Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara ), hlm. 35. Multidimensional, hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai individu yang bermasyarakat dan berguna. Lebih jauh lagi. Pendidikan Nasional pasal 1 yang berbunyi :

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

PERANAN NILAI SPORTIFITAS PENDIDIKAN JASMANI DALAM MENGAHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3. 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam kesehariannya. Saat ini memang karakter masyarakat Indonesia berada pada tingkat kemerosotan yang signifikan, hal ini dapat terlihat dari maraknya kasus-kasus yang beredar di masyarakat di mulai dari berita koran sampai televisi yang memperlihatkan bagaimana rusaknya karakter seseorang. Beredarnya perilaku brutal, tindakan, kekerasan, bahkan kerap terjadi tawuran pelajar, kasus tersebut menunjukkan adanya indikator kemerosotan moral dan karakter seseorang. Untuk upaya pencegahan hal-hal yang negatif oleh karenanya pendidikan karakter sangat penting. Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karakter itu akan membentuk motivasi, yang dibentuk dengan metode dan proses bermartabat. Karakter bukan sekedar penampilan lahiriyah, melainkan mengungkapkan secara implisit hal-hal yang tersembunyi. 1 Pendidikan karakter sesungguhnya sudah tercermin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm. 27 1

Nasional, yang berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat besarnya arti pembentukan nilainilai yang mendasari kehidupan seseorang dalam mengarahkan perilakunya, maka perlu didasari tanggung jawab keluarga dan sekolah dalam pendidikan nilai. 2 Sedangkan pendidikan yang dilakukan di sekolah saat ini memang sudah mengarah ke perbaikan karakter. Akan tetapi masih minim untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan di luar KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan seharihari. Maka sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kemendiknas mengembangkan grand design 2 Ahmad Ayub, Internalisasi nilai-nilai Akhlaq Melalui Mata Pelajaran Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Siswa Kelas Va di MIT Nurul Islam Ngaliyan Semarang, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2014), hlm. 1 2

pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. 3 Pendidikan karakter pada tingkat institusi, mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. 4 Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri yang meliputi isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana dan pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dalam membangun siswa yang cerdas, disiplin, dan berkarakter haruslah dimulai dari pendidikannya terlebih dahulu yang berkualitas dan para pengajarnya yang profesional dalam mengajar. Pentingnya kedisiplinan yang harus diterapkan pada setiap institusi pendidikan dan individu agar nantinya setiap siswa memiliki rasa tanggung jawab sebagai pelajar. 3 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi membangun karakter bangsa berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 62 4 Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi, hlm. 43 3

Kedisiplinan yang semestinya ditaati oleh siswa yaitu disiplin dalam berpakaian, datang tepat waktu, mengerjakan tugas dan keikutsertaan dalam pengembangan diri atau ekstra kurikuler yang telah dicanangkan oleh sekolah itu sendiri. Akan tetapi sebagian siswa memang ada yang tidak mentaati hal tersebut yang dinilai harus mendapat perhatian khusus untuk menangani siswa tersebut. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting. Maka tak heran manakala banyak persoalan yang timbul karena seseorang tidak berdisiplin pada diri sendiri serta ketidaktahuan akan disiplin itu sendiri. Kedisiplinan sangatlah penting bagi para pelajar. Disiplin bukan hanya untuk menjalankan segala aturan sesuai dengan waktunya melainkan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Sebagai contoh dalam disiplin waktu, seorang pelajar yang menjalankan aktivitas dengan disiplin dia cenderung akan menghargai waktu dan mengerjakan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. Disiplin dalam belajar, para pelajar akan membagi jadwal belajar, sehingga dalam menjalankan aktivitas belajar para pelajar bisa membagi mana yang diprioritaskan terlebih dahulu. Untuk itu, para pelajar dituntut untuk menjadikan kedisiplinan sebagai budaya dalam meraih keberhasilan. Dengan demikian, sudah sepatutnya pendidikan karakter mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat dan pemerintah. Sekolah-sekolah harus lebih intens dalam melaksanakan program pendidikan karakter sebagai program utamanya. Pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran tidak hanya pada mata 4

pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan saja, akan tetapi hampir terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran tak terkecuali pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah memiliki potensi yang sangat strategis dalam mengembangkan karakter yang baik. Berbagai aktifitas jasmani dan olahraga tidak diragukan lagi penuh dengan adegan interaksi sosial yang berdampak pada meningkatnya karakter bagi siswa. Dalam kenyataannya, olahraga merupakan sebuah kehidupan yang dikemas sedemikian rupa karena dalam kesempatan berolahraga seseorang belajar tentang nilai inti kebudayaannya. Nilai-nilai perjuangan, ketekunan, sportifitas, kejujuran, dan menghargai arti kemenangan dan kekalahan, terlihat jelas dalam praktik olahraga pada setiap kesempatan. Nilai inilah yang kemudian diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata di luar olahraga. Dengan alasan itulah, olahraga diyakini oleh banyak kalangan merupakan wahana untuk membina watak seseorang. 5 Dari penjelasan tersebut jelas bahwa olahraga diyakini dapat membangun dan membina karakter seseorang. Olahraga sendiri banyak sekali macam dan modelnya, seperti sepak bola, volly, renang, catur, dan lain-lain, bahkan olahraga pencak silat juga termasuk dalam program pendidikan yang dapat membentuk karakter seseorang. Olahraga pencak silat sebagai bagian dari program pendidikan jasmani dan olahraga merupakan wahana yang dapat 5 Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, (Bandung, Rosdakarya, 2013), hlm. vi 5

mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter karena bersumber pada budaya asli dari Indonesia. Sejak kecil anak harus sudah dididik perilaku dan sikapnya agar anak tersebut bisa mengerti akan pentingnya akhlak yang baik. salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan karakter adalah dengan menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler. Pencak silat memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam menangani masalah akhlak karena salah satu tujuan pencak silat adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti yang luhur. Pencak silat memiliki peranan cukup penting dalam meningkatkan sikap mental dan kualitas diri generasi muda yang berkesinambungan, sehingga pencak silat menjadi suatu peluang bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk ikut membantu meningkatkan kualitas peserta didik melalui pelatihan sikap mental dan kedisiplinan sehingga akan mencetak generasi muda yang berjiwa kesatria. Pencak silat di Indonesia memiliki beberapa nilai positif yaitu, meningkatkan kesehatan dan kebugaran, meningkatkan rasa percaya diri, melatih ketahanan mental, mengembangkan ketahanan mental, mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi, membina sportivitas dan jiwa ksatria, disiplin dan keuletan yang lebih tinggi. 6 Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 84: 6 Endang Kumaidah, Penguatan Eksistensi Bangsa Melalui Seni Beladiri Tradisional Pencak Silat, (Vol.IX, No. 16, Desember/2012), hlm. 6. 6

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-nya. (QS. Al-Isra :84) 7 Maksud dari ayat diatas adalah perintah untuk menekuni bidang tertentu hingga menghasilkan karya atau keahlian tertentu sesuai potensi yang dimiliki. Masing-masing orang dengan keahliannya, diharap dapat saling bekerjasama dan bahu-membahu menghasilkan buah karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Islam juga mengajarkan bahwa penting dilakukannya pendidikan sejak dini agar nantinya anak bisa membedakan mana yang hak mana yang salah, pendidikan tersebut dapat ditempuh pula dengan kegiatan lain, tidak hanya kegiatan formal di sekolah maupun madrasah akan tetapi kegiatan non formal juga dapat dilakukan. Dalam keadaan yang masih bersih, anak-anak akan lebih mudah untuk penanaman nilai-nilai keislaman, nilai- nilai karakter yang baik, kegiatan non formal tersebut misalnya kegiatan pencak silat yang dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah, dimana anak ikut dalam kegiatan dan tanpa sadar pendidikan pencak silat yang diikuti bisa membantu mendidik karakter siswa. Melihat realita yang terjadi diatas perlu adanya pencegahan sejak dini terhadap siswa untuk mengantisipasi hal-hal negatif yang bisa dilakukan anak melalui pendidikan pencak silat. Pencak silat 7 Kementerian Agama RI, Al-Qur an dan tafsirnya, (Jakarta: lentera abadi 2010), jilid VIII. 7

telah terbukti menjadi alat perjuangan dalam rangka mempertahankan eksistensi bangsa dari penjajahan asing. Pada masa kini pencak silat terus dilestarikan dan dikembangkan sebagai sarana untuk pendidikan karena diyakini mengandung nilai-nilai pendidikan yang luhur sebagaimana yang tercantum dalam falsafah pencak silat yaitu falsafah budi pekerti luhur. 8 Mengingat pentingnya pendidikan karakter demikian pula pencak silat yang terbukti mampu membentuk karakter seseorang, maka perlu kiranya perpaduan antara pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan ekstrakurikuler pencak silat, agar nantinya selain karakter yang terbentuk juga siswa akan memperoleh ilmu bela diri guna melindungi dirinya sendiri khususnya. Ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan pencak silat baik itu sebagai ekstra kurikuler maupun menjadikannya mata pelajaran muatan lokal. Salah satunya adalah MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati, yang sudah menerapkan pencak silat sebagai ekstra kurikuler untuk mendapatkan siswa-siswa yang memiliki karakter-karakter yang baik, Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk meneliti tentang karakter siswa tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Intensitas Mengikuti Pencak Silat (PSHT) Terhadap Karakter Kedisiplinan Siswa MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati 8 Mulyana, Pendidikan Pencak Silat, hlm. vii 8

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana intensitas siswa dalam mengikuti ekstra kurikuler Pencak Silat (PSHT) di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati Tahun 2016? 2. Bagaimana karakter kedisiplinan siswa di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati? 3. Adakah Pengaruh Intensitas mengikuti Pencak Silat (PSHT) terhadap karakter kedisiplinan siswa di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, terdapat juga 3 tujuan penelitian yang ingin diketahui, yaitu: 1. Mengetahui intensitas siswa dalam mengikuti pencak silat (PSHT) yang menjadi ekstra kurikuler di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati 2016. 2. Mengetahui karakter kedisiplinan siswa di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati. 3. Mengetahui pengaruh intensitas mengikuti ekstra kurikuler pencak silat terhadap karakter kedisiplinan di MI Hidayatussubban Tanjungsekar Pucakwangi Pati 2016. 9

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran pencak silat baik siswa maupun sekolah. 1. Bagi Siswa a) Penelitian diharapkan agar siswa dapat mempelajari pencak silat dengan baik, sehingga tanpa disadari karakter siswa akan terbentuk secara baik. b) Sebagai sumbangan dan masukan guna meningkatkan karakter siswa. c) Sebagai peningkatan kedisiplinan siswa dan kemampuan siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. d) Memberikan bekal kepada siswa agar bisa menjaga diri dari kontak fisik yang tidak diinginkan. 2. Bagi Sekolah a) Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan pendidikan karakter siswa melalui pendidikan pencak silat. b) Semakin banyak dan bersemaraknya kepustakaan dan sumber informasi tertulis tentang pencak silat di instansi. c) Sebagai program tambahan sekolah untuk mendidik dan mengembangkan potensi siswa d) Sebagai sarana pengembangan kualitas diri yang dimiliki sekolah. 10

3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan untuk penelitian sebagai calon guru pada Madrasah Ibtidaiyah. 11