BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdampak pada masyarakat. Salah satu kemajuan teknologi adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. tidak perawan. (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) BKKBN. menganut seks bebas. Yayasan (Diskusi Kelompok Terarah) DKT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia terdiri dari remaja berusia tahun dan sekitar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, mencium bibir, berpelukan, memegang buah dada, memegang alat kelamin, sampai dengan melakukan senggama (Sarwono, 2012). Perilaku seks pranikah di kalangan remaja semakin meningkat. Keingintahuan remaja yang besar, perkembangan teknologi informasi, kurangnya komunikasi dalam keluarga, dan semakin tak pedulinya masyarakat membuat perilaku itu semakin meluas (Anna, 2012). Perilaku seksual pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Perilaku seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, perilaku positif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah sedangkan perilaku negatif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksua pranikah pada remaja (Azwar, 2013). Akibat buruk dari seksual pranikah dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan remaja puteri diluar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran kandungan yang 1

2 tidak aman, resiko tertular penyakit seksual dan meningkatkan remaja putus sekolah (Djaja, 2012). Arus globalisasi yang begitu cepat berkembang membawa pengaruh komunikasi dan informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan sehingga dapat mempercepat adanya perubahan perilaku salah yaitu, terbukanya akses informasi dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran televisi, video, DVD dan media cetak bahkan teknologi moderen seperti internet,dan pengawasan serta perhatian dari orang tua dan keluarga yang semakin longgar sehingga banyak remaja yang memilih tinggal dikost dari pada tinggal bersama orang tuanya karena ingin bebas dan tidak terikat serta lingkungan sekitar yang mendorong perilaku seksual remaja (Prastana, 2013). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah sehingga kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2012). Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di

3 Indonesia pada tahun 2014 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2014). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mancari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali mengenai hasrat seksual. Hubungan seks pranikah pada remaja umumnya berawal dari masa awal pacaran. Ketika remaja berpacaran tanpa didukung dengan pengetahuan dan sikap mengenai perilaku seksual yang baik pada remaja, maka akan memicu terjadinya hubungan seksual pranikah pada remaja. Ketika pacaran remaja akan tergiur melakukan cumbu rayu, peluk cium dan bila gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya hubungan badan atau hubungan seksual pranikah (Tanjung, 2013). Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif (Mu tadin, 2012). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2012). Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS

4 mencapai 32.103 dengan jumlah kematian 5.623 jiwa penderita usia 15-19 tahun sebanyak 1.134 jiwa jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680 jiwa (Ditjen PP & PL RI, 2012). Tidak heran bila masalah seksualitas sering kali muncul dalam kehidupan remaja karena ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi kebutuhan yang juga melibatkan pasangannya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba-coba segala hal yang belum diketahui. Kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang rawan dan berbahaya dalam perilaku seksual remaja dewasa ini (Gunarsa,dkk, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya yng dilakukan oleh BKKBN pada tahun 2015 yang menunjukkan sebanyak 35,9% remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9% responden telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Harian Merdeka, 2013). Hasil survey pada tahun 2015 yang dilakukan BKKBN; tercatat 51% remaja Jabodetabek sudah tidak perawan lagi, di Surabaya tercatat 54%, di Bandung 47% dan 52% di Medan dan Yogya 37% dan estimasi jumlah aborsi di Indonesia yang diasumsikan akibat perilaku seksual yang pranikah per tahun mencapai 2,4 juta jiwa dan 800 ribu diantaranya terjadi dikalangan remaja (BKKBN, 2015). Hasil penelitian LSM Sahara yang dilakukan pada rentang tahun 2010-2015 dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan

5 Medan didapatkan hasil bahwa dalam hitungan rata-rata 44,8% remaja telah melakukan hubungan intim (seks). Sebagian besar remaja yang melakukan hubungan seksual tersebut berada dirumah kost. Dari tahun 2010 sampai 2015, diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka melakukan hubungan intim di rumah kost (51,5%), kemudian menyusul di rumah-rumah pribadi (sekitar 30%). Rumah yang jauh dari kampus membuat banyak remaja memilih hidup di tempat kost. Dampaknya adalah mereka menjadi mandiri dan akhirnya bisa mengambil keputusan. Tapi disisi lain, lemahnya kontrol dari pihak orang tua mereka dan juga pemilik rumah kost membuat para remaja tersebut melakukan hubungan seksual di kamar-kamar kost mereka (Tempo, 2015). Hasil riset BKKBN Sumatera Utara yang dilakukan pada tahun 2013 menyebutkan bahwa 52% remaja di kota Medan sudah pernah melakukan seks pranikah. Ada sekitar 3.919 remaja di kota Medan yang melakukan seks bebas (Sudiono, 2014). Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja antara lain yaitu, perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, tabu atau larangan, kemajuan teknologi, sikap membutuhkan seksual, pengetahuan yang kurang tentang seks, sikap yang salah mengenai perilaku seksual pergaulan yang semakin bebas, serta faktor lingkungan dimana seorang remaja tinggal yang memungkinkan memberikan kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah (Santrock, 2013). Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peergroup), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor lingkungan dimana remaja tinggal. Remaja yang tidak tinggal bersama orang tua mereka memiliki

6 kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tinggal dengan orang tua mereka. Hal ini karena kurangnya pengawasan orang tua apabila tidak tinggal bersama anak mereka. Terlebih apabila tempat tinggal mereka cenderung bebas dan memberikan kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah (Santrock, 2013). Situasi yang mendukung sebagai salah satu faktor penentu perilaku seksual pada remaja yaitu lokasi rumah yang berjauhan dari tempat perkuliahan menuntut sebagian remaja memilih tempat kost sebagai rumah kedua mereka. Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa pengelola kost lebih banyak dijadikan pilihan oleh remaja sebagai tempat tinggal sementara selama menempuh studi dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada pengelolanya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang diinginkan, termasuk perilaku seksual. Hal ini dapat dilakukan karena lemahnya pengawasan orang tua dan pemilik kost ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung individualisme dan apatis dengan hal yang terjadi di sekitar. Yang lebih memprihatinkan, pihak sekolah atau kampus tidak memiliki langkah-langkah penyelesaian sebagai bentuk respon tehadap masalah yang sedang melanda siswa atau mahasiswanya serta lingkungan masyarakat sekitar kampus atau yang cenderung lepas tangan dan menutup mata termasuk dalam perilaku seksual pranikah (Dianawati, 2013). Hasil penelitian Ritonga (2013) mengenai perilaku seks bebas dikalangan remaja kost di kecamatan Medan Baru menjelaskan bahwa remaja yang tinggal di tempat kost cenderung akan lebih terpengaruh terhadap perilaku seks bebas. Hal ini

7 disebabkan lemahnya kontrol sosial baik teman satu kost, pemilik kost maupun masyarakat sekitar terhadap perilaku seks bebas dan baik pelaku seks, teman pelaku serta masyarakat sekitar bersikap permisif terhadap perilaku pelaku seks bebas. Hasil penelitian Gultom (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru menunjukkan bahwa hasil statistik uji menjelaskan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan seksual pranikah dalam artian bahwa pengetahuan responden sangat berhubungan dalam hubungan seksual pranikah pada remaja putri. Pengetahuan berperan besar dalam memberikan wawasan kepada remaja dalam hal pembentukan sikap terhadap tindakan-tindakan seksual pranikah. Menurut Agus Mochtar yang dikutip oleh Wiyana (2012), bahwa adanya pola hubungan yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan remaja yang menyewa kamar kost yang dimaksud yaitu tidak adanya komunikasi antara remaja kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak mau tahu apa yang dikerjakan oleh remaja kost tersebut dan remaja kostpun tidak mau tahu juga dengan pemilik kost sehingga membuat kehidupan seksual di tempat kost menjadi sangat bebas. Bentuk komunikasi yang dimaksud ialah bagaimana pemilik rumah kost bertindak sebagai orang tua asuh bagi remaja kost, yang senantiasa mengingatkan kepada remaja kost agar memiliki perilaku yang baik dalam pergaulan keseharian termasuk dalam hal perilaku seksual, pemilik kost juga berkewajiban untuk memberikan aturan khusus bagi remaja kost mereka, agar tercipta perilaku yang baik bagi remaja kost, dan tempat kost yang aman dan

8 nyaman, yang tidak dijadikan tempat untuk melakukan perilaku seksual yang cenderung bebas bagi remaja kost. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan November 2016 di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan kota Medan banyak sekali terdapat tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa bahkan tempat tersebut ada yang khusus untuk perempuan atau laki-laki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan laki-laki (campur). Tempat kost yang dihuni ada yang dijaga oleh pengeola kost maupun tidak dijaga, yang dimaksud dengan dijaga adalah anak-anak kos tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan seperti jam berkunjung dibatasi hingga jam 21.00 WIB, dan menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu. Sedangkan tempat kost yang tidak dijaga tidak ada pemilik kostnya, karena mereka bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu perempuan/laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat berbuat sesuka hatinya. Tempat-tempat kost yang tidak dijaga oleh pengelola dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, karena tidak adanya aturan dan pengawasan dari pihak pengelola didalam tempat kos tersebut bahkan pelajar bebas untuk keluar masuk tanpa adanya batasan waktu, dan mengajak siapa saja dan melakukan apa saja didalam kamar kos mereka, termasuk dalam hal melakukan hubungan seksual. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan 5 (orang) remaja perempuan yang kost di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang diketahui bahwa seluruh

9 remaja tersebut telah pacaran, dan melakukan perilaku seksual pranikah seperti pegangan tangan, ciuman bibir, dan oral seks, bahkan 3 (remaja) telah melakukan hubungan badan dengan pacar mereka didalam kamar kost, dan 1 (satu) orang remaja mengaku pernah hamil dan melakukan aborsi yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah yang dilakukan. Dari hasil wawancara terhadap kepala lingkungan yang ada di daerah tersebut, banyaknya tempat kost yang tidak dijaga oleh pemiliki kost semakin meningkatkan resiko terjadinya perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja yang kost di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Banyaknya tempat-tempat kost didaerah Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang membuat para remaja semakin bebas untuk memilih, seperti tempat kost yang dijaga oleh pengelola kost maupun tempat yang tidak dijaga, tempat kost yang tidak dijaga oleh pengelola kost akan dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, sedangkan yang dijaga sedikit kemungkinan dapat melakukan seks bebas karena adanya pengawasan dari pengelola kost. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengenai Bagaimana Perilaku Seksual Pranikah

10 Remaja Kost Dirumah Kost yang Dijaga dan Tidak Dijaga Pengelola (Studi Kasus Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) Tahun 2017?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis dan lama kost) yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 2. Mengetahui pengetahuan remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 3. Mengetahui sikap remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017. 4. Mengetahui tindakan remaja yang dijaga pengelola kost dan yang tidak dijaga pengelola kost tentang perilaku seksual pranikah di di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2017.

11 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kepala lingkungan dan pengelola kost agar mengawasi perilaku anak kost yang tinggal di lingkungan tersebut. 2. Bahan masukan bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan LSM) untuk melakukan upaya promosi kesehatan yang aplikatif kepada anak kost dan pengelola rumah kost mengenai resiko kesehatan apabila melakukan perilaku seksual yang salah, agar para remaja memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang baik terhadap perilaku seksual. 3. Bagi dan peneliti lain, sebagai literatur kepustakaan di bidang penelitian mengenai bagaimana perilaku seksual pranikah remaja kost dirumah kost yang dijaga dan tidak dijaga pengelola (studi kasus di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) tahun 2017.