya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian di ubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan di ibaratkan sebagai titik tolak lahirnya bank berdasarkan syariah di Indonesia. Sebab,menurut Pasal 6 huruf (m) juncto Pasal 13 huruf (c) dari Undang- Undang tersebut dengan tegas membuka kemungkinan bagi bank untuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip bagi hasil dengan nasabahnya, baik untuk Bank Umum maupun untuk Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan pembiayaan bagi hasil tersebut kemudian oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 diperluas menjadi kegiatan apa pun dari bank berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, hal ini tercantum dalam Pasal 6 huruf (m) dan Pasal 13 huruf (c). Dengan demikian, Pasal 6 huruf (m) dan Pasal 13 huruf (c) dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan disempurnakan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21

3 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang sekarang ini merupakan dasar hukum utama bagi eksistensi bank berdasarkan syariah. Dengan adanya dasar hukum bagi eksistensi bank berdasarkan prinsip syariah kemudian memberikan peluang besar untuk pendirian kantor-kantor bank syariah baru dan pembukaan kantor bank syariah dengan cara konversi dari bank konvensional atau pembukaan unit usaha syariah (UUS), dimana bank tersebut dapat melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan melakukan kegiatan secara syariah dengan sistem pencatatan yang terpisahkan. Yang juga memberi arti bagi perkembangan bank syariah di Indonesiaa adalah keluarnya Fatwa Bunga Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2003 yang menyebabkan banyak bank kemudian menjalankan prinsip syariah dan yang paling banyak di lakukan adalah membuka unit usaha syariah. Setelah lahirnya Bank Muamalat Indonesia, banyak bank-bank yang berprinsip syariah muncul antara lain Bank Tabungan Negara (Bank BTN) yang kemudian memutuskan untuk mendirikan Unit Usaha Syariah. Hingga saat ini bank BTN telah membuka lima Kantor Cabang Syariah (KCS) di berbagai kota, antara lain yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Makassar. Di Yogyakarta BTN Syariah hadir sebagai pemain baru di antara bank-bank syariah yang lebih dulu ada. Kegiatan usaha utama dari BTN KCS Yogyakarta, sebagaimana bank umum lainnya, adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Dalam hal ini bentuk penyaluran

4 dana di Bank Syariah di sebut dengan istilah pembiayaan. Istilah pembiayaan di gunakan untuk membedakan dengan istilah kredit. Dalam masyarakat umum istilah kredit lebih dikenal daripada istilah pembiayaan, sedangkan bank dengan prinsip syariah menggunakan istilah pembiayaan untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga perbankan yang menyalurkan dana bagi masyarakat disamping tentunya menjalankan fungsi lainnya sebagai penghimpun dana milik masyarakat. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diatur berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam Pasal 1 butir 25 adalah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa igtina). Dalam dunia perbankan baik itu bank dalam sistem konvensional maupun bank dengan menggunakan prinsip syariah tentu tidak dapat mengesampingkan peran notaris. Jasa notaris tidak hanya diperlukan dalam eksistensi bank sebagai Badan Hukum misalnya dalam hal pembuatan Akta pendirian perseroan atau Anggaran Dasar, membuat Beriata Acara RUPS, jual beli saham, pelaksanaan merger, konsolidasi, akuisisi bank tetapi juga hampir meliputi seluruh aspek kegiatan usaha bank dan nasabah misalnya bagi bank konvensional jasa notaris diperlukan dalam hal pembuatan perjanjian kredit

5 bank dan surat pengakuan hutang, sedangkan untuk bank yang menggunakan prinsip syariah jasa notaris digunakan antara lain dalam pembuatan akta akad pembiayaan. Hal-hal yang dituangkan dalam suatu akta akad pembiayaan harus jelas dan sedapat mungkin rumusannya tidak menimbulkan penafsiran dengan demikian dalam pembuatan draft akta akad pembiayaan haruslah berisikan kata-kata, kalimat atau pasal-pasal yang mudah dimengerti oleh kedua belah pihak. Seperti yang telah kita ketahui bahwa akad pembiayaan pada sistem perbankan berprinsip syariah ada yang dibuat secara di bawah tangan namun ada juga bank yang membuat akad pembiayaan secara notariil agar berfungsi sebagai alat bukti yang sempurna. Pada dasarnya tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengharuskan akta akad pembiayaan dibuat dengan akta dibawah tangan atau pun dengan akta otentik (notariil) namun ada pula manajemen bank yang telah mengambil sikap dan menentukan bahwa untuk pembiayaan-pembiayaan tertentu, biasanya untuk jumlah yang besar dan jangka waktu yang lama, diharuskan untuk dibuat dengan akta notariil,. Oleh karena itu dalam membuat akta akad pembiayaan agar sebelumnya dipastikan terlebih dahulu bentuk mana yang akan dipergunakan sesuai dengan sikap manajemen bank yang telah ditetapkan. Salah satu layanan pembiayaan yang dilakukan oleh BTN KCS Yogyakarta adalah pembiayaan kendaraan bermotor. Produk pembiayaan dalam rangka pembelian kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) bagi

6 nasabah perorangan tersebut menggunakan prinsip akad Murabahah (Jual Beli). Berdasarkan hasil pra penelitian pembiayaan kendaraan bermotor dengan prinsip akad Murabahah (Jual Beli) tersebut dilakukan secara notariil. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul Tesis tentang Peranan Notaris dalam Pembuatan Akta Akad Pembiayaan Kendaraan Bermotor pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah di Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peranan Notaris dalam pembuatan akta akad pembiayaan kendaraan bermotor pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah di Yogyakarta? 2. Apakah manfaat yang diperoleh Bank dengan dibuatnya akta akad pembiayaan kendaraan bermotor secara notariil? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam pembuatan akta akad pembiayaan kendaraan bermotor pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah di Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh bank dengan dibuatnya akta akad pembiayaan kendaraan bermotor secara notariil.

7 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis antara lain yang terdapat dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, khususnya yang ada di Magister Kenotariatan, terdapat penelitian tentang Perbankan syariah di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah, di Yogyakarta yang dilakukan oleh Wardah Yuspin, Mahasiswa Magister Kenotariatan,dengan judul PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR DI BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG SYARIAH YOGYAKARTA, yang menjadi permasalahan dalam penelitian tersebut adalah pelaksanaan akad murabahah multiguna di BTN KCS Yogyakarta dan kesesuaian prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan akad murabahah multiguna di BTN KCS Yogyakarta. Penulis juga menemukan penelitian tentang peran Notaris dalam dunia perbankan yang dilakukan oleh FAJAR RUDIYANTI, mahasiswa Magister Kenotariatan dengan mengambil judul PERAN NOTARIS DALAM PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN, dalam penelitian tersebut yang menjadi permasalahan adalah tentang Peranan Notaris dalam Pemberian Kredit Perbankan dan Faktor-faktor yang menjadi dasar bagi kreditur (bank) dalam membuat perjanjian kredit baik yang dilakukan dengan akta di bawah tangan maupun akta notariil. Selanjutnya penulis juga menemukan penelitian tentang Perbankan syariah di BPR Syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta yang dilakukan

8 oleh AGUNG HARIS SETIAWAN, Mahasiswa Magister Kenotariatan,dengan judul PERANAN NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BPR SYARIAH BANGUN DRAJAT WARGA YOGYAKARTA, yang menjadi permasalahan dalam penelitian tersebut adalah Peranan notaris selaku pejabat pembuat akta perjanjian pembiayaan atau perjanjian kredit dan Peranan notaris terhadap pembuatan akta perjanjian pembiayaan musyarakah di BPR Syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta. Berdasarkan uraian hasil penelusuran kepustakaan tersebut diatas jelas bahwa penelitian penulis membahas hal yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Walaupun ada penelitian yang mempunyai kesamaan lokasi penelitian dan ada penelitian yang melakukan kajian tentang peranan notaris dalam dunia perbankan konvensional dan perbankan syariah akan tetapi permasalahan dan kajiannya berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis. Namun demikian ketiga penelitian yang terdahulu akan dijadikan sebagai bahan acuan bagi penulis sepanjang relevan dan sependapat dengan penelitian, sehingga penelitian yang terdahulu dengan penelitian ini akan saling melengkapi.

9 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi perkembangan ilmu hukum untuk menambah dan melengkapi khasanah ilmu hukum pada umumnya dan bidang hukum perbankan Islam pada khususnya 2. Bagi ilmu kenotariatan khususnya Notaris diharapkan dapat menjadi masukkan dalam praktek perbankan syariah agar dalam pembuatan akad pembiayaan dapat merumuskan dengan baik agar tercermin prinsip syariah dalam akad pembiayaan tersebut.