LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA DITERBITKAN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67, Pasal 68 dan Pasal 72 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu diatur ketentuan mengenai keuangan desa yang meliputi sumber pendapatan desa, alokasi dana desa dan kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Keuangan Desa; 1
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa tengah; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lemabaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan 2
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Karangdadap, dan Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2002 Nomor 25); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 14 Tahun 2001 tentang Penetapan Kembali Wilayah Kerja Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Kedungwuni, dan Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2001 Nomor 26); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 6 Tahun 2002 tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa / Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2002 Nomor 7 Seri D Nomor 1); 4
10. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 8); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 9); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 13 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan 5
Nomor 10); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 11); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2008 Nomor 8); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 3); 6
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN Dan BUPATI PEKALONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TENTANG KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Pekalongan 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 7
3. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. 5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan 8
oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 8. Badan Permusyawaratan Desa. atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 9. Peraturan Desa adalah peraturan perundangan-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 10. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang 9
ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 11. Keputusan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan berupa keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan Peraturan Desa maupun peraturan perundangundangan yang lainnya. 12. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. 13. Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan 10
dan pengendalian. 14. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang melipuiti perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan desa. 15. Sumber Pendapatan Desa adalah semua sumber penerimaan desa baik dari pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah Kabupaten, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten untuk desa, bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, dan hibah serta sumbangan dari pihak ketiga 7yang tidak mengikat. 16. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. 11
17. Tanah Desa adalah barang milik desa berupa tanah bengkok, kuburan, dan titisara. 18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 19. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang dirasakan dalam kelompok masyarakat itu. 20. Gotong Royong adalah bentuk kerjasama yang spontan dan sudah melembaga serta mengandung unsurunsur timbal balik yang bersifat sukarela antara warga Desa dan atau antara warga Desa dengan Pemerintah 12
Desa untuk memenuhi kebutuhan yang insidentil maupun berkelangsungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama baik materil maupun spiritual. 21. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan setelah dikurangi belanja pegawai, bagian dari bagi hasil pajak daerah dan retribusi kabupaten untuk tahun berjalan, yang ditujukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat di desa. 22. Alokasi Dana Desa Minimal yang selanjutnya disingkat (ADDM) adalah bagian/komponen yang dibagi merata ke seluruh desa. 23. Alokasi Dana Desa Proporsional yang selanjutnya disingkat (ADDP) adalah bagian/komponen ADD dibagi secara proporsional keseluruhan desa dengan 13
memperhatikan faktor kemiskinan, keterjangkauan, kesehatan, pendidikan, jumlah penduduk, luas wilayah, potensi ekonomi, partisipasi masyarakat dan jumlah unit komunitas di Desa. Unit Komunitas adalah dusun, RT / RW yang ada di desa. 24. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dan / atau uang dari pemerintah daerah kepada pemerintah desa, antar pemerintah desa, atau dari pemerintah pusat/pemerintah daerah kepada pihak lain tanpa memperoleh pengganti. 25. Pungutan desa adalah segala pungutan baik berupa uang maupun benda dan atau barang yang dilakukan pemerintah desa berdasarkan pertimbangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa yang ditetapkan melalui peraturan desa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa. 14
BAB II SUMBER PENDAPATAN DESA Bagian Pertama Jenis Pasal 2 (1) Jenis Sumber pendapatan desa terdiri atas : a. Pendapatan Asli Desa, terdiri dari : 1. hasil usaha desa; 2. hasil kekayaan desa; 3. hasil swadaya dan partisipasi; 4. hasil gotong royong, dan 5. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah; b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa ; c. Bagian dari retribusi Daerah yang dialokasikan secara proporsional; d. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Daerah untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per 15
seratus), yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa; e. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; f. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. (2) Jenis sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Desa. (3) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disalurkan melalui Kas Desa. Pasal 3 (1) Hasil kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a angka 2, terdiri atas : 16
a. tanah Kas Desa; b. pasar Desa; c. pasar Hewan yang dikelola desa; d. tambatan Perahu; e. bangunan Desa; f. pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa g. pemandian umum yang dikelola desa h. obyek rekreasi yang dikelola desa i. tempat pemancingan disungai yang dikelola desa j. lapangan desa k. saluran air milik desa l. lain-lain kekayaan milik Desa. (2) Lain-lain kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf l antara lain : a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau lembaga dari pihak ketiga. 17
c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraluran perundangan yang berlaku. e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah; g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan h. hasil kerjasama desa. Pasal 4 (1) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 menjadi milik desa. (2) kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan 18
dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa. (3) Tata cara pengelolaan kekayaan desa diatur oleh Bupati. Pasal 5 (1) Dengan berubahnya status Desa menjadi Kelurahan, maka seluruh kekayaan dan sumber-sumber pendapatan Desa menjadi kekayaan Daerah. (2) Pengelolaan kekayaan dan sumbersumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur berdasarkan pedoman pengelolaan barang daerah. Bagian Kedua Pengelolaan Sumber Pendapatan Desa Pasal 6 (1) Pengelolaan sumber pendapatan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas 19
dan kepastian nilai. (2) Pengelolaan sumber pendapatan desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa. (3) Pengelolaan sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan BPD. (4) Sumber pendapatan desa dikelola melalui APBDesa dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa. (5) Pengelolaan sumber pendapatan desa berpedoman pada Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Pungutan Desa Pasal 7 (1) Penetapan jenis dan besarnya pungutan yang sifatnya membebani masyarakat harus ditetapkan dalam Peraturan Desa. (2) Tata cara dan pelaksanaan pungutan 20
Desa, Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Bagian Keempat Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi Daerah Pasal 8 (1) Desa memperoleh bagian dari Pajak dan Retribusi Daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya penerimaan bagian pajak dan retribusi daerah yang diterima desa diatur oleh Bupati. Pasal 9 (1) Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Pemerintah Daerah tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. (2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih 21
oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah. Bagian Kelima Tanah Kas Desa, Tanah Grantungan Dan Tanah Eks Bengkok Guru Pasal 10 (1) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. (2) Tanah-tanah kas desa yang berasal dari tanah grantungan dan eks bengkok guru sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 8 Tahun 1977 tentang Penguasaan Tanah Grantungan, Bengkok Guru dan sebagainya diserahkan kembali pengelolaannya dan menjadi milik Desa. (3) Penyerahan pengelolaan tanah tanah kas desa sebagaimana dimaksud ayat 22
(2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Keenam Hibah Dan Sumbangan Pasal 11 (1) Pemberian hibah dan sumbangan kepada desa tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang kepada desa. (2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Desa. BAB III ALOKASI DANA DESA Pasal 12 Pemerintah Daerah menetapkan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada Pemerintahan 23
Desa yang ditujukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat di desa, selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Pasal 13 Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 14 Alokasi Dana Desa bertujuan : a. meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya. b. meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan didesa dalam perencanaan, pelaksanaan dan 24
pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa. c. meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa. d. mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat. Pasal 15 (1) Sumber dan proporsi Alokasi Dana Desa sebagaimana dimaksud Pasal 2 adalah: a. Paling sedikit sedikit 10% dari Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten setelah dikurangi alokasi dasar Belanja Pegawai Negeri Sipil. b. Paling sedikit 10% dari bagi hasil pajak daerah. c. Sebagian dari retribusi Daerah. (2) Besaran sebagian dari retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Bupati. 25
(3) Besarnya ADD kepada Pemerintahan Desa ditetapkan dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun berlaku. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut sepanjang mengenai teknis pelaksanaan Alokasi Dana Desa diatur oleh Bupati. BAB IV KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA LAINNYA Bagian Pertama Penghasilan dan Tunjangan Pasal 17 (1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. (2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa dan 26
Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APBDesa. (3) Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sama dengan Upah Minimum Regional Kabupaten. Pasal 18 (1) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dapat berupa : a. tunjangan jabatan ; b. tunjangan kesehatan ; c. tunjangan kecelakaan ; d. tunjangan kematian ; e. tunjangan purna tugas. (2) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APBDesa. Bagian Kedua Pelaksanaan Pemberian Penghasilan Tetap Dan Tunjangan 27
Pasal 19 Pelaksanaan pemberian penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa terhitung sejak tanggal pelantikan sampai dengan ditetapkannya keputusan pemberhentian. Pasal 20 Penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat diberikan setiap bulan. Pasal 21 (1) Penjabat Kepala Desa dan yang menjalankan tugas Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap dan tunjangan lainnya. (2) Besarnya penghasilan tetap dan tunjangan lainnya bagi Penjabat Kepala Desa dan yang menjalankan tugas Kepala Desa dan Perangkat Desa ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (3) Perangkat Desa yang merangkap tugas jabatan hanya mendapatkan 28
penghasilan tetap dan tunjangan untuk 1 (satu) jabatan. Pasal 22 (1) Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diberhentikan sementara diberikan penghasilan 50% (lima puluh per seratus) dari besarnya penghasilan tetap. (2) Sisa penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan ke Kas Desa sebagai sumber pendapatan Desa. (3) Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diberhentikan sementara tidak diberikan tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18. Bagian Ketiga Biaya Operasional Pasal 23 (1) Untuk keperluan kegiatan operasional Kepala Desa dan Perangkat Desa, Penjabat Kepala Desa yang 29
menjalankan tugas Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat disediakan biaya operasional. (2) Biaya operasional kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangan Desa. (3) Besarnya biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. BAB V P E N G A W A S A N Pasal 24 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Sumber Pendapatan Desa, Alokasi Dana Desa dan Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dan atau Bupati. (2) Penyalahgunaan pelaksanaan Sumber Pendapatan Desa, Alokasi Dana Desa 30
dan Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa dikenakan sanksi dan hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Kedudukan Keuangan Sekretaris Desa yang belum diisi dari Pegawai Negeri Sipil disesuaikan dengan Perangkat Desa Lainnya. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. 31
Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan. Ditetapkan di Kajen pada tanggal 30 Juni 2009 Diundangkan di Kajen Pada tanggal 1 Agustus 2009 BUPATI PEKALONGAN, Ttd. SITI QOMARIYAH SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN ttd SUSIYANTO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 Salinan sesuai aslinya, Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Pekalongan Bambang Supriyadi, SH, M.Hum. Penata Tk. I NIP. 500 084 340 / 19630308 198701 1 003 32
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA I. UMUM Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berimplikasi pada penyesuaian sistem Pemerintahan Desa sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang namun prinsip dasar sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap yaitu : (1) Kenaekaragaman, (2) partisipasi, (3) otonomi asli, (4) demokratisasi. Pemberian otonomi asli kepada desa bertujuan untuk memandirikan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan 33
pelayanan optimal kapada masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa diberikan kewenangan mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada bedasarkan hak asal usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa dan untuk peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat desa diberikan pendanaan yang berasal dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten diberikan kepada desa paling sedikit 10 % selanjutnya disebut alokasi dana desa, disamping adanya sumber-sumber pendapatan desa yang meliputi pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten, bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah serta hibah dan sumbangan pihak ketiga. Sumbersumber pendapatan desa diatur dalam APBDesa secara terstruktur agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan. 34
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat ( 1 ) Huruf a Huruf b Dari bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) diberikan langsung kepada Desa. Huruf c Dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa yang dialokasikan secara proporsional. Huruf d Yang dimaksud dengan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah" adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumberdaya alam ditambah dana alokasi umum setelah dikurang belanja pegawai. 35
Dana dari Kabupaten/Kota diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tigapuluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Huruf e Bantuan dari Pemerintah diutamakan untuk tunjangan penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa. Bantuan dari Propinsi dan kabupaten/kota digunakan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Desa. Huruf f Yang dimaksud dengan "sumbangan dari pihak ketiga" dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf, dan atau lain-lain sumbangan serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang. Yang dimaksud dengan "wakaf dalam ketentuan ini adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan 36
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 37
Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 38
Pasal 25 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 39
40