BAB I PENDAHULUAN. melihat demokratis tidaknya suatu negara. Walau pada saat yang lain, pemilu

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

BAB VII P E N U T U P. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: pertama, apakah struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

MANDI RAJA PURWO NEGORO

PURWO NEGORO MANDI RAJA

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

REKAP PEROLEHAN SUARA SEMENTARA PEMILU 2009 DPD SE KABUPATEN GARUT Update : Hari Minggu 12 April 2009, Pukul WIB

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB V HASIL PEMILU A. PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

GRAFIK REKAPITULASI JUMLAH PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK DALAM PEMILU ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

BAB II PEMILU DI INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

Warna-Warni Pemilu 64 Lensa Pemilu 2009

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

-1- KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOMOR: 20/Kpts/KPU-Prov-010/2012

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

P U T U S A N. Perkara Nomor : 031/PHPU.C1-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BERITA ACARA NOMOR :. TENTANG

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

KOMISI PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout

BAB I PENDAHULUAN. Baru, telah membuka peluang pelaksanaan Pemilihan umum (Pemilu) yang jujur dan

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter utama yang secara mondial diakui masyarakat internasional untuk melihat demokratis tidaknya suatu negara. Walau pada saat yang lain, pemilu seringkali dilakukan hanya untuk melegitimasi tindakan nyata rejim yang otokratik. Karena dalam kenyataannya, masyarakat internasional kini hampir menyepakati bahwa tidak ada satupun negara yang dikategorikan sebagai negara demokratis apabila tidak menyelenggarakan pemilu, terlepas dari bagaimana kualitas pelaksanaannya 1. Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang terbuka dan bersifat massal, sehingga diharapkan dapat berfungsi dalam proses pendewasaan dan pencerdasan pemahaman politik masyarakat. Melalui pemilu akan terwujud suatu infrastruktur dan mekanisme demokrasi serta membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Masyarakat diharapkan pula dapat memahami bahwa fungsi pemilu itu adalah sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintah, dan pergantian pemerintahan secara teratur 2. 1 Chebabi dan Linz sebagaimana dikutip oleh Sofian Munawar Asgart. Perilaku Pemilih di Kota Yogyakarta: Fenomena Pemilu 2004 dan 2009. www.kompasiana.com/sagart. Diakses 26 Februari 2015 (10:46). 2 Haris, S. Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1988. hal 152. 1

Idealnya, pemilu merupakan proses sekaligus sarana demokratis untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Pemilu merupakan proses sirkulasi elit yang bersifat inklusif dimana semua warga negara secara terbuka memiliki kesempatan untuk memilih dan dipilih. Melalui prosesi pemilu, rakyat memiliki kesempatan untuk menentukan beragam harapan, keinginan dan berbagai kepentingannya melalui pilihan-pilihan politiknya yang disalurkan dalam pemilu. Dalam tataran idealitasnormatif, bahkan melalui mekanisme pemilu inilah rakyat menentukan pilihan haluan kehidupan bernegara secara paripurna. Karena itulah dalam konteks pemilu, rakyat sebagai pemilih memiliki urgensi tersendiri. Karena itu pula, dalam konteks pemilu, perilaku pemilih menjadi salah satu elemen penting untuk dikaji. Kajian atas perilaku pemilih bukan saja dimanfaatkan untuk mendulang suara, namun terutama untuk melihat dan memahami konstelasi harapan dan kepentingan rakyat dalam konteks politik demokratik 3. Sejarah pemilu di Indonesia mengalami fenomena dan perubahan secara kontinu dan berkesinambungan dalam gelombang demokratisasi, dimulai dari era orde lama, era orde baru dan era reformasi. Siklus pemilu di Indonesia mencerminkan pelaksanaan demokrasi secara silih berganti tergantung keadaan perpolitikan saat itu. Era Orde Lama, pemilu di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955, jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 28 partai politik. Era Orde Baru, pada pemilu 1971 jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 10 partai politik, yaitu Golkar, Nahdatul Ulama (NU), Parmusi, Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSSI), Partai Kristen Indonesia 3 Chebabi dan Linz, Op.cit. 2

(Parkindo), Partai Katolik, Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Murba. Pada pemilu (1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997) jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 3 partai politik (Golkar, PPP, dan PDI) 4. Era Reformasi, dimulai pada pemilu 1999 jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 48 partai politik. Kemudian pada pemilu 2004 jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 24 partai politik. Pada pemilu 2009 dengan jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 44 partai politik, termasuk 6 partai lokal di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam 5. Dan terakhir pemilu 2014 dengan jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 12 partai politik yaitu Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan 3 Partai lokal Aceh yaitu Partai Damai Aceh, Partai Nasional Aceh, Partai Aceh. Dari sejarah pemilu di atas memberikan gambaran perubahan peta kekuatan partai politik di Indonesia, silih berganti tampuk kekuasaan memberikan kontribusi bagi perubahan perilaku pemilih warga negara terutama masyarakat adat yang ada di seluruh pelosok Nusantara. Masyarakat adat merupakan salah satu potensi suara dalam mendukung keberhasilan partai politik untuk memenangkan pesta demokrasi dalam setiap pelaksanaannya. Berbagai perilaku 4 Rahman, A. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007. hal 154-157. 5 Tarigan. Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum. repository. usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 21330/4/Chapter%20I.pdf, 2010. Diakses 26 Februari 2015 (11:32). 3

pemilih masyarakat adat memberikan corak keberagaman proses demokrasi yang ada di Indonesia. Perubahan era reformasi menciptakan peluang bagi masyarakat adat untuk tampil dalam politik. Keterlibatan masyarakat adat dalam politik di berbagai daerah di Indonesia selalu melibatkan ikatan primordial yang terkait dengan hubungan darah, suku, etnis, agama, asal daerah dan adat istiadat 6. Di Bukittinggi, keterlibatan masyarakat adat Kurai dalam politik terutama dalam pemilihan umum pasca reformasi selalu menjadi tumpuan bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan suara. Kurai merupakan sebuah nagari di Bukittinggi yang keseluruhan masyarakatnya mempunyai hukum adat yang sama. Adanya sebutan kepada seseorang bahwa mereka orang Kurai karena mereka merupakan penduduk asli Kota Bukittinggi. Nagari Kurai terdiri atas lima jorong, yaitu Jorong Tigo Baleh, Jorong Koto Selayan, Jorong Mandiangin, Jorong Guguak Panjang, dan Jorong Aua Birugo. Dahulunya kelima Jorong tersebut diperintah oleh dua orang penghulu kepala, yaitu seorang penghulu kepala untuk memerintah nagari Tigo Baleh, Aua Birugo, dan Koto Selayan, dan seorang penghulu kepala lagi untuk memerintah Mandiangin dan Guguak Panjang. Setelah dilakukan perubahan oleh para pemimpin Kurai, maka tiap-tiap Jorong diperintah oleh seorang penghulu kepala dengan arti kata bahwa tiap-tiap Jorong dikepalai oleh seorang penghulu pucuk. Secara garis keturunan dan ranji adat serta asal-usul nenek moyang, sebenarnya orang Kurai mempunyai pucuk pimpinan yang sama, namun setelah berpisah dan bercerai-berai mendiami perkampungan atau jorong yang baru maka 6 Agusmawanda. Perilaku Pemilih Masyarakat Adat Ternate dalam Pemilihan Legislatif kota Ternate Tahun 2009. Tesis. Program Pasca Sarjana FISIP UI. Jakarta. 2011. hal 1. 4

diangkatlah seorang pemimpin suku yang baru. Penghulu atau pemimpin bagi mereka tidak ditunjuk dan ditugaskan begitu saja, tetapi diresmikan dengan sebuah upacara adat yang sakral 7. Ciri sosial budaya masyarakat Kota Bukittinggi terlihat dari tatanan kehidupan masyarakat yang disebut Kurai Limo Jorong. Karakteristik tatanan kehidupan masyarakat Kurai Limo Jorong tersebut dapat digambarkan dengan adanya 8 : 1. Nilai-nilai adat istiadat yang terintegrasi dengan nilai agama yang disebut dengan Sarak Mangato Adaik Mamakai. 2. Pola kepemimpinan informal yang disebut dengan Tali Tigo Sapilin dan Tungku Tigo Sajarangan yaitu niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai. 3. Adanya sistem pemerintahan adat (struktur keruangan dan kelembagaan nagari yang masih hidup) yang secara hirarkis terlihat dari adanya Penghulu Pucuak yang dikenal dengan Panghulu Pucuak Nan Duo Puluh Anam, Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari serta Ninik Mamak Saratuih. 4. Alim ulama sebagai unsur pimpinan masyarakat yang mempunyai peranan dalam mengendalikan dan meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilainilai agama. Lembaga keagamaan yang utama di Kota Bukittinggi yaitu terdapat 8 sidang mesjid sebagai bentuk pilar lembaga keagamaan dalam hal ini Agama Islam. 7 Khaidir, A. Pemerintahan dan Hukum dalam Kehidupan Etnisitas di Bukittinggi. Makalah. Kerjasama antara Pusat Kajian Etnisitas dan Konflik/CETCOS dengan Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya Republik Indonesia. 2008. hal 8. 8 Pokja Sanitasi Kota Bukittinggi. Gambaran Umum Kota Bukittinggi. ISSDP Program Pengembangan Sanitasi. 2007. hal 6. 5

5. Sistem matriakat yang menempatkan keberadaan Bundo Kanduang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sebagai tumpuan sistem keturunan dan pewarisan. 6. Semangat dan jiwa kewirausahaan yang telah tumbuh dan berkembang sampai saat ini. 7. Nilai dan semangat kebersamaan serta kegotongroyongan yang diliputi oleh suasana keakraban yang tinggi dan pembauran antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang. Tatanan kehidupan di Kota Bukittinggi secara umum dipengaruhi oleh adat istiadat Kurai. Apakah penyelenggaraan pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi juga dipengaruhi oleh tatanan kehidupan adat istiadat Kurai tersebut? Dalam penelitian ini diprediksi beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi yaitu faktor ketaatan terhadap adat Kurai, faktor kepatuhan kepada tokoh masyarakat, dan faktor struktur sosial masyarakat adat Kurai. Ketaatan terhadap adat Kurai di Kota Bukittinggi memberikan gambaran bagaimana pola masyarakat adat Kurai berpengaruh kepada tatanan kehidupan yang ada di Kota Bukittinggi dan selalu dijadikan pedoman bagi setiap perilaku kehidupan. Perilaku masyarakat adat Kurai ini mencerminkan pola demokrasi yang berakar dari budaya. Pola dan tatanannya membentuk karakter di setiap lini perubahan sikap yang terjadi dalam masyarakat adat Kurai. Di Kota Bukittinggi masyarakat adat Kurai selalu memberikan pengaruh dalam setiap lini kehidupan, baik dari segi politik, sosial, budaya, ekonomi dan keamanan. Apakah perilaku 6

ketaatan terhadap adat Kurai ini membawa dampak bagi perkembangan proses demokrasi terutama dalam pelaksanaan pemilu dari zaman ke zaman khususnya perilaku pemilih? Kepatuhan kepada tokoh masyarakat pun yaitu niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai dan tokoh masyarakat lainnya juga tercermin dalam setiap aktivitas di Kota Bukittinggi baik sebagai tokoh adat, tokoh agama, pengusaha, pejabat dan lain-lain. Para tokoh ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pembangunan dan kesejahteraan di Kota Bukittinggi. Apakah kepatuhan kepada tokoh masyarakat ini juga berpengaruh terhadap tatanan kehidupan demokrasi yang ada di Kota Bukittinggi? Khususnya dalam pemilu, apakah kepatuhan kepada tokoh masyarakat selalu menjadi tumpuan bagi partai politik dan calon legislatif di Kota Bukittinggi untuk mencari dan mendapatkan dukungan suara? Apakah kepatuhan terhadap tokoh masyarakat mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? Tabel 1. Persentase Etnis yang ada di Kota Bukittinggi 9 No. Etnis Jumlah 1 Kurai 49 % 2. Minangkabau Lainnya 35 % 3. Jawa 8 % 4. Batak 1 % 5. Tionghoa 0.7% 6. Tamil 0.5% 7. Lainnya 6 % Faktor lain yang diprediksi berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 juga akan dikaji dalam penelitian ini adalah struktur sosial. Di Kota Bukittinggi, struktur sosial 9 LKAAM Kota Bukittinggi. Masyarakat Kurai, Agam dan Pendatang. Penelitian data kependudukan Etnis di Kota Bukittinggi bekerjasama dengan dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bukittinggi. 2013. 7

masyarakat sangat beragam seperti campuran penduduk asli dan penduduk pendatang, jumlah penduduk yang bertambah padat mulai dari usia anak-anak sampai usia dewasa, tingkat pendidikan yang beragam, tingkat pekerjaan dan pendapatan yang berbeda-beda, juga terdapat perbedaan agama, perbedaan etnis (Dijelaskan pada Tabel 1) dan sebagainya. Jumlah persentase masyarakat Kurai yang masih mendominasi di Kota Bukittinggi menjadi salah satu alasan penelitian ini dilakukan. Secara dominan masyarakat Kurai masih menjadi tumpuan dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk adat dan kebiasaan masyarakat Kurai masih mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Kota Bukittinggi. Apakah struktur sosial yang beranekaragam pada masyarakat Kota Bukittinggi khususnya adat Kurai juga memberikan corak tingkat kondisi masyarakat adat Kurai dalam memilih pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? Faktor-faktor di atas menjadi dasar dalam melakukan penelitian tentang perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi. Dari siklus sejarah perjalanan pemilu yang dilaksanakan di Indonesia memberikan gambaran bagaimana perilaku politik dan pemilih masyarakat Kota Bukittinggi yang selalu terjadi perubahan, secara khusus hal ini digambarkan semenjak pasca reformasi. Pada pemilu 1999, dimana masyarakat Kota Bukittinggi memberikan dukungan dominan bagi partai PAN diikuti GOLKAR, PPP, PBB, PDIP, PKS dan seterusnya. Kemudian pada pemilu 2004, masyarakat Kota Bukittinggi memberikan dukungan dominan bagi partai GOLKAR diikuti PKS, PAN, PPP, PBB, DEMOKRAT dan seterusnya. Sedangkan pada pemilu 2009, masyarakat Kota Bukittinggi memberikan dukungan dominan bagi Partai DEMOKRAT diiringi PKS, GOLKAR, PAN, PPP, PBB dan seterusnya. Dan 8

pada pemilu 2014, masyarakat Kota Bukittinggi memberikan dukungan dominan bagi Partai GERINDRA diikuti Partai GOLKAR, DEMOKRAT, PPP, PAN, PKS dan seterusnya (Tabel 5) 10. Siklus pemilu pasca reformasi di atas menjelaskan terjadinya perubahan perilaku pemilih masyarakat Kota Bukittinggi. Perubahan ini disebabkan oleh dinamika perilaku politik yang terjadi di Indonesia, secara khusus apakah akan berdampak bagi perilaku pemilih masyarakat adat Kurai yang berada di Kota Bukittinggi dari periode ke periode selanjutnya? Pemilu legislatif tahun 2014 juga melahirkan tokoh-tokoh masyarakat adat Kurai baik tingkat nasional, maupun ditingkat lokal. Untuk DPR RI muncul nama Ade Rezki Pratama, SE dari partai Gerindra dan Ir. Mulyadi dari partai Demokrat. Untuk DPRD Provinsi Sumatera Barat muncul nama Ismunandi Sofyan, SE dari partai Gerindra. Sementara untuk DPRD Kota Bukittinggi dari Partai Gerindra muncul nama Deddi Moeis dan Herman Sofyan, S.IP, dari partai Golkar muncul nama Jusra, S.Sos, dari partai Demokrat muncul nama Rusdy Nurman, A.Md, Yontrimansyah, SE, Hj. Nursyida, A.Ma.Pd dan Ir. Hj. Aisyah, dari partai PPP muncul nama Dedi Fatria, SH, Drs. Rismaidi, SH Tuanku Bagindo, dari partai Nasdem muncul nama Asril, SE dan dari partai Hanura muncul nama oleh Zulius St. Rajo Alam. Dari sekian banyak tokoh Kurai yang menduduki kursi di DPR RI, DPRD Provinsi Sumatera Barat dan DPRD Kota Bukittinggi memberikan gambaran bahwa tokoh Kurai masih menjadi salah satu tokoh yang dipercaya oleh masyarakat Kota Bukittinggi pada pemilu legislatif tahun 2014. Apakah hasil ini akan membuktikan bahwa masyarakat adat Kurai masih besar pengaruhnya di 10 Sumber Data KPU Kota Bukittinggi. 29 Desember 2014. 9

Kota Bukittinggi dilihat dari segi perilaku pemilih pada pemilu legislatif tahun 2014? Perilaku pemilih masyarakat Kota Bukittinggi pada pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) tahun 2014 mengalami perubahan dari pemilu-pemilu sebelumnya di era reformasi, mulai dari tahun 1999, 2004 dan 2009 seperti yang telah dijelaskan di atas. Dan begitu juga dengan terpilihnya tokoh-tokoh masyarakat adat Kurai untuk menduduki kursi DPR baik tingkat nasional maupun tingkat lokal. Apakah hal ini akan menjadi tolak ukur bagi perubahan perilaku pemilih masyarakat adat Kurai di Kota Bukittinggi? Dengan meneliti faktor-faktor seperti struktur sosial, ketaatan terhadap adat Kurai, dan kepatuhan terhadap tokoh masyarakat, apakah akan menjadi acuan bagi peneliti untuk mengungkap nilai-nilai pendekatan perilaku pemilih yang terjadi dalam masyarakat adat Kurai baik secara sosiologis, psikologis dan pilihan rasional pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? Tabel 2. Perolehan Suara Sah Partai Politik pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kota Bukittinggi No. PARTAI PESERTA PEMILU TAHUN 2014 DPRD Kota Bukittinggi (Dapil 1&2) Perolehan Suara Sah DPRD Prov Sumbar (Dapil 3) DPR RI (Dapil 2) 1 NasDem 2.433 1.762 1.821 2 PKB 1.513 1.109 1.008 3 PKS 4.120 5.947 4.993 4 PDIP 1.395 2.190 1.371 5 GOLKAR 7.233 7.284 4.029 6 GERINDRA 7.566 7.452 14.994 7 DEMOKRAT 6.941 6.224 11.820 8 PAN 5.634 3.097 1.938 9 PPP 6.227 5.278 2.453 10 HANURA 2.120 1.958 1.103 14 PBB 1.691 2.585 995 15 PKPI 453 870 133 TOTAL 47.326 45.756 46.658 10

Tabel 3. Perolehan Suara Sah Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kota Bukittinggi No. PARTAI PESERTA PEMILU TAHUN 2009 DPRD Kota Bukittinggi (Dapil 1&2) Perolehan Suara Sah DPRD Prov Sumbar (Dapil 4) DPR RI (Dapil 2) 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT 1.632 971 734 2 PARTAI KARYA PEDULI BANGSA 639 250 296 3 PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA 240 116 127 4 PARTAI PEDULI RAKYAT NASIONAL 458 92 116 5 PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA 1.461 1.650 1.333 6 PARTAI BARISAN NASIONAL - 61 95 7 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA 1.634 412 472 8 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 4.931 6.613 5.039 9 PARTAI AMANAT NASIONAL 3.521 2.002 3.498 10 PARTAI PERJUANGAN INDONESIA BARU - 42 41 11 PARTAI KEDAULATAN - 21 33 12 PARTAI PERSATUAN DAERAH 273 88 67 13 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 562 177 177 14 PARTAI PEMUDA INDONESIA - - 27 15 PARTAI NASIONAL INDONESIA MARHAINISME 32 35 41 16 PARTAI DEMOKRASI PEMBAHARUAN 234 106 136 17 PARTAI KARYA PERJUANGAN 182 40 49 18 PARTAI MATAHARI BANGSA 924 631 210 19 PARTAI PENEGAK DEMOKRASI INDONESIA 25 35-20 PARTAI DEMOKRASI KEBANGSAAN 280 113 92 21 PARTAI REPUBLIK NUSANTARA 910 316 338 22 PARTAI PELOPOR - 20 16 23 PARTAI GOLONGAN KARYA 4.625 6.307 3.851 24 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 3.498 2.536 2.107 25 PARTAI DAMAI SEJAHTERA 160-187 26 PARTAI NASIONAL BENTENG KERAKYATAN - 61 64 INDONESIA 27 PARTAI BULAN BINTANG 1.620 819 904 28 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 1.099 827 763 29 PARTAI BINTANG REFORMASI 617 300 256 30 PARTAI PATRIOT - 21-31 PARTAI DEMOKRAT 13.755 17.998 22.152 32 PARTAI KASIH DEMOKRASI INDONESIA - - 74 33 PARTAI INDONESIA SEJAHTERA - 20 9 34 PARTAI KEBANGKITAN NASIONAL ULAMA - - 10 41 PARTAI MERDEKA - 10 7 42 PARTAI PERSATUAN NAHDATUL UMMAH - - 11 INDONESIA 43 PARTAI SARIKAT INDONESIA 70-21 44 PARTAI BURUH - 30 21 TOTAL 43.382 42.720 43.374 Sumber Data KPU Kota Bukittinggi 11

Tabel 4. Perolehan Suara Sah Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun 2004 di Kota Bukittinggi No. PARTAI PESERTA PEMILU TAHUN 2004 DPRD Kota Bukittinggi (Dapil 1&2) Perolehan Suara Sah DPRD Prov Sumbar (Dapil 4) DPR RI (Dapil 2) 1 PARTAI NASIONAL INDONESIA MARHAINISME 76 24 44 2 PARTAI BURUH SOSIAL DEMOKRAT 177 132 124 3 PARTAI BULAN BINTANG 4.422 3.358 3.139 4 PARTAI MERDEKA 251 156 182 5 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 3.755 3.578 3.506 6 PARTAI PERSATUAN DEMOKRASI KEBANGSAAN 442 189 309 7 PARTAI PERHIMPUNAN INDONESIA BARU 215 142 112 8 PARTAI NASIONAL BANTENG KEMERDEKAAN 202 96 116 9 PARTAI DEMOKRAT 2.185 2.885 3.101 10 PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA 617 410 435 11 PARTAI PENEGAK DEMOKRASI INDONESIA 125 111 65 12 PARTAI PERSATUAN NAHDATUL UMMAH INDONESIA - 46 47 13 PARTAI AMANAT NASIONAL 7.908 7.899 7.458 14 PARTAI KARYA PEDULI BANGSA 1.380 1.021 1.010 15 PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 296 237 334 16 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 6.418 8.165 8.052 17 PARTAI BINTANG REFORMASI 1.185 950 1.122 18 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 1.471 1.267 1.133 19 PARTAI DAMAI SEJAHTERA 546 56 590 20 PARTAI GOLONGAN KARYA 10.080 10.852 11.490 21 PARTAI PATRIOT PANCASILA 166 117 88 22 PARTAI SARIKAT INDONESIA 126 96 92 23 PARTAI PERSATUAN DAERAH 627 330 322 24 PARTAI PELOPOR - 11 19 TOTAL 42.670 42.128 42.890 Sumber Data KPU Kota Bukittinggi Tabel 5. Urutan Suara Sah Partai Politik Pada Pemilu DPRD TK II Tahun 1999 di Kota Bukittinggi 11 No. PARTAI PESERTA PEMILU TAHUN 2004 Perolehan Suara Sah 1 PARTAI AMANAT NASIONAL 28,3 % 2 PARTAI GOLONGAN KARYA 21,3 % 3 PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 17,9 % 4 PARTAI BULAN BINTANG 10,6 % 5 PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 8,8 % 6 PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 3,4 % 7 LAIN-LAIN 9,8 % 11 Sumber Data dikutip dari situs http://www.pemilu.asia/?opt=1&s=81&id=3. Diakses 2 April 2015 (10:30). 12

Tabel 6. Perbandingan Perubahan Dukungan Perilaku Pemilih Masyarakat adat Kurai terhadap Partai Politik pada Pemilu Pasca Reformasi URUTAN PEMILU 1999 2004 2009 2014 1 PAN GOLKAR DEMOKRAT GERINDRA 2 GOLKAR PKS PKS GOLKAR 3 PPP PAN GOLKAR DEMOKRAT 4 PBB PPP PAN PPP 5 PDIP PBB PPP PAN 6 PKS DEMOKRAT PBB PKS B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa hal menyangkut penelitian ini: 1. Apakah struktur sosial masyarakat adat Kurai menunjukkan hubungan dengan perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? 2. Apakah ketaatan terhadap adat Kurai berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? 3. Apakah kepatuhan kepada tokoh masyarakat berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? 4. Apakah ketaatan terhadap adat Kurai dan kepatuhan kepada tokoh masyarakat berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi? 13

C. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, terdapat maksud dan tujuan yang ingin dicapai sehingga penelitian ini bermanfaat secara global. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui struktur sosial masyarakat adat Kurai menunjukkan hubungan dengan perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi. 2. Mengetahui ketaatan terhadap adat Kurai berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi. 3. Mengetahui kepatuhan kepada tokoh masyarakat berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi. 4. Mengetahui ketaatan terhadap adat Kurai dan kepatuhan kepada tokoh masyarakat berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat adat Kurai pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Bukittinggi. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di segala lini bidang, terutama bidang perpolitikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Untuk itu dalam penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu: 14

1. Manfaat Teoritis (Akademis) a. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan teori ilmu politik, khususnya perilaku politik di tingkat lokal tentang pendekatan perilaku pemilih pada masyarakat adat, khususnya adat istiadat masyarakat Kurai. Hasil penelitian ini memperkuat teori perilaku pemilih tentang pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Pendekatan sosiologis dalam penelitian ini memunculkan variabel baru yaitu ketaatan terhadap adat Kurai yang berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Semakin taat masyarakat adat Kurai terhadap adat istiadatnya semakin kuat pula perilaku pemilih pada saat pemilu. Variabel sosiologis lainnya yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah struktur sosial dilihat dari segi tingkat usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa struktur sosial mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku pemilih. Sementara pendekatan psikologis dalam penelitian ini juga memunculkan variabel baru yaitu kepatuhan kepada tokoh masyarakat juga berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Semakin patuh masyarakat adat Kurai terhadap tokoh masyarakatnya semakin kuat pula perilaku pemilih pada saat pemilu. b. Penelitian ini memberikan gambaran tentang perilaku pemilih masyarakat adat dalam perpolitikan di Indonesia. Masyarakat adat masih memegang peranan dalam memberikan dukungan suara untuk kemenangan calon legislatif dan partai politik pilihannya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa perubahan era reformasi menciptakan peluang bagi masyarakat adat untuk tampil dalam politik. Keterlibatan masyarakat adat dalam politik di 15

berbagai daerah di Indonesia khususnya di Kota Bukittinggi selalu melibatkan ikatan primordial yang terkait dengan hubungan darah, suku, etnis, agama, asal daerah dan adat istiadat. 2. Manfaat Empiris (Praktis) a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman para aktor politik tentang perilaku pemilih masyarakat adat Kurai yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Bukittinggi (KPU dan Partai Politik). Untuk KPU sebagai pedoman untuk meningkatkan partisipasi pemilih ataupun partisipasi politik dalam pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah dan sebagai pedoman untuk melakukan sosialisasi pendidikan pemilih baik segmen pemilih pemula, segmen pemilih perempuan, segmen pemilih kegamaan, segmen pemilih disabilitas, segmen pemilih marginal dan lainlain. Sedangkan untuk partai politik adalah sebagai pedoman dalam merekrut calon-calon legislatif yang akan bertarung dalam pesta demokrasi dan bisa juga dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan perolehan suara baik pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengkaji perbandingan perilaku pemilih masyarakat adat yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Barat, apakah hasilnya mendukung atau sama dengan penelitian ini atau berbeda untuk masyarakat adat lainnya. 3. Manfaat Sosial Penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan gambaran dan manfaat tentang perilaku pemilih masyarakat adat Kurai dalam pemilu legislatif 16

tahun 2014 bagi Ormas, LSM, Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan seluruh lapisan masyarakat yaitu sebagai data pendukung untuk melihat peta kekuatan politik ataupun sebagai data gambaran tentang pemilih khususnya di Kota Bukittinggi. 17