TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kemaraya Kota Kendari

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU BERSALIN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Nisa khoiriah INTISARI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6-12 BULAN DI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

ANALISIS PERILAKU IBU MENYUSUI DI KELURAHAN PAROPO KECAMATAN PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR. * Ignata Apolonia B * Dosen tetap Prodi Kebidanan Sandi Karsa

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

ARIS SETYADI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Disusun Oleh : NOVIC ISMAN J PROGRAM FAKULTAS

PENDAHULUAN Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,

MOTIVASI WANITA BEKERJA DALAM MEMBERIKAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN ERLINA WIDYASTUTI

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI ABSTRAK

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

Ika Endar Ariyana 1,Machmudah 2,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

Anestesia Wulandari 1), Wulandari Meikawati 2), Novita Kumalasari 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN BERAT BADAN BERDASARKAN JENIS KONSUMSI SUSU PADA BAYI UMUR 6 BULAN DI PUSKESMAS MANTRIJERON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS CILACAP UTARA

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Transkripsi:

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG 1 Yuliana Noor Setiawati Ulvie, 2 Erna Kusumawati 1,2 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang 1 ulvieanna@gmail.com,, 2 cayangatha@gmail.com ABSTRACT UNICEF that babies fed formula have the possibility of death in the first month of his birth 25 times higher than in infants who were exclusively breastfed. Factors inhibiting the formation of awareness of parents in exclusive breastfeeding mother is ignorance about the importance of breastfeeding, how breastfeeding techniques, as well as marketing in Boost aggressively by milk producers. The research objective was to determine the level of education and knowledge in the formula feeding mothers to infants under the age of 6 months in Puskesmas Bangetayu Semarang. design of the study is retrospective analytic observation. The population in this study is a mother who has a baby under 6 months of age and fed formula milk in Semarang City Health Center Bangetayu many as 150 people. The number of samples in this study were 60 mothers with infants under 6 months of age and formula-fed at PHC Bangetayu. Analysis of the data used is the Chi-Square test. The research most respondents age is the age of 21-35 years as many as 48 respondents (80%). Age babies start eating Milk Formula is 0 months as many as 16 infants (26.7%) and education level of respondents most is basic education (elementary, middle) as many as 27 respondents (45%). Knowledge of the respondents include the category of less is 27 people (45%) Keywords: Level of education, level of knowledge, Formula Milk, Baby under 6 months ABSTRAK UNICEF menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh produsen susu. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dalam pemberian susu formula pada bayi dibawah usia 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan dan diberi susu formula di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang sebanyak 150 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan dan diberi susu formula di Puskesmas Bangetayu. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi-Square. Berdasarkan hasil penelitian usia responden paling banyak adalah usia 21-35 tahun sebanyak 48 responden (80%). Usia bayi mulai mengkonsumsi Susu Formula adalah 0 bulan sebanyak 16 bayi (26.7%) dan tingkat pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sebanyak 27 responden (45%). Pengetahuan responden termasuk katagori kurang adalah 27 orang (45%) Kata kunci: Tingkat pendidikan, pengetahuan, Susu Formula, Bayi usia dibawah 6 bulan 336

1. PENDAHULUAN Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif selama 4 6 bulan. Namun pada tahun 2001, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut 4 6 bulan menjadi 6 bulan. Menurut World Health Organization (WHO), cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan serta meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya (Depkes RI, 2007). ASI sudah diketahui keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta dukungan suami yang rendah (Depkes RI, 2007). Makin banyak pilihan produk dan merk susu formula untuk bayi berusia di bawah 6 bulan di Indonesia. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati pada saat memutuskan memilih susu formula. Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi adalah ASI (IDAI, 2006). Setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Akan tetapi, masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI untuk bayi, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat berguna. Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi (WHO, 2013). UNICEF menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif. Menurut UNICEF faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh produsen susu (UNICEF, 2008). Hasil penelitian Dwinda (2006), menyatakan bahwa bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur 6 kali lebih banyak. Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu tindakan tenaga kesehatan, Ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar oleh tindakan tenaga kesehatan baik sebanyak 28 responden (90,3%) sehingga peran petugas kesehatan sangat mempengaruhi ibu dalam memberikan susu formula (Erfiana, 2012). Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002, memaparkan bayi di Indonesia yang diberikan ASI eksklusif sebesar 28%, angka ini meningkat menjadi 32% pada tahun 2007. Jumlah bayi yang diberi susu formula juga mengalami peningkatan, tercatat ada 17% bayi yang diberi susu formula di tahun 2002 dan meningkat menjadi 27,9% di tahun 2007 (SDKI, 2007). Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang) tahun 2010 menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 37,26% mengalami peningkatan menjadi 45,09%. Data DKK Semarang tahun 2012, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kota Semarang telah mencapai target renstra (45%) dan bila 337

dibandingkan dengan target nasional masih di bawah target (80%). Sedangkan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 ada peningkatan dari 45,09% menjadi 64,01% pada tahun 2012 (Dinkes, 2012). Hal ini diduga karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui, ada peningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui dan cara menyusui yang tepat, dukungan dari keluarga, serta adanya komitmen pengambil kebijakan. Tahun 2010 di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang pencapaian ASI eksklusif sebesar 41,31 % dan pada tahun 2011 menurun menjadi 28,57 %. Data dari DKK Kota Semarang, pada tahun 2012 cakupan ASI eksklusif meningkat yaitu 49,04 tetapi masih di bawah target nasional sebesar 64,01 % (Dinkes, 2012). Data yang diambil awal tahun 2014 di Puskesmas Bangetayu dari 201 bayi hanya 49 (15,2 %) bayi yang diberi ASI eksklusif dan cakupan pemberian ASI ekslusif masih sangat rendah bila dibandingkan dengan pencapaian target di Kota Semarang yaitu 49,04 %. Hasil studi pendahuluan bayi usia di bawah 6 bulan hanya 3 dari 10 bayi yang diberi ASI eksklusif, sedangkan yang lainnya sudah diberi susu formula. Hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan adalah 7 orang ibu tidak mengetahui efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dalam pemberian susu formula pada bayi dibawah usia 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 2. KAJIAN LITERATUR Susu formula menurut WHO (2004), yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2.7 4.1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1.2 1.9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5.4 8.2 g tiap 100 ml (Khasanah, 2011). Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, serta mengandung banyak garam (Khasanah, 2011). Dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain gangguan saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernapasan, meningkatkan resiko serangan asma, meningkatkan kejadian karies gigi susu, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko kematian (Roesli, 2008) Faktor - faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan adalah pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, ekonomi, budaya, psikologis, kesehatan, informasi susu formula, Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita, ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol, peran petugas kesehatan (Arifin, 2004) 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research). Metode penelitian yang digunakan adalah observasi retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan dan diberi susu formula di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang sebanyak 150 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia di bawah 6 bulan dan diberi susu formula di Puskesmas Bangetayu sejumlah 60 orang. Analisa data untuk menganalisis tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dalam pemberian susu 338

formula pada bayi usia dibawah 6 bulan menggunakan uji Chi-Square. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik responden adalah sebagai berikut: a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan usia Responden Usia responden dikatagorikan menjadi <20 tahun, 21 35 tahun, 36-40 tahun. Distribusi frekuensi usia responden sebagai berikut No Tabel 1. Distribusi frekuensi usia responden Usia Frekuensi Responden (Tahun) 1. < 20 6 10 2. 21-35 48 80 3. 36-40 6 10 Jumlah 60 100 Berdasarkan data tabel 1 menunjukkan bahwa dari 60 responden usia dengan frekuensi paling banyak adalah usia 21 35 tahun sebanyak 48 responden (60%) karena usia tersebut termasuk usia produktif dan usia yang aman untuk hamil. b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan dikatagorikan menjadi Pendidikan Dasar (SD dan SMP), Pendidikan Menengah (SMA) dan Pendidikan Tinggi (PT/Akademi). Berdasarkan data tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 responden tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sebanyak 27 responden (45%) dan 11 responden (18,3%) yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi (PT/Akademi) sisanya adalah berpendidikan menengah (SMA). No Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden. Pendidikan Frekuensi Responden 1. Pendidikan Dasar (SD, SMP) 2. Pendidikan Menengah (SMA) 3. Pendidikan Tinggi 27 45 22 36.7 11 18.3 (PT/Akademi) Jumlah 60 100 c. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Distribusi frekuensi pekerjaan responden diklasifikasikan menjadi pedagang, karyawan swasta, buruh, PNS dan Ibu Rumah Tangga. Tabel 3. Distribusi frekuensi pekerjaan responden No Pekerjaan Frekuensi 1. Pedagang 0 0 2. Karyawan 33.3 20 swasta 3. Buruh 3 5 4. Pegawai Negeri 1 1.7 Sipil (PNS) 5. Ibu Rumah tangga 36 60 (IRT) Jumlah 60 100,0 Berdasarkan data tabel 3 pekerjaan responden paling banyak adalah Ibu rumah tangga sebanyak 36 orang (60%) dan paling sedikit adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 1 orang (1.7%) 339

d. Distribusi Frekuensi Usia Bayi Distribusi frekuensi usia bayi yang menjadi sampel adalah sebagai berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Usia Bayi No Usia Bayi Frekuensi (tahun) 1 0 3 20 33.33 2 4-6 40 66.67 Jumlah 60 100,0 Berdasarkan data tabel 4 usia bayi paling banyak yang menjadi sampel adalah bayi usia 4 6 bulan sebanyak 40 orang (66.67%). e. Distribusi Frekuensi Usia Bayi mulai mengkonsumsi Susu Formula Distribusi frekuensi usia bayi yang mulai mengkonsumsi susu formula adalah sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi Frekuensi Usia Bayi mulai mengkonsumsi Susu Formula No Usia Bayi Frekuensi (tahun) 1. 0 16 26.7 2. 1 8 13.3 3. 2 12 20 4. 3 8 13.3 5. 3.5 1 1.7 6. 4 7 11.7 7. 5 8 13.3 Jumlah 60 100,0 Berdasarkan data tabel 5 usia bayi mulai mengkonsumsi susu formula paling banyak adalah usia 0 bulan sebanyak 16 orang (26.7%) dan paling sedikit adalah bayi usia 3.5 bulan sebanyak 1 orang (1.7%). f. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang efek pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan Tabel 6. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan. No Pengetahuan Frekuensi 1. Baik 18 30 2. Cukup 15 25 3. Kurang 27 45 Total 60 100 Berdasarkan data tabel 6 pengetahuan responden tentang dampak pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan yang termasuk katagori baik adalah 18 orang (30%) dan katagori kurang adalah 27 orang (45%). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sebanyak 27 responden (45%). Dari hasil analisis data diperoleh bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian susu formula pada bayi usia dibawah 6 bulan dengan nilai p = 0.035 (p<0.05) dan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian susu formula pada bayi usia dibawah 6 bulan dengan nilai p = 0.042 (p<0.05) Target cakupan ASI eksklusif oleh Depkes RI sebesar 80% masih sulit dilaksanakan. Berbagai studi menunjukkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah. Ada berbegai faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan ASI eksklusif. Pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh positif terhadap keberhasilan ASI eksklusif, sedangkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah faktor pemungkin yang kuat terhadap keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif. Dari segi faktor pendorong, dukungan tenaga kesehatan penolong persalinan paling nyata pengaruhnya dalam keberhasilan pelaksanaan ASI 340

eksklusif. Di sisi lain, iklan susu formula di media massa maupun elektronik ternyata mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif terutama pada ibu yang berpendidikan rendah (Fikawati dan Syafiq, 2009). Faktor predisposisi yaitu faktor pemicu atau pemudah yang memberikan kecenderungan seorang ibu untuk memberikan susu formula. Faktor yang dianggap sebagi pemicu seorang ibu untuk memberika susu formula adalah umur, pendidikan, pengetahuan, motivasi, sikap dan kepercayaan. Faktor yang mempengaruhi responden berpengetahuan kurang tentang dampak pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan karena saat usia reproduktif, masa kehamilan sampai bersalin tidak pernah diberi pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif serta belum pernah mendapat informasi dari media masa. Hal itu sesuai dengan teori yang mengatakan Pengetahuan merupakan hasil tahu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan dan informasi dari media massa. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan media massa merupakan salah satu alat untuk memperoleh pengetahuan tentang suatu objek. Keduanya mempunyai peran penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang (Wawan dan Dewi, 2010). Demikian juga faktor yang mempengaruhi responden berpengetahuan cukup tentang dampak pemberian susu formula pada bayi usia di bawah 6 bulan karena dipengaruhi oleh pengalaman saat memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Hal ini sesuai dengan Wawan dan Dewi (2010), yang menyatakan bahwa Pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kemungkinan ibu melakukan praktik pemberian susu formula. Ibu yang berpendidikan tinggi umumnya mempunyai pengetahuan lebih banyak tentang dampak pemberian susu formula dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi dan berpengetahuan tentang dampak susu formula memiliki potensi untuk mengintervensi tenaga kesehatan untuk tidak memberikan susu formula kepada bayinya. Pengetahuan ibu berperan penting dalam pelaksanaan pemberian susu formula, sehingga upaya meningkatkan pengetahuan harus dilaksanakan sebelum persalinan. Informasi ASI Eksklusif dan dampak pemberian susu formula paling baik diberikan ketika perawatan antenatal care 5. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dididapatkan usia bayi paling banyak mulai mengkonsumsi susu formula adalah 0 bulan sebanyak 16 bayi (26.7%). Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu 27 responden (45%) dan tingkat pengetahuan responden termasuk katagori kurang adalah 27 orang (45%) Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pelaksanaan ASI eksklusif khususnya pada saat antenatal care dan bukannya setelah persalinan. Iklan susu formula dengan berbagai cara seperti menyediakan informasi tandingan dan bentuk pendidikan lain. Perlu ditegaskan aturan ketat iklan susu formula baik di media massa maupun elektronik serta kampanye terselubung melalui tenaga kesehatan penolong persalinan. 341

6. REFERENSI Arifin, S. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu Melahirkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui Sejak Lahir sampai Enam Bulan hanya ASI saja. Jakarta. Departeman Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pendampingan Kelurga Menuju Kadarazi. Jakarta. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2007. UNICEF dan Depkes RI. 2008. Petunjuk praktis bagi Ibu Kader dalam Menyusui. Direktorat Jendral Bina Kesehatana Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta. Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Cetakan II. Nuha Medika. Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Rekap Laporan ASI eksklusif. Dwinda. 2006. Susu Formula. EGC. Jakarta. Erfiana, Irma. 2012. Kajian Berbagai Faktor yang Berperan dalam Pemberian Susu Formula Awal pada Bayi (6-8) di Kelurahan Tugu Jaya Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Jawa Barat, Universitas Siliwangi. Fikawati, S dan Syafiq, S. 2009. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal kesehatan Masyarakat Nasional Vol.4, No.3, Desember 2009. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 2013. Rekap Laporan ASI Eksklusif. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui dini. Jakarta: Pustaka Bunda. 342