BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK 5.1 Latar Belakang Proyek Bandar udara sebagai prasarana penyelenggaraan penerbangan dalam menunjang aktivitas suatu wilayah perlu ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kebandarudaraan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Agar penyelenggaraan layanan jasa bandar udara dapat terwujud dalam satu kesatuan tatanan kebandarudaraan secara nasional yang andal dan berkemampuan tinggi, maka dalam proses penyusunan penataan bandar udara tetap perlu memperhatikan tata ruang, pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, keamanan dan keselamatan penerbangan secara nasional. Hal ini sesuai sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 24 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Undang Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan serta Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum, serta Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan. Keberadaan Bandar Udara H.AS.Hanandjoedin di Kabupaten Belitung telah memberikan andil yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun nasional. Terutama dalam memberikan kemudahan mobilitas bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat. Terlebih dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi daerah, mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kebutuhan peningkatan sarana dan prasarana Bandar Udara H.as.Hanandjoedin agar dapat terus mampu memberikan pelayanan bagi para pengguna transportasi udara yang cenderung terus meningkat. Dalam upaya pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Bandar Udara H.AS.Hanandjoeddin, sesuai ketentuan didalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum harus memiliki Rancangan Teknik Terinci (RTT) sebagai kelanjutan 1
dari proses perencanaan yang telah dilakukan yaitu Studi Rencana Induk Bandar Udara H.AS.Hanandjoeddin sebagai pedoman dan perumusan kebijakan pembangunan bandar udara didaerah tersebut. Pembuatan Rancangan Teknik Terinci Fasilitas Sisi Darat dilakukan guna mendapatkan dokumen perencanaan sebagai dasar dalam pelaksanaan konstruksi pembangunan fasilitas sisi darat Bandar Udara H.AS.Hanandjoedin untuk mewujudkan harapan tersedianya fasilitas bandar udara yang sesuai kebutuhan saat ini dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang. 5.2 Data Proyek Nama Proyek : Bandar Udara H.AS.Hanandjoedin Alamat : Kabupaten Belitung Luas Lahan : 25000 m2 Luas Seluruh LT. Bangunan : 11000m2 Jumlah Unit :1 unit 5.3 Letak geografis proyek Kabupaten Belitung terbentuk berdasarkan UU Nomor 53 Tahun 1999 hasil pemekaran Kabupaten Bangka Belitung. Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten Belitung yang terkenal sebutan Billitonit yang bergaris tengah Timur- Barat ± 79 km dan garis tengah Utara-Selatan ± 77 km terletak antara 107008 BT sampai 107058 BT dan 02030 LS sampai 03015 LS, dengan batas administrasi wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Cina Selatan Sebelah Timur : Belitung Timur Sebelah Selatan : Laut Jawa Sebelah Barat : Selat Gaspar M.Nur Hasan Jam an 41210120018 TEKNIK ARSITEKTUR FTPD UMB 2
5.4 Lokasi Proyek Gambar 3 1Peta Lokasi Belitung Sumber : Google Maps Proyek berlokasi di kabupaten Belitung Timur Luas wilayah Kabupaten Belitung adalah 229.369 Ha (2.293,69 km2), yang terdiri dari 49 desa/kelurahan yang tersebar di lima kecamatan dengan ibukota kabupaten adalah Tanjungpandan. Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi. Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu masih ada pulau besar lainnya seperti: Pulau Seliu, Pulau Mendanau, Pulau Nadu, dan Pulau Batu Dinding. 5.5 Tahap konsep Rancangan Bandar Udara 1 Tahap Konsep Perancangan Ikatan Arsitektur Indonesia Jakarta, menjelaskan dalam Lingkup pekerjaan arsitek (www.iai-jakarta.org, diakses desember 2014), bahwa sasaran tahap ini adalah untuk : a. Membantu Pemilik Proyek dalam memperoleh pengertian yang tepat atas Program dan Konsep Rancangan yang telah dirumuskan Arsitek. b. Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis. M.Nur Hasan Jam an 41210120018 TEKNIK ARSITEKTUR FTPD UMB 3
c. Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepat atas konsepsi perencanaan perancangan serta pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan. d. Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep Perencanaan Perancangan terhadap ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan. Tim Arsitek menyusun pola dan gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkannilaifungsional diwujudkan dalambentukdiagram-diagram.aspek kualitatiflainnya serta aspek kuantitatif seperti perkiraanluas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupungambar-gambar. Setelah semua itu selesai kemudian dipresentasikan kepada owner untuk diperiksa dan mendapat persetujuan dari owner. Setelah dipresentasikan, ada kemungkinan ownermeminta perubahan atau memberikan tambahan atas desain yang telah dibuat Arsitek. Maka Arsitek harus menanggapi dengan bijak sampai persepsi owner dan Arsitek sama dalam rancangan ini, baru kemudian Arsitek akan melakukan kegiatan ke tahap selanjutnya. 2 Tahap Pengembangan Desain Setelah tahapan prarancangan mendapat persetujuan desain dari owner maka arsitek akan melanjutkan ke tahap pengembangan rancangan atau mengelola lebih lanjut dari prarancangan yaitu mengolah gambargambar agar lebih informatif yang tujuannya antara lain : Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan secara menyeluruh, pasti dan terpadu. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi kelayakan dan fungsi, waktu dan ekonomi bangunan (www.iaijakarta.org, diakses desember 2014) Pada tahap ini gambar skematik desain dikembangkan lebih lanjut. Jika pada skematik desain gambar hanya secara umum atau garis besar, maka di tahap pengembangan rancangan gambar harus lebih detail baik M.Nur Hasan Jam an 41210120018 TEKNIK ARSITEKTUR FTPD UMB 4
mengenai ukuran, material dan sistem konstruksinya. Tampak bangunan pada tahap prarancang bisa disajikan dengan gambar perspektif dan potongan prinsip, sedangkan pada pengembangan rancangan tampak ditambah dengan penyajian dua dimensi dilengkapi notasi-notasi, dimensi dan skala yang jelas. Hasil gambar desain development ini dipergunakan untuk pembuatan gambar ijin. 3 Tahap Pengembangan Desain Setelah didapatkan desain akhir yang telah disepakati bersama, selanjutnya desain development diproduksi dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja merupakan acuan bagi pelaksana pembangunan untuk mewujudkan fisik bangunan dan juga untuk menghitung RAB oleh Estimator. Gambar kerja adalah gambar-gambar rancangan dengan uraianuraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi (www.iai-jakarta.org, diakses desember 2014). Menurut IAI (www.iai-jakarta.org) sasaran dari tahap pembuatan gambar kerja ini adalah : Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam Pengembangan Rancangan dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam dokumen pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja konstruksi. M.Nur Hasan Jam an 41210120018 TEKNIK ARSITEKTUR FTPD UMB 5