BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pelarut, penyusun struktur sel, katalisator proses enzimatis, pengisi ruang sel, pengatur suhu tubuh, dan berperan dalam peredaran darah serta ekskresi metabolisme (Briawan et al, 2001). Menurut Proboprastowo & Dwiriyani (2004) Penentuan kebutuhan air ditentukan dengan metode keseimbangan antara pengeluaran dan konsumsi air. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Pada orang sehat penentuan kebutuhan air dapat didasarkan pada usia, berat badan, konsumsi energi, dan luas permukaan tubuh. Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak 1500 2000 ml sehari. Kebutuhan air meningkat seiring peningkatan usia. Secara normal, tubuh akan kehilangan cairan melalui urin, keringat, maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan 1
tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti (Sawka et al. 2007). Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan istirahat. Oleh karena itu, saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Banyaknya keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga, intensitas olahraga, lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan. Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas air, namun keringat juga mengandung elektrolit (Primana, 2012) Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dapat mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak dari pada pemasukan (misalnya minum). Dehidrasi juga dapat terjadi tanpa disadari di saat melakukan aktivitas dan juga karena cuaca panas (D anci et al., 2009). Menurut Coyle (2004) faktor penyebab terjadinya dehidrasi adalah faktor cuaca atau kondisi suhu lingkungan yang panas, faktor ini dapat mengakibatkan keluarnya keringat dalam jumlah yang banyak. Indonesia merupakan negara dengan suhu tropis, sehingga suhu yang terdapat di Indonesia cukup tinggi. Apabila pada kondisi ini tidak diseimbangi dengan mengonsumsi cairan yang cukup, maka adanya cairan yang banyak dieksresikan melalui insensible loss yang menyebabkan terjadinya dehidrasi. 2
Menurut Maughan (2000) faktor lain yang mempengaruhi kehilangan cairan adalah tingkat aktivitas yang dilakukan seseorang. Setiap orang mempunyai tingkat aktivitas fisik yang berbeda, termasuk mahasiswa. Mahasiswa merupakan pelajar yang mempunyai berbagai macam aktifitas fisik, selain kegiatan perkuliahan, banyak juga dari mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi, baik organisasi yang berada di kampus maupun di luar kampus. Menurut Nurmelly (2005) setiap orang memiliki pola emosional yang bebeda-beda dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif. Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Emosi memegang peranan penting dalam kehidupan individu, emosi juga memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental tetap terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosinya yang konstruktif (Nurmelly, 2005). Konsumsi cairan yang kurang (dehidrasi) banyak terjadi pada remaja dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya mengonsumsi cairan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tawarniate (2011) 3
terdapat 70,1% kejadian dehidrasi yang tidak disadari pada mahasiswa UGM. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi caloncalon intelektual, mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat. Mahasiswa merupakan perpindahan dari usia remaja ke dewasa sehingga mahasiswa dapat dikelompokkan dalam kategori remaja akhir (usia 17-20 tahun). Di Indonesia banyak terdapat peguruan tinggi (Universitas), salah satunya adalah Universitas Gadjah Mada (UGM), UGM merupakan salah satu unversitas unggulan yang ada di Indonesia, berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa mahasiswa UGM mempunyai pengetahuan yang lebih, baik dalam hal kognitif maupun praktek dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pemilihan mengonsumsi makanan dan minuman serta mengontrol tingkat emosional dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini belum ada penelitian yang membahas mengenai tingkat konsumsi cairan yang dihubungkan dengan tingkat emosi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengamati tentang hubungan konsumsi cairan terhadap tingkat emosi pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana rata-rata konsumsi cairan pada mahasiswa UGM? 2. Apa saja jenis minuman yang dikonsumsi oleh mahasiswa UGM 3. Bagaimanakah respon emosi pada mahasiswa UGM? 4. Apakah ada hubungan antara konsumsi cairan dengan respon emosi? 4
C. Tujuan Penelitian 1. Umum Mengidentifikasi hubungan konsumsi cairan terhadap respon emosi pada mahasiswa di UGM. 2. Khusus a. Mengetahui rata-rata konsumsi cairan pada mahasiswa di UGM. b. Mengetahui jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh mahasiswa di UGM. c. Mengetahui respon emosi pada mahasiswa di UGM d. Mengetahui hubungan jenis konsumsi cairan dengan respon emosi pada mahasiswa di UGM D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Mendapatkan pengetahuan dan wawasan tambahan tentang tingkat emosional pada mahasiswa yang berhubungan dengan asupan cairannya. 2. Bagi institusi Dapat digunakan sebagai landasan teori atau acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi masyarakat Mendapatkan wawasan tambahan mengenai asupan cairan terhadap tingkat emosional. 5
E. Keaslian penelitian Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian mengenai hubungan konsumsi cairan terhadap tingkat emosi pada mahasiswa di UGM belum dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan : 1. Identifikasi Dehidrasi dengan Pengukuran Ortostatik dan Frekuensi Konsumsi Cairan pada Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, oleh Maya Devi Tawarniate (2011). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan observasional dan desain cross sectional, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dehidrasi yang tidak disadari pada mahasiswa UGM dengan pengukuran ortostatik dan frekuensi konsumsi cairan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat 70,1% prevalensi yang tidak disadari pada mahasiswa UGM dan rata-rata jumlah cairan yang dikonsumsi dari minuman oleh mahasiswa UGM adalah 1826,97±686,01 SD. Persamaan dengan penelitian di atas terletak pada desain penelitian dan populasi penelitiannya, yaitu dengan menggunakan pendekatan obesrvational dengan desain cross sectional dan pada populasi mahasiswa di UGM, adapun perbedaaannya adalah terletak pada metode yang digunakan yaitu penelitian di atas menggunakan pengukuran ortostatik untuk mengetahui tingkat dehidrasi yang tidak yang tidak disadari. 2. Kebiasaan Minum dan Asupan Cairan Remaja Pekotaan, oleh Briawan, D., et al., (2001). Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain cross sectional, adapun tujuan dari 6
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebiasaan minum dan menilai asupan cairan pada remaja di perkotaan, sampel penelitiannya adalah siswa yang sehat kelas X dan XI di SMA 2 Bogor. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil rata-rata asupan air pada siswa kelas X dan XI di SMA 2 bogor adalah 2.582 ± 834 ml, 2.939 ± 922 ml untuk anak laki-laki dan 2250 ± 581 ml untuk anak perempuan. Asupan air total untuk makanan padat adalah 656 ± 256 ml sedangkan minuman 1.927 ± 704. Dapat dikatakan bahwa rata-rata asupan air pada remaja perkotaan memadai. Persamaan dengan penelitian di atas terletak pada desain penelitian yang digunakan desain cross sectional, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada metode pengumpulan data asupan cairan, yaitu dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. 3. Heartbeat Detection and the Experience of Emotions, oleh Wien, S., et al., (2000). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi viceral dengan pengalaman emosi. Sampel penelitiannya adalah mahasiswa dengan usia 18-41 tahun (M= 21,8) sebanyak 52 orang ( wanita sebanyak 33 orang dan pria sebanyak 19 orang). 52 mahasiswa dikelompokkan berdasarkan detak jantung, detak jantung yang baik (n=9 ), kurang baik/lemah (n=43) dan subjek disajikan 2 set film dan diminta untuk memberi tanggapan emosi (senang, marah, dan takut) terhadap film tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah terdapatnya perbedaan 7
yang signifikan antara deteksi detak jantung dengan interaksi jenis film (p< 0,05) dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi viceral berperan penting dalam pengalaman intensitas emosi. Persamaan dengan penelitian diatas adalah terletak pada cara menstimulasi emosi yaitu dengan cara pemutaran film/video clip. Adapun perbedaan dari penelitian diatas terletak pada variabel bebas yaitu deteksi detak jantung. 8