I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2. 1 TAHUN 2002

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PERATURAN DESA PULUTAN

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus dan mengurus rumah tangganya sendiri, kepentingan masyarakat setempat menuntut prakarsa sendiri, kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Hal ini sesuai dengan tugas pokok pemerintah adalah pelayanan yang membuahkan keadilan, pemberdayaan yang membuahkan kemandirian, pembangunan menciptakan kemakmuran.

2 Seiring dengan otonomi daerah maka pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam pengembangan daerah tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan, potensi daerah secara optimal. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahana Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Pasal 18A ayat (1) UUD 1945, diketahui bahwa hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, kota, atau antara propinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Pasal 18A ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Selanjutnya menurut Pasal 18B ayat (1) menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fenomena yang melatar belakangi penelitian ini adalah fakta bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD 1945, mengamanatkan pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri

3 urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Selain itu pemerintahan daerah juga bertujuan untuk peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Salah satu kewenangan pemerintah daerah di era otonomi daerah adalah melaksanakan pemeliharaan dan kelestarian lingkungan dari kerusakan yang dapat mengancam kehidupan manusia. Upaya tersebut penting untuk dilakukan sebab kehidupan manusia sangat bergantung dan tidak dapat dilepaskan dari alam. Perubahan alam dapat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada lingkungannya. Alam yang secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya tidak digunakan sesuai kemampuan serta tidak melihat situasinya. Lingkungan dibentuk oleh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, perubahanperubahannya dapat mempengaruhi hidup dan kehidupan baik secara langsung atau tidak langsung. Perubahan lingkungan terjadi karena tidak seimbangnya lagi susunan organik atau kehidupan yang ada, akibatnyapun belum dapat dirasakan secara langsung bagi kehidupan manusia atau kehidupan lainnya namun baru

4 terasa setelah regenerasi. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya, agar dapat menjadi sumber penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia, serta mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Menjaga kelestarian alam tidak hanya terbatas pada menjaga supaya air, tanah dan udara tidak kotor, tetapi lebih luas dari itu, karena terdapat prinsip keadilan untuk alam dan masyarakat, tidak hanya untuk waktu sekarang tetapi juga antar waktu, seyogyanya kita tidak mewariskan keadaan yang lebih buruk bagi generasi mendatang. Manusia perlu mewariskan lingkungan yang bersih, damai, sumberdaya alam yang berkelanjutan serta mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Lingkungan disebut bersih apabila pengotoran (polusi) baik ke darat, laut dan udara tidak melebihi ambang batas yang ditentukan para ahli atau peraturan lingkungan. Lingkungan yang damai adalah apabila setiap usaha yang dilakukan tidak merugikan orang lain. Setiap kegiatan dalam penanganannya harus sudah memasukkan biaya lingkungan baik secara fisik maupun sosial. Peran manusia dalam pelestarian alam dapat ditempuh melalui berbagai pendekatan seperti politis, organisasi, administrasi, profesi, dan ilmiah. Dalam pendekatan politis yang berperan adalah penentu kebijakan atau pemerintah, antara lain melelui wahana seperti undang-undang dan peraturan. Pendekatan organisasi merupakan pengaturan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta dan lembaga-lembaga nirlaba atau swadaya masyarakat yang bergulat dalam bidang lingkungan hidup, yang tidak kalah penting adalah menggalang peran serta aktif

5 dari masyarakat luas. Mengenai administrasi dipandang perlu adanya gagasan dan sikap baru, agar pengelolaan lingkungan dapat dilakukan lebih berdaya dan berhasil guna, perlu diciptakan teknik baru untuk mengukur biaya dan manfaat sosial dari prospek-prospek kepentingan umum. Pendekatan profesional perlu lebih banyak diterapkan dan dikembangkan praktekpraktek rekayasa yang sudah teruji seperti irigasi intensif, pencegahan erosi tanah, penanggulangan hama dengan tanaman ganda atau campuran. Pendekatan ilmiah dalam bentuk studi dan penelitian yang meluas sekaligus mendalam tentang lingkungan hidup, baik lingkungan alam maupun lingkungan binaan manusia. Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dirumuskan enam sasaran pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: 1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; 2) Terwudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membna lingkungan hidup; 3) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; 4) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup; 5) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; 6) Terlindungnya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Pelestarian alam bermakna sebagai suatu upaya terpadu untuk melestarikan fungsi alam sebagai lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan sampah berkaitan dengan upaya pelestarian alam yaitu sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Kesejahteraan dan mutu hidup

6 merupakan kriteria penting pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia telah cukup baik dirumuskan, karena mengintegrasikan tidak saja kepentingan sempit konservasi lingkungan alam, tetapi secara sadar mengkaitkannya dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan secara menyeluruh. Aspek ini penting disadari, mengingat kondisi persampahan di Kabupaten Lampung Utara yang perlu dikelola dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik sehingga membawa manfaat bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dituntut untuk dapat mengelola sampah dengan baik, melalui satuan kerja perangkat daerah yang secara khusus menangani masalah ini yaitu Dinas Tata Kota melalui Bidang Kebersihan. Tugas pokok Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Lampung Utara Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara, yaitu mempunyai tugas pokok memimipin pelaksanaan kegiatan, perumusan kebijakan teknis, di bidang penataan kota, kebersihan, pertamanan dan penerangan jalan umum. Fungsi Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara adalah sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang tata kota 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata kota 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata kota; dan 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

7 Permasalahan yang dihadapi Bagian Kebersihan Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara dalam manajemen persampahan adalah tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kotabumi yang mencapai 399 M 3 setiap harinya, yang tidak sebanding dengan sumber daya manusia Bagian Kebersihan Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara yang hanya berjumlah 183 personil. Ketersediaan sarana sarana berupa kendaraan pengangkut sampah juga masih kurang, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Kendaraan Pengangkut Sampah pada Bagian Kebersihan Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara No Jenis Kendaraan Jumlah (Unit) 1 Dump Truck 5 2 Arm Roll 4 Jumlah 9 Sumber: Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014 Terkait dengan banyaknya volume sampah yang dihasilkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, maka Dinas Tata Kota Kabupaten Lampung Utara telah menyediakan sebanyak 1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu TPA Alam Kari Talang Bojong dan 16 Tempat Pembuangan Sampah (TPS ) yang tersebar di Kabupaten Lampung Utara. TPA dan TPS yang dimiliki tersebut relatif masih kurang dibandingkan dengan volume sampah yang besar. Sesuai dengan data di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi dalam hal manajemen pengelolaan sampah di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, yaitu besarnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Utara yang tidak sebanding dengan banyaknya truk kendaraan pengangkut sampah yang tersedia, sehingga terjadi penumpukan sampah di TPS masing-

8 masing kecamatan di Kabupaten Lampung Utara. Permasalahan yang dihadapi petugas kebersihan di TPA Alam Kari Talang Bojong adalah tercampurnya sampah organik dan sampah non organik sehingga petugas mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk memisahkan sampah tersebut sebelum diproses lebih lanjut. Masalah lainnya penumpukan sampah yang tinggi mencapai lebih dari 3 meter sehingga petugas mengalami kesulitan dalam pengolahan sampah di TPA Alam Kari Talang Bojong. Permasalahan dalam pengelolaan sampah masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan bersih, yaitu membuang sampah secara sembarangan, seperti di selokan sepanjang trotoar sehingga terjadi penumpukan sampah dan berbau busuk. Menurut pemberitaan http://kotabumi-lampura.blogspot.com, diketahui bahwa meskipun di Lampung Utara sudah banyak pihak yang telah menggalakkan program 3R ( Reuse, Recycle, dan Reduce) dengan tujuan untuk mengurangi keberadaan sampah, tetapi hal tersebut belum membuat permasalahan sampah menjadi selesai. Hal itu dikemukakan oleh anggota Komisi D DPRD Lampura, Rifky Jauhari, bahwa untuk memecahkan masalah sampah ini perlu kesadaran dan kepedulian dari semua pihak, bukan hanya dari pemerintah saja tetapi dari masyarakatnya itu sendiri yang telah berperan sebagai produsen terbesar. "Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil dan mulailah dari sekarang. Mengenai sampah baik di tempat umum, lingkungan kota maupun desa hendaknya warga dapat berperan akif dalam menciptakan kebersihan dan mulai hidup pola sehat," ujar Rifky ( http://kotabumi-lampura.blogspot.com /2013/08/ anggota-dprd-lampura-soroti-masalah.html. Diakses Rabu, 1 April 2014).

9 Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Widi Hartanto (2006) dalam Tesisny a yang berjudul Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gombong Kabupaten Kebumen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan sampah belum sepenuhnya berjalan efektif. Hasil kinerja dipengaruhi oleh aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, hukum dan peran serta masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah antara lain jumlah personil dan sarana prasarana masih sangat terbatas, operasional pengangkutan yang belum optimal, masih kurang jelasnya pembagian tugas terutama pada sistem pengumpulan dan pengangkutan, pendapatan dari retribusi rendah sehingga perlu subsidi untuk operasional, biaya operasional sangat terbatas, masyarakat belum sepenuhnya mendukung pengelolaan sampah dan masih kurangnya penindakan terhadap pelanggaran peraturan tentang persampahan. Rekomendasi penelitian ini yaitu pemerintah perlu menambah jangkauan pelayanan sampah, personil, peralatan serta memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada masyarakat. Penelitian lain dilakukan oleh Hotmawati Lidya Pakpahan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul: Manajemen Pengelolaan Sampah dalam Rangka Pengembangan Kota Medan Berwawasan Lingkungan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan sampah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dan pelaporan di Dinas Kebersihan Kota Medan telah dilaksanakan walaupun belum sesuai seperti yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah selama kurun waktu 5 tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan

10 lingkungan meningkat yang terlihat dari peningkatan ketertiban masyarakat dalam membayar retribusi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anggaran pengelolaan sampah, jumlah penduduk, dan tenaga kerja kebersihan secara serempak dan parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah di Kota. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis akan melaksanakan penelitian dan menuangkannya ke dalam Tesis yang berjudul: Analisis Manajemen Persampahan di Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara (Studi pada Dinas Tata Kota Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah manajemen persampahan di Kota Bumi oleh Dinas Tata Kota Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen persampahan di Kota Bumi oleh Dinas Tata Kota Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan bidang Manajemen Ilmu Pemerintahan, khususnya kajian mengenai manajemen pengelolaan sampah di Kabupaten Lampung Utara

11 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna Bidang Kebersihan Dinas Tata Kota dalam mengoptimalkan manajemen persampahan dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai manajemen pengelolaan sampah di masa-masa yang akan datang.