BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dalam ajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qomar:17). 1

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar, meliputi manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada proses pembelajaran di dalamnya, proses pembelajaran meliputi

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. kebahagian di akhirat. Bagi orang Islam tentunya wajib mempelajari kitab

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. Choirul Mahfud, Pendidikan Multi Kultural, Kita, Pustaka Belajar, Yogyakarta, Cet I, 2006, hlm.34. 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dipahami, sehingga terjadi integrasi antarsesama. manusia, bahasa juga digunakan oleh Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran-

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia. merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

BAB I PENDAHULUAN. karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama, terutama di Sekolah

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.1 Di antara usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Mendidik bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, namun lebih dari itu. Pada dasarnya mendidik adalah proses membantu menumbuhkembangkan kepribadian peserta didik. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2 Usaha yang dilakukan guru untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak didik adalah dengan mengajar. Pada hakikatnya mengajar adalah proses yang menghantarkan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar dan mengajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu. Al quran dan Al sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan (wisdom), serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.3 Di dalam Al quran, kata al- ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW. menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia, seperti dalam QS. Al Alaq-96: 1-5 1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2 Abu Ahmadi Dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, Hlm: 69 3 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, Hlm: 2 1

2 Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya 4 Pada ayat pertama dalam surat al alaq terdapat kata iqra, dimana Allah SWT. melalui malaikat Jibril memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca (iqra ). Menurut Syihab iqra berasal dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata iqra tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan kegiatan belajar, karena dalam belajar juga mengandung kegiatankegiatan seperti mendalami, meneliti, membaca, dan lain sebagainya.5 Pada umumnya belajar dimulai dengan membaca sebagai salah satu keterampilan awal, membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan menulis yang harus dimiliki oleh seorang siswa. Kemampuan membaca ialah dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, jika anak pada usia permulaan tidak dapat menguasai keterampilan membaca tersebut maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai mata pelajaran pada kelas-kelas berikutnya. Fakta yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah pada kelas rendah bahkan pada kelas tinggi terdapat siswa yang belum dapat membaca. Hal tersebut dapat mengakibatkan hambatan-hambatan dalam belajar, karena siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan suatu pelajaran tanpa membaca. Sehingga akan berakibat negatif pada prestasi belajarnya. 4 5 Departemen Agama, Al Quran Dan Terjemah, Karya Agung, Surabaya, 2006, Hlm: 600 Ibid, Hlm: 2

3 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional di sebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Tujuan-tujuan tersebut mengharuskan bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif, atau ideal adalah hal-hal yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling.7 Sekolah tidak terlepas dari faktor kerja sama para guru kelas, guru bidang dan kepala madrasah dalam mewujudkan sekolah yang baik dan berkualitas. Guru kelas merupakan guru yang paling banyak pekerjaannya, selain mengajar dan mendidik juga membimbing siswanya manakala salah satu atau beberapa siswanya mengalami hambatan-hambatan dalam belajar. Hal ini merupakan masalah yang harus ditangani oleh guru kelas yang bersangkutan. Oleh karena itu guru di tingkat SD/MI benar-benar merangkap menjadi guru kelas sekaligus sebagai pembimbing. Dari ulasan diatas, peneliti memfokuskan serta melihat dari aspek peran masing-masing guru terhadap siswa-siswinya. Salah satunya adalah peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca siswa sebagai cara untuk memberikan pendidikan dengan mentransfer pengetahuan dan mengembangkan keterampilan secara baik dan efektif kepada anak didik yang bermasalah. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 7 Sutirna, Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal Dan Informal, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2013, Hlm: 56

4 Karena pada faktanya, tidak sedikit anak-anak didik yang mempunyai kemampuan atau potensi yang cukup tinggi harus puas dengan hasil belajar yang pas-pasan saja atau bahkan ada yang gagal. Masalah kesulitan belajar membaca yang sering dialami oleh para anak didik di sekolah pada kelas rendah merupakan masalah penting. Hal tersebut penting karena kesulitan belajar membaca tersebut akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri anak didik itu sendiri ataupun bagi lingkungannya. Keadaan semacam ini mengharuskan seorang guru untuk memberikan bantuan kepada anak didikanak didik tersebut. Bantuan yang dapat diberikan oleh guru adalah dengan membantunya keluar dari masalah kesulitan belajar membaca yang dialaminya itu. Sesuai dengan uraian di atas, peran guru selain mengajar adalah memberikan bimbingan atau bantuan terhadap seluruh siswa di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Hal ini dikarenakan guru sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang setiap hari berada bersama siswa dalam proses pendidikan sehingga lebih memahami perkembangan siswanya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada guru kelas II MI NU Manafiul Ulum 02, terdapat lima orang siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca. Siswa-siswa tersebut mempunyai prestasi belajar yang rendah dilihat dari hasil belajarnya di karenakan mereka mengalami kesulitan belajar membaca. Oleh karena itu perlu adanya penanganan kesulitan belajar membaca pada anak yang mengalami hambatan belajar tersebut. Berdasarkan hasil survey awal diketahui bahwa problematika kesulitan belajar membaca siswa berdampak pada hasil belajar atau prestasi dan kelancaran proses belajar mengajar di kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus. Berdasarkan hal tersebut, ada ketertarikan peneliti terhadap masalah kesulitan belajar membaca yang dihadapi siswa kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 serta perlakuan apa yang diberikan oleh guru sebagai pembimbing dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut tercantum dalam judul Peran Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca

5 Siswa Kelas II (Studi Kasus Di MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus) B. Fokus Penelitian Menentukan fokus penelitian umumnya dilihat dari gejala yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan mendapatkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.8 Penelitian ini difokuskan pada: 1. Peran Guru 2. Upaya penanganan Masalah Kesulitan Belajar Membaca Karena peran seorang guru adalah membimbing, mengarahkan dan mendidik, serta mentransfer ilmu kepada anak didik. Maka tidak salah apabila guru memberikan perlakuan khusus kepada anak didik yang mengalami masalah kesulitan belajar sehingga dapat membantunya mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan potensinya. C. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Apakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar membaca siswa kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus? 2. Bagaimana peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca siswa kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus? 3. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca siswa kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus? 8 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2006, Hlm: 285

6 D. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dalam kesulitan belajar membaca siswa kelas II MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus. 2. Untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca siswa kelas II di MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus. 3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca siswa kelas II di MI NU Manafiul Ulum 02 Getassrabi Gebog Kudus. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis bagi penanganan siswa berkesulitan belajar membaca, dalam arti: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menjadi salah satu referensi penanganan siswa berkesulitan belajar membaca dan menambah wawasan guru agar dapat melihat dan mengamati penanganan siswa berkesulitan belajar membaca yang efektif. Di samping itu, penelitian ini juga dapat dijadikan kajian sebagai kajian kepustakaan atau bahan perbandingan peneliti yang berminat mengadakan penelitian lanjutan tentang penanganan siswa berkesulitan belajar membaca di tingkat Madrasah Ibtidaiyah. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi serta masukan kepada para pengambil keputusan kebijakan dan pengelolaan pendidikan di SD/MI mengenai gambaran lapangan terhadap penanganan siswa berkesulitan belajar membaca masih sangat minim serta kondisi yang mempengaruhi tercapai dan terlaksananya penanganan siswa berkesulitan belajar membaca di SD/MI.