KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUMTENTANG LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Polsek Tampan kota Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

I. PENDAHULUAN. kepengurusan dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Transkripsi:

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Judul Skripsi Nama Mahasiswa : KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG : Septian Alam No Pokok Mahasiswa : 1212011314 Bagian Fakultas : Hukum Administrasi Negara : Hukum MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Charles Jackson, S.H., MH Elman Eddy Patra, S.H., MH NIP. 19551217198101002 NIP. 196007141986031007 2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Upik Hamidah, S.H., M.H. NIP 19600606 198703 2 012

ABSTRAK KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG Oleh Septian Alam, Charles Jackson, S.H., MH, Elman Eddy Patra, S.H., MH Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 e-mail: septianalam25@gmail.com Peranan Kepolisian Republik Negara Indonesia mempunyai tujuan yang tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengatur " Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia". Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kebijakan dan faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap kebijakan kepala polisi daerah lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat Lampung? Pendekatan masalah pada penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif dan Empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa kebijakan kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat adalah program polisi dimana-mana. Dalam hal perlindungan bahwa pihak kepolisian mempunyai kebijakan untuk suatu upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat, dalam hal ini kebijakan yang dibuat oleh kepala Polisi Daerah Lampung adalah untuk menekan tingkat kejahatan seperti penjambretan, begal, kendaraan bodong. Faktor Penghambat kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat adalah keterbatasan fasilitas untuk memberikan pelayanan, salah satu contohnya adalah posko penjagaan polisi, yang tidak ada kursi untuk duduk dan tidak dapat memberi minum karena tidak ada meja, sehingga pelayanan kepada masyarakat kurang maksimal. Kemudian hal lain yang menjadi faktor penghambat adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kebijakan Kapolda ini, masyarakat menganggap bahwa program polisi dimana-mana sama halnya dengan patroli, atau pengamanan lalu lintas yang biasa, artinya masyarakat belum banyak yang mengetahui tentang program polisi dimana-mana. Kata kunci : kebijakan, upaya perlindungan, masyarakat

I. PENDAHULUAN Masyarakat adalah sekumpulan individu yang saling berinteraksi satu sama lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan setiap individu yang tergabung di dalam masyarakat tidaklah sama sehingga dapat menimbulkan pertentangan karena dalam proses pemenuhan kebutuhan, pasti akan ada individu yang merasa belum memperoleh haknya. Untuk menyelesaikan pertentangan tersebut, diperlukan peran penegak hukum yang dapat memberi perlindungan kepada masyarakat dengan mengutamakan keadilan, memperhatikan kepentingan masyarakat dan manfaat hukum yang diterapkan bagi masyarakat. Salah satu penegak hukum di Indonesia adalah Lembaga Kepolisian. Peranan Kepolisian Republik Negara Indonesia mempunyai tujuan yang tercantum dalam pasal 4 Undang- Undang Nomr 2 tahun 2002 tentang Indonesia yang mengatur : " Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia". Dalam naskah akademik yang dipersiapkan pada Tahun 1991 dalam rangka penyusunan Rancangan Undang-Undang kepolisian sebagai penyempurnaan dari Undang- Undang No. 13 Tahun 1961, telah dirumuskan pengertian istilah Keamanan dan Ketertiban Masyarakat sebagai berikut: "Keamanan dan Ketertiban Masyarakat suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat, yang merupakan salah satu prasyarat terselenggaranya proses Pembangunan Nasional". 1 Kepolisian diharapkan dapat menanggulangi masalah masyarakat secara preventif maupun represif. Peran kepolisian secara preventif adalah aktifitas pihak Kepolisian mencegah sebelum terjadinya pelanggaran hukum menjaga ketertiban dan mengadakan sosialisasi untuk mengenal hukum terhadap masyarakat. Dari tujuan dibentuknya badan kepolisian, maka dibentuklah tugas serta wewenang yang diberikan kepada pihak pihak kepolisian untuk mencapai tujuan tersebut yang tercantum dalam pasal 13 Undang-Undang Nomr 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia yaitu tugas pokok Indonesi adalah : 1 Markas Besar Indonesia, Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta 1991.

2 a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum;dan c. Memberikan pelayanan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Keenyataannya justru masyarakat itu sendiri yang menjadi salah satu pelaku tindak kejahatan, yeng menyebabkan keresahan dan rasa tidak aman kepada sesama masyarakat, salah satu contohnya pencurian kendaraan motor yang dianggap meresahkan masyarakat, kegiatan seperti ini lah yang mengancam keamanan dan ketentraman dalam bermasyarakat. Untuk itu diperlukan penjagaan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bentuk kebijakan yang diterapkan Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) dalam upaya memberikan perlindungan dalam hal ini masyaraka adalah program polisi dimana-mana, bahwa Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) mempunyai kebijakan untuk mempertimbangkan upaya dan langkah apa saja untuk melayani masyrakat dalam hal ini melindungi masyarakat, tolak ukur yang dipakai Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) dalam upaya meberikan perlindungan kepada masyarakat adalah hal apa saja yang selama ini meresahkan masyarakat. Dan tujuan dari program polisi dimana-mana ini yaitu Untuk menekan tingkat kejahatan seperti penjambretan, begal, kendaraan bodong. Bentuk pelaksanaan dari program polisi dimana-mana adalah penjagaan langsung dari pihak kepolisian dengan malakukan berbagai upaya dengan mendirikan pos penjagaan disetiap jalan raya dan daerah atau kelurahan. Penjagaan sangatlah penting dilaksanakan karena berguna untuk melakukan perlindungan dan pengawasan. Esensi dari penjagaan tidak lain memang untuk memberikan perlindungan kepada kepada masyarakat. Karena menyangkut penjagaan, pihak yang paling berwenang adalah POLRI karena pengamanan adalah bagian tugas pokok dari Polri. Dalam pasal 14 ayat 1 huruf a Undang- Undang Nomr 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan, dalam melaksanakan tugaspokoknya, polri bertugas melaksanakanpengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. Masih di ayat yang sama huruf b ditambahkan, Polri menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban. Penyebutan istilah petugas berwenang dalam ayat 2 dan 3 dalam pasal 65 peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 di atas, jelas menunjukan kepada petugas kepolisian, karena berdasarkan Undang-Undang hanya polisi yang mempunyai kewenangan melakukan pengaturan, penjagaan, pennngawalan dan patrol. Tidak ada Undang-Undang lain yang memberikan kewenangan demikian kepada instansi lain di luar kepolisian. Terkait dengan wewenang lembaga kepolisian dalam menjalankan tugasnya, dijelaskan dalam Undang- Undang Nomr 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, bahwa lembaga kepolisian dapat dinyatakan sah

3 dalam mengambil suatu keputusan tertentu diluar undang-undang selama keputusan tersebut bukan merupakan suatu pelanggaran yang berdampak negatif terhadap pihak yang berkasus. Melalui Undang- Undang tersebut, kita dapat mengetahui bahwa lembaga kepolisian dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat diberi kewenangan untuk dapat mengambil keputusan diluar undang-undang. Hal demikian merupakan salah satu konsep hukum administrasi Negara yang dikenal dengan asas diskresi sebagai asas yang memberi kebebasan bagi pemerintah untuk bertindak atau membuat keputusan berdasarakan keputusannya sendiri apabila belum ada peraturan yang mengatur permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui bagaimana kebijakan kepolisian dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat Lampung. Maka penulis berkesimpulan untuk mengadakan penelitian mengenai Kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada Masyarakat Lampung. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah kebijakan kepala polisi daerah Lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat Lampung? b. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap kebijakan kepala polisi daerah lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat Lampung? II. METODE PENELITIAN Pendekatan masalah pada penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif dan Empiris. Pendekatan normative dan empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meneliti serta mengumpulkan data priemer yg telah diperoleh secara langsung pada obyek penelitian (field research) melalui hasil observasi, wawancara dengan responden atau narasumber ditempat obyek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini di Kantor Polisi daerah Lampung yang selanjutnya disebut (POLDA). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data primer dan data sekunder. Berdasarkan pendekatan masalah dan sumber data yang diperlukan, maka pengumpulan data ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data yang telah disusun secara sistematis menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dilapangan dan disusun dalam uraian kalimatkalimat.

4 III. PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian Perlindungan menurut pihak Polisi Polda Lampung adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan disidang pengadilan. Aturan hukum tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek saja, akan tetapi harus berdasarkan kepentingan jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung sebagai subtansi maknawi didalamnya imferatif. Hakhak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik. Dalam pasal 13 UU No 2 Tahun 2002 dijelaskan bahwa tugas pokok Polisi adalah: 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. Menegakkan hukum; dan 3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sabab itu Kepala Kepolisian Daerah Lampung mengeluarkan suatu kebijakan yang disebut Polisi dimana-mana Untuk menekan tingkat kejahatan seperti penjambretan, begal, kendaraan bodong, jajarannya melakukan lebih intens razia kendaraan. Oleh sabab itu pihak yang melaksanakan kebijakan ini adalah pihak kepolisian. Dalam penelitian ini pihak Kepolisian berperan sebagai pelaksana dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam hal ini Kepolisian daerah Lampung (POLDA) lampung. Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda

5 (Wakapolda). Polda membawahi Indonesia Resor (Polres). Ada dua tipe Polda, yakni Tipe A dan Tipe B. Tipe A dipimpin seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal (Irjen), sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen). Setiap Polda menjaga keamanan sebuah Provinsi. Visi dan Misi Polda Lampung Visi : Bertekad mewujudkan Provinsi Lampung menjadi wilayah yang lebih aman dan tertib dengan budaya profesionalisme yang akan diwujudkan dalam bentuk meningkatkan penuntasan jumlah kriminalitas Tindak Pidana Khusus meliputi Kejahatan Trans nasional, Kejahatan yang merugikan Kekayaan Negara, Kejahatan yang berdampak Kontijensi dan pendekatan budaya dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat Misi : POLDA Lampung bertekad untuk selalu profesional dan proporsional dalam menjalankan tugasnya dengan mengedepankan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta selalu menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga Polri dapat menjadi mitra yang dipercaya dan dekat dengan masyarakat. Memberikan rasa aman dengan upaya yang keras namun terukur dapat dipertanggung jawabkan sehingga dapat menyelesaikan secara tuntas setiap perkara tindak pidana dan pelanggaran yang terjadi yang tentunya akan memberikan kontribusi positif dalam menekan laju kriminalitas di wilayah Provinsi Lampung. Menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat dengan kedisiplinan masing-masing anggota Polri, baik dalam dinas maupun kehidupan individu. 3.2 Kebijakan kepala Polisi Daerah Lampung Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Kepada Masyarakat Lampung Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka bahwa kebijakan adalah sebagai suatu program pencapai tujuan, nilainilai dan praktik-praktik. Dalam hal ini yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam program Polisi dimana-mana adalah seluruh jajaran staf Polda Lampung. Bentuk kebijakan yang diterapkan Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) dalam upaya memberikan perlindungan dalam hal ini masyarakat adalah program polisi dimana-mana, bahwa Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) mempunyai kebijakan untuk mempertimbangkan upaya dan langkah apa saja untuk melayani masyrakat dalam hal ini melindungi masyarakat, tolak ukur yang dipakai Kepala kepolisian Daerah (Kapolda) dalam upaya meberikan perlindungan kepada masyarakat adalah hal apa saja yang selama ini meresahkan masyarakat. Teknis perintah dari program polisi dimana-mana ini adalah perintah langsung dari kapolda kepada seluruh jajaran staf yang bertugas di POLDA dengan jadwal dan jam jam tertenu dalam melaksanakan program ini. Waktu tugas dalam menjalankan program polisi dimana-mana ini adalah sepanjang hari dengan

6 bergantian sif penjagaan antara petugas satu dan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Usman Wahid. Sebagai salah satu pelaksana program polisi dimana-mana tujuan dari program ini adalah guna untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, agar lebih dekat dengan masyarakat dan setiap saat dapat mengawasi dan melindungi masyarakat dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan polisi. Ada banyak dampak posotif dari program ini, dengan adanya progrma ini dapat secara langsung mengurangi atau mengatasi masalah dari masyarakat, dan yang terutama tujuan utama dari program ini yaitu menekan angka kejahatan seperti begal motor, pencurian, perjudian dan lain sebagainya. Selanjutnya Bripka Usman Wahid mengatakan bahwa peran aktif masyarakat juga sangat penting dalam proses kebijakan polisi dimana-mana ini, masyarakat diharapkan bekerja sama dengan pihak kepolisian dengan cara memberikan laporan kepada pihak kepolisian bahwa apa saja yang dibutuhkan masyarakat apa saja hal yang mengganggu ketenangan dan ketentraman masyarakat itu sendiri, sehingga apabila masyarakat juga ikut membantu dalam program ini maka dapat mempermudah pihak kepolisian dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada masyarakat. Perlindungan hukum dapat diuraikan menurut unsur-unsur katanya. Kata perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal dari kata lindung yang berarti menempatkan dibalik atau di belakang sesuatu agar tidak kelihatan, Perlindungan adalah hal atau perbuatan melindungi. Perlindungan dapat diartikan jugasebagai perbuatan melindungi, menjaga dan memberikan pertolongan supaya selamat. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Jaenal Arifin sebagai Masyarakat Lampung tepatnya di Bandar Lampung bahwa dengan adanya program polisi dimana-mana ini tentunya masyarakat merasa aman, merasa lebih dekat dengan pihak kepolisian. Lalu selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan saudari Tiara N sebagai salah satu masyarakat Lampung bahwa dengan adanya program polisi dimna-mana ini bahwa angaka kejahatan dimasyarakat mulai mengurang baik itu pencurian dan pembegalan. 3.3 Peranan Kepolisian di Masyarakat Setelah saya membaca dan membahas pada undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, terlebih saya membaca peran beserta wewenang kepolisian dalam pasal 13 sampai dengan pasal 19 yang mana pada pasal tersebut yang menyangkut tentang masalah peranan kepolisian. Peranan kepolisian dimasyarakat adalah sebagai mitra yang saling membutuhkan, kita sepakat bahwa

7 polisi atau petugas kepolisian mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat sebagai pengayom masyarakat, penegak hukum, yaitu mempunyai tanggung jawab khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan menangani kejahatan, baik dalam bentuk tindakan terhadap pelaku kejahatan maupun dalam bentuk upaya pencegahan kejahatan agar para masyarakat dapat hidup dan bekerja dalam keadaan aman dan tentram. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan polisi adalah dengan berkenaan dengan masalah-masalah sosial yaitu berkenaan dengan suatu gejala yang ada dalam kehidupan sosial sebagai beban atau gangguan yang merugukan masyarakat tersebut. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat setempat yaitu dimana gejala-gejala sosial tersebut terwujud, maupun masyarakat luas dimana masyarakat tersebut menjadi bagianya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat nasional. Pengertian masyarakat juga mencakup oengertian administrasi pemerintahanya atau tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mewakili kepentingan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Ringkasnya, peranan polisi dalam menegakan hukum dan melindungi masyarakat serta berbagai gangguan rasa tidak aman dan kejahatan adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, baik melindungi masyarakat maupun melindungu berbagai lembaga, kebudayaan ekonomi yang produktif. Pada dasarnya hubungan kepolisian dengan masyarakat terbagi dalam tiga katagori: 1. Posisi seimbang dan setara, dimana polisi dan masyarakat menjadi mitra yang saling bekerja sama dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. 2. Posisi polisi yang dianggap masyarakat sebagai mitranya, sehingga beberapa kebutuhan rasa aman harus dipahami dan dipenuhi. 3. Posisi polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, sekaligus sebagai aparat penegak hukum yang dapat dipercaya. 3.4 Faktor-faktor Yang Menjadi Penghambat Kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Kepada Masyarakat Lampung Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka. Usman Wahid dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang menjadi penghambat kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya Memberikan perlindungan kepada masyarakat adalah keterbatasan fasilitas untuk memberikan pelayanan, salah satu contohnya adalah posko penjagaan polisi, seperti saat melakukan wawancara ini Bripka Usman Wahid mengatakan tidak dapat mempersilahkan saya duduk dikarenakan tidak ada kursi dan tidak dapat memberi minum karena tidak ada meja, sehingga pelayanan kepada masyarakat kurang maksimal. Kemudian hal lain yang menjadi faktor penghambat adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kebijakan Kapolda ini, masyarakat menganggap bahwa program polisi dimana-mana sama halnya dengan patroli, atau pengamanan lalu lintas

8 yang biasa, artinya masyarakat belum banyak yang mengetahui tentang program polisi dimana-mana ini. 4.1 Kesimpulan IV. PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat adalah program polisi dimana-mana. Dalam hal perlindungan bahwa pihak kepolisian mempunyai kebijakan untuk suatu upaya memberikan perlindungan kepada masyarakat, dalam hal ini kebijakan yang dibuat oleh kepala Polisi Daerah Lampung adalah Untuk menekan tingkat kejahatan seperti penjambretan, begal, kendaraan bodong. 2. Faktor Penghambat kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung dalam upaya Memberikan perlindungan kepada masyarakat adalah keterbatasan fasilitas untuk memberikan pelayanan, salah satu contohnya adalah posko penjagaan polisi, seperti saat melakukan wawancara ini Bripka Usman Wahid mengatakan tidak dapat mempersilahkan saya duduk dikarenakan tidak ada kursi dan tidak dapat memberi minum karena tidak ada meja, sehingga pelayanan kepada masyarakat kurang maksimal. Kemudian hal lain yang menjadi faktor penghambat adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan kebijakan KAPOLDA ini, masyarakat menganggap bahwa program polisi dimana-mana sama halnya dengan patroli, atau pengamanan lalu lintas yang biasa, artinya masyarakat belum banyak yang mengetahui tentang program polisi dimana-mana 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan diata, peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut : 1. Diharapkan Kepala polisi daerah lampung membuat dan menambah posko penjagaan polisi agar pihak kepolisian dapat maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat. 2. Diharapkan pihak kepolisian memberikan sosialisasi tentang program polisi dimana-mana ini supaya masyarakat dapat memahami dan mengerti fungsi dari kebijakan Kapolda ini. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia.Naskah Akademik. Rancangan Undang-Undang tentang Indonesia.(Jakarta 1991) Undang_Undang Dasar 1945 Undang-UndangNomr 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia PeraturanPemerintah No.2 Tahun 2002 Tentang Tatacara Perlindungan Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat