Keywords: Landslide Potency, the Damage and Loss Assessment, Land Conservation Guideline, Geography Learning

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI POTENSI, PENILAIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN

TOMI YOGO WASISSO E

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEGRADASI LAHAN PADA SAWAH BEKAS PERTAMBANGAN BATU BATA DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR DI DAS WALIKAN KABUPATEN KARANGANYAR DAN WONOGIRI TAHUN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

Lola Armelia Renaldy 1) Chatarina Muryani, Setya Nugraha 2)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS SPASIAL TINGKAT BAHAYA LONGSORLAHAN DI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH DENGAN KEJADIAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

PENENTUAN INDEKS EROSI DAN POTENSI BAHAYA LONGSOR DI SUB DAS KALIPUTIH JEMBER

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI PEMETAAN STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI BAGIAN TIMUR KABUPATEN NATUNA. Oleh : MUH KHOIRUL ANWAR H

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

ANALISIS KEKRITISAN DAERAH RESAPAN AIR DI DAS SAMIN HULU KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Menurut Baldiviezo et al. (2003 dalam Purnomo, 2012) kelerengan dan penutup lahan memiliki peran dalam tanah longsor,

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

*Keperluan korespondensi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

RISIKO LONGSORLAHAN PADA PENGGUNAAN LAHAN KEBUN DI SUB-DAERAH ALIRAN SUNGAI LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

ANALISIS DAERAH RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR BERDASARKAN ZONA WATER CONTENT DI DESA OLAK ALEN KECAMATAN SELOREJO, BLITAR

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

ANALISIS DAERAH POTENSI LONGSORLAHAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN BERDASARKAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JLANTAH HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia di buktikan dengan terdokumentasinya dalam Al-Qur an, salah satunya

PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

TINGKAT KERENTANAN LONGSOR DI KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan material. DAS kodil bagian tengah terdiri dari Kecamatan Bener,

DAYA DUKUNG LAHAN DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB II METODE PENELITIAN

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

RISIKO LONGSORLAHAN PADA PENGGUNAAN LAHAN PERSAWAHAN DI SUB-DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

IDENTIFIKASI POTENSI, PENILAIAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN LONGSORLAHAN SERTA ARAHAN KONSERVASI LAHAN DI KECAMATAN KARANGGAYAM KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 (Implementasi untuk Pengayaan Suplemen Bahan Ajar pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hubungan Manusia dengan Lingkungan sebagai akibat Dinamika Litosfer pada Materi Pokok Pengaruh Proses Eksogen terhadap Kehidupan untuk Siswa SMA Kelas X) Dwi Ninayaroh 1, *, Setya Nugraha 2 dan Rahning Utomowati 2 1 Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2 Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia Keperluan korespondensi, HP : 083865134238, e-mail : dwininayaroh@gmail.com The purposes of this study were to know: (1) the potency of landslide in Karanggayam District, (2) the level of damage and loss caused by landslide in Karanggayam District, (3) the guideline of land conservation land in the landslide potential area in Karanggayam District, (4) the implementation of study results as teaching materials in schools. This study was conducted under qualitative descriptive survey method with spatial analysis. The population in this study was 146 land units located in Karanggayam District. The technique of sampling was area sampling for each land units, which is 99 land units and purposive sampling was employed for respondents/informants, which is 22 respondents. The technique of data collection used field observation, documentation, interview, and laboratory testing. Data triangulation was used to valid the data (source validation). The technique of data analysis to identify landslide potency using scoring parameters landslide parameter determiner which is further was analyzed to determine the landslide damage and loss using P3B guidelines BAPPENAS (2008) modified, so it could be done using the land conservation guideline of the Ministry of Agriculture (2006). The results showed that (1) the landslide potency in Karanggayam District consists of four, namely low landslide potency had 61.89 ha in wide or occupied 0.32% of the total area. For the moderate landslide potency had 2223.43 ha in wide or 11.44% of the total area. For high landslide potency had 15286.61 ha in wide or 78.68% of the total area. For a very high landslide potency had 1857.36 ha in wide or 9.56% of the total area. (2) The result of landslide damage and loss assessment showed that Karanggayam District experienced light damage and did not cause significant losses in the fields, gardens, and dry sector with the kinds of landslide were Rotational Landslide, Topples, Debris Flow, Block Translational Slide, Translational Slide, and Earth Flow. While the settlement and the forest sector has not experienced landslide yet (3) Land conservation guideline was conservation steps which widely use with 12238.62 Ha in wide or 63.14% of the total area (4) The results of the study were implemented as teaching materials in schools. Keywords: Landslide Potency, the Damage and Loss Assessment, Land Conservation Guideline, Geography Learning 1

PENDAHULUAN Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, topan, dan tanah longsor (Undang- Undang No. 24 Tahun 2007). Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terjadinya bencana yang cukup besar, salah satunya adalah longsorlahan. Longsorlahan merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar (Suripin, 2004: 38). Sedangkan Arsyad (1998) mengemukakan bahwa longsorlahan terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air. Jawa Tengah adalah salah satu wilayah yang sering mengalami kejadian bencana longsorlahan, seperti yang dikutip dari ( Hardiyatmo, 2006 : 38-39 ) Pada tahun 2000 2005 telah terjadi bencana tanah longsor di beberapa daerah di Indonesia, seperti : di Jawa Tengah yaitu di Purworejo, Kebumen, Wates dan Kulonprogo. Longsoran lereng terjadi hampir secara serentak, dan diduga kuat disebabkan oleh hujan yang berlangsung terus menerus di daerah daerah yang rawan longsor. Salah satu wilayah yang sering mengalami kejadian longsorlahan adalah Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengidentifikasikan penyebab terjadinya longsorlahan antara lain adalah kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, pelapukan batuan, kedalaman tanah, permeabilitas tanah, dan tekstur tanah selain itu juga faktor struktur geologi di Kecamatan Karanggayam yang didominasi oleh sesar naik juga mempengaruhi terjadinya longsorlahan di wilayah tersebut. Longsorlahan merupakan bencana yang sangat merugikan, karena selain merusak material dapat juga menghilangkan nyawa seseorang yang terkena longsorlahan tersebut, khususnya yang ada di Kecamatan Karanggayam. Daerah daerah yang ada di Kecamatan Karanggayam baik yang mempunyai potensi 2

longsorlahan atau tidak dapat dikelaskan berdasarkan perhitungan masing masing parameter yang digunakan. Masing masing daerah memiliki tingkat potensi longsorlahan yang berbeda-beda, untuk daerah yang sudah mengalami longsorlahan di Kecamatan Karanggayam maka diperlukan suatu penilaian terhadap kerusakan dan kerugian akibat longsorlahan pada masing masing penggunaan lahan yang ada di tiap satuan lahan. Selain berdampak pada finansial, longsorlahan juga dapat mengakibatkan kerusakan tanah pada daerah yang terkena longsoran sehingga diperlukan adanya konservasi lahan. Konservasi lahan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki tanah yang rusak akibat bencana seperti longsorlahan, memelihara serta meningkatkan produktivitas lahan usaha tani agar tercapai produktivitas yang tinggi. Konservasi lahan dilakukan pada daerah yang berpotensi longsorlahan di lokasi penelitian sehingga dapat diketahui daerah mana saja yang perlu mendapatkan penanganan secara tanggap dan cepat. Dalam ruang lingkup pendidikan formal, hasil dan pembahasan pada penelitian mengenai Identifikasi Potensi, Penilaian Kerusakan dan Kerugian Longsorlahan serta Arahan Konservasi Lahan dapat diimplementasikan sebagai suplemen materi bahan ajar siswa SMA kelas X, khususnya dalam Kompetensi Dasar Menganalisis Hubungan antara Manusia dengan Lingkungan sebagai akibat dari Dinamika Litosfer pada Materi Pokok Pengaruh Proses Eksogen terhadap Kehidupan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui agihan potensi longsorlahan di Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Tahun 2014, (2) Mengetahui tingkat kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh longsorlahan di Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Tahun 2014, (3) Mengetahui arahan konservasi lahan pada daerah yang berpotensi longsorlahan di Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Tahun 2014, (4) Mengetahui implementasi untuk pengayaan suplemen bahan ajar hasil identifikasi potensi, penilaian kerusakan dan kerugian longsorlahan serta arahan konservasi lahan terhadap Kompetensi Dasar Menganalisis Hubungan Manusia dengan Lingkungan sebagai akibat Dinamika Litosfer pada Materi Pokok Pengaruh Proses Eksogen terhadap Kehidupan untuk Siswa SMA Kelas X. 3

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif kualitatif dengan pendekatan keruangan. Populasi pada penelitian ini adalah semua satuan lahan yaitu sejumlah 146 satuan lahan yang terdapat di Kecamatan Karanggayam. Teknik pengambilan sampel adalah area sampling untuk pengambilan 99 sampel satuan lahan dan Purposive sampling untuk 22 sampel responden/informan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi lapangan, dokumentasi, wawancara, dan uji laboratorium. Validasi data menggunakan teknik triangulasi data (validasi sumber). Untuk mengetahui potensi longsorlahan menggunakan scoring parameter parameter penentu longsorlahan, yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kerusakan dan kerugian longsorlahan dengan menggunakan pedoman P3B BAPPENAS (2008) dengan modifikasi, sehingga dapat dilakukan arahan konservasi lahan menggunakan pedoman dari Departemen Pertanian (2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan unit analisis satuan lahan, yaitu dengan cara menumpangsusunkan (overlay) beberapa peta, yaitu peta geologi, peta macam tanah, peta lereng, dan peta penggunaan lahan Kecamatan Karanggayam. Berdasarkan hasil analisis overlay (tumpang susun) peta geologi, peta macam tanah, peta lereng, dan peta penggunaan lahan di atas menghasilkan 146 satuan lahan yang digunakan sebagai satuan analisis pada pengamatan di lapangan. Potensi longsorlahan diperoleh dari skoring parameter parameter penentuan longsorlahan seperti lereng, curah hujan, penggunaan lahan, pelapukan batuan, kedalaman tanah, permeabilitas tanah, dan tekstur tanah. Masing masing parameter diberi harkat dan bobot sesuai dengan besar kecilnya pengaruh terhadap longsorlahan. Harkat di mulai dari 1 sampai 5, 1 menunjukkan pengaruhnya terhadap longsorlahan sangat rendah sedangkan 5 menunjukkan pengaruhnya terhadap longsorlahan sangat tinggi. Bobot di berikan tergantung besar kecilnya pengaruh terhadap longsorlahan, semakin besar pengaruh terhadap longsorlahan, maka bobot yang diberikan semakin besar pula begitupun sebaliknya pada masing masing parameter. Menurut (Kuswaji,2006), pemberian bobot paling besar adalah lereng, karena faktor yang menyebabkan terjadinya longsorlahan adalah gaya gravitasi yang bekerja pada suatu tanah. Kemudian faktor pemicu longsorlahan yaitu 4

Ha faktor dinamik (curah hujan dan penggunaan lahan) lebih besar bobotnya dibandingkan faktor statik (tanah dan batuan). Hasil potensi longsorlahan di Kecamatan Karanggayam dapat disajikan pada gambar 1 dan dihasilkan peta agihan potensi longsorlahan yang disajikan pada peta 1. AGIHAN POTENSI LONGSORLAHAN 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Series1 61.89 2223.43 15286.61 1857.36 Gambar 1. Perbandingan Agihan Potensi Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Peta 1. Peta Tingkat Potensi Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Berdasarkan gambar 1 dan Peta Agihan Potensi Longsorlahan di atas, dapat diketahui bahwa untuk potensi longsorlahan rendah berada pada kemiringan lereng datar antara 5 6 % dengan solum dalam antara 80 100 cm sehingga potensi terhadap longsorlahan termasuk rendah. Untuk potensi longsorlahan sedang mempunyai kemiringan lereng datar sampai curam antara 3 32 % dengan solum sangat dangkal sampai dalam antara 45 105 cm sehingga potensi longsorlahan yang terjadi termasuk sedang karena apabila lerengnya curam akan tetapi solumnya dalam maka potensi 5

terjadinya longsorlahan kecil. Untuk potensi longsorlahan tinggi mempunyai kemiringan lereng datar sangat curam antara 3 57 % dengan solum 30 100 cm, dikatakan potensi longsorlahan tinggi karena faktor lereng yang curam dan solum yang dangkal serta faktor lain seperti pelapukan, tekstur, permeabilitas yang mempengaruhi terjadinya longsorlahan. Untuk potensi longsorlahan yang sangat tinggi mempunyai kemiringan lereng agak curam sampai sangat curam antara 17 78 % dengan solum sedang sampai dalam antara 58 100, sehingga potensi longsorlahan sangat tinggi karena faktor kemiringan lereng, solum, dan juga faktor lain seperti curah hujan, pelapukan batuan, tekstur dan permeabilitas. Penilaian kerusakan dan kerugian longsorlahan dilakukan pada penggunaan lahan yang mempunyai nilai atau harga jual, yaitu permukiman, sawah, kebun, tegalan, dan hutan. Sedangkan untuk penggunaan lahan semak belukar dan lahan kosong tidak dilakukan penilaian kerusakan dan kerugian longsorlahan. Untuk mengetahui kerusakan dan kerugian longsorlahan, yang dihitung adalah satuan lahan yang sudah mengalami longsorlahan saja. Tingkat kerusakan longsorlahan terbagi atas 3 kelas, yaitu ringan, sedang, dan berat, dan untuk tingkat kerugian longsorlahan terbagi menjadi 3 yaitu tidak ada kerugian, mengalami kerugian sebagian, dan kerugian total. Hasil penilaian kerusakan dan kerugian akibat longsorlahan di Kecamatan Karanggayam dapat disajikan pada gambar 2 dan dihasilkan peta Tingkat Kerusakan Dan Kerugian Longsorlahan yang disajikan pada peta 2. 25 24 BL = Belum Longsor SL = Sudah Longsor 20 15 10 5 0 10 0 BL SL BL SL BL SL BL SL BL SL BL SL Permukiman 15 Sawah Tadah Hujan 5 1 Sawah Irigasi 2 10 17 Kebun Tegalan Hutan 5 3 0 Gambar 2. Perbandingan Kejadian Longsorlahan yang Belum dan Sudah Terjadi di Tiap Sektor 6

Peta 2. Kerusakan Lahan Sawah Akibat Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Peta 3. Kerusakan Lahan Kebun Akibat Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Peta 4. Kerusakan Lahan Tegalan Akibat Longsorlahan Kecamatan Karanggayam 7

Peta 5. Kerusakan Lahan akibat Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Dari gambar dan peta di atas mengenai kerusakan dan kerugian tiap sektor, yaitu sektor permukiman, sektor sawah, sektor kebun, sektor tegalan, dan sektor hutan, sektor yang mengalami longsorlahan paling banyak adalah sektor kebun sedangkan sektor yang paling sedikit mengalami longsorlahan bahkan tidak mengalami longsorlahan adalah sektor hutan dan sektor permukiman. Untuk sektor tegalan dan sektor sawah juga mengalami longsorlahan akan tetapi tidak sebanyak longsorlahan pada sektor kebun. Semua satuan lahan yang mengalami kerusakan akibat longsorlahan termasuk ke dalam kerusakan ringan sehingga tidak menimbulkan kerugian yang siginifikan. Jenis longsorlahan yang sudah terjadi pada lokasi penelitian antara lain adalah jenis longsorlahan Rotational Landslide, Topples, Debris Flow, Block Translational Slide, Translational Slide, dan Earth Flow. Jenis longsorlahan tersebut ditentukan berdasarkan karakteristik longsorlahan masing masing kejadian longsor di lokasi penelitian. Arahan pengendalian longsorlahan mempertimbangkan tingkat potensi longsorlahan dan kejadian longsorlahan di lokasi penelitian. Satuan lahan yang sudah mengalami longsorlahan perlu dilakukan pengendalian longsorlahan. Untuk satuan lahan yang belum mengalami longsorlahan akan tetapi mempunyai potensi longsorlahan tinggi sampai sangat tinggi, perlu dilakukan arahan pengendalian longsorlahan. Arahan pengendalian longsorlahan dilakukan secara vegetatif dan mekanik, untuk pengendalian longsorlahan secara vegetatif dilakukan pada satuan lahan yang sudah mengalami longsorlahan dan satuan lahan yang belum mengalami longsorlahan, sedangkan 8

pengendalian longsorlahan secara mekanik dilakukan pada satuan lahan yang sudah mengalami longsorlahan. Berikut adalah Peta Arahan Konservasi Lahan Kecamatan Karanggayam : Peta 6. Arahan Pengendalian Longsorlahan Kecamatan Karanggayam Konservasi lahan dilakukan untuk mengembalikan lahan sesuai dengan fungsinya dan mengoptimalkan lahan yang ada di Kecamatan Karanggayam agar dapat memberikan manfaat yang maksimal namun tidak merusak lahan yang ada. Arahan konservasi lahan dilakukan dengan pertimbangan lereng, solum dan data erosi yang terjadi. Pemilihan metode konservasi lahan pada setiap lahan berdasarkan Pedoman Pemilihan Konservasi Tanah Secara Mekanik dan Vegetatif (Menteri Pertanian,2006:19) dengan memberikan kode A G dan menghasilkan prosentase tindakan arahan konservasi lahan yang disajikan pada gambar 3 dan peta arahan konservasi lahan yang disajikan pada peta 7. 9

Konservasi G 3% Konservasi F 3% BelumKonservasi 18% Konservasi A 5% Konservasi B 7% Konservasi C 0% Konservasi D 1% Konservasi E 63% Prosentase Tindakan Konservasi Gambar 3. Prosentase Tindakan Arahan Konservasi Lahan Peta 7. Arahan Konservasi Lahan Kecamatan Karanggayam Dari gambar 3 dan peta 7 diatas, dapat di ketahui bahwa Satuan lahan dengan arahan konservasi A mempunyai luas 894.87 Ha atau 4.38 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 15%-24% dan memiliki kedalaman tanah 100 cm. Satuan lahan dengan arahan konservasi B mempunyai luas 1313.68 Ha atau 6.78 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng 10

yaitu 17%- 24% dan memiliki kedalaman tanah 60 cm 85 cm. Satuan Lahan dengan arahan konservasi lahan C mempunyai luas 50.14 Ha atau 0,26 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 21%- 24%dan memiliki kedalaman tanah 30 cm 35 cm. Satuan lahan dengan arahan konservasi lahan D mempunyai luas 251.38 Ha atau 1,30 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 34% - 40% dan memiliki kedalaman tanah 95 cm 100 cm. Satuan lahan dengan arahan konservasi lahan E mempunyai luas 12238.62 Ha atau 63.14 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 28% - 40% dan memiliki kedalaman tanah 55 cm - 90 cm. Satuan lahan dengan arahan konservasi lahan F mempunyai luas 614.13 Ha atau 3,17 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Pada satuan lahan Tomt-KLaMk-IV-Tg mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 32 % dan memiliki kedalaman tanah 30 cm. Satuan lahan dengan arahan konservasi G mempunyai luas 526.44 Ha atau 2.72 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Satuan lahan yang diarahkan menggunakan konservasi ini mempunyai karakteristik kemiringan lereng yaitu 42% - 78% dan memiliki kedalaman tanah 58 cm 100 cm. Sedangkan Satuan lahan yang tidak perlu mendapatkan penanganan arahan konservasi lahan mempunyai luas total 3540.03 Ha atau 18,26 % dari luas total satuan lahan di Kecamatan Karanggayam. Berdasarkan hasil penelitian, satuan lahan yang sudah mengalami longsorlahan dan memerlukan arahan konservasi dapat disajikan pada gambar 4 berikut. 11

PERBANDINGAN TINDAKAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN 6 4 2 0 A B C D E F G Arahan Konservasi Lahan Gambar 4. Perbandingan Tindakan Konservasi yang Sudah Mengalami Longsorlahan Dari gambar 4 di atas, menjelaskan bahwa arahan konservasi lahan E adalah arahan konservasi yang paling banyak dilakukan akibat longsorlahan, hal tersebut sesuai dengan penelitian di lapangan bahwa 5 satuan lahan yang memerlukan arahan konservasi lahan E ini mempunyai karakteristik lahan dengan kemiringan lereng yaitu 28% - 40%, mengalami pelapukan yang kuat dengan memiliki kedalaman tanah 55 cm - 90 cm. Dari hasil penelitian identifikasi potensi, penilaian kerusakan dan kerugian longsorlahan serta arahan konservasi lahan di atas, dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran geografi pada materi proses eksogen dan pengaruhnya terhadap kehidupan yang dapat disajikan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan penelitian yang telah di lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pertama, Kecamatan Karanggayam terdiri dari empat tingkat potensi longsorlahan, yaitu potensi longsorlahan rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Untuk potensi longsorlahan rendah memiliki luas 61.89 Ha atau menempati 0,32 % dari luas total. Untuk potensi longsorlahan sedang memiliki luas 2223.43 Ha atau 11,44 % dari luas total. Untuk potensi longsorlahan tinggi memiliki luas 15286.61 Ha atau 78,68% dari luas total. Untuk potensi longsorlahan sangat tinggi memiliki luas 1857.36 Ha atau 9,56 % dari luas total. Kedua, Kecamatan Karanggayam mengalami kejadian longsorlahan dan mengakibatkan kerusakan pada satuan lahan sektor sawah, 12

sektor kebun, dan sektor tegalan dengan jenis longsorlahan Rotational Landslide, Topples, Debris Flow, Block Translational Slide, Translational Slide, Earth Flow. Sedangkan untuk lahan permukiman dan hutan belum mengalami kejadian longsorlahan. Ketiga, Kecamatan Karanggayam mempunyai 7 arahan konservasi lahan baik secara vegetatif maupun mekanik. Arahan konservasi A memiliki luas 849.87 Ha atau 4.38% dari luas total, arahan konservasi B memiliki luas 1313.68 Ha atau 6.78% dari luas total, arahan konservasi C memiliki luas 50.14 Ha atau 0.26% dari luas total, arahan konservasi D memiliki luas 251.38 Ha atau 1.30 % dari luas total, arahan konservasi E memiliki luas 12238.62 Ha atau 63.14 % dari luas total, arahan konservasi F memiliki luas 614.13 Ha atau 3.17% dari luas total, arahan konservasi G memiliki luas 526.44 Ha atau 2.72% dari luas total dan luas satuan lahan belum dilakukan arahan konservasi adalah 3540.03 Ha atau 18.26% dari luas total. Keempat, hasil penelitian di Kecamatan Karanggayam pada kajian implementasi hasil identifikasi potensi, penilaian kerusakan dan kerugian longsorlahan serta arahan konservasi lahan terhadap Kompetensi Dasar Menganalisis Hubungan Manusia dengan Lingkungan sebagai akibat Dinamika Litosfer pada Materi Pokok Pengaruh Proses Eksogen terhadap Kehidupan untuk Siswa SMA Kelas X dapat digunakan bagi pendidik maupun peserta didik di dalam proses belajar mengajar di kelas dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air Edisi Pertama. Bogor: IPB Press. Departemen Pertanian, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/OT.140/10/2006. (2006). Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Jakarta :Menteri Pertanian Hardiyatmo, H.C. (2006). Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kuswaji Dwi Priyono, dkk. (2006). Analisis tingkat bahaya longsor tanah di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Laporan Penelitian: Fakultas Geografi Muhammadiyah Surakarta Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset 13

Tim Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Penanganan Bencana ( P3B ) BAPPENAS. (2008). Penilaian Kerusakan dan Kerugian. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 14