BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan era globalisasi, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis peran pembiayaan syariah terhadap Peningkatan Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang turut serta memunculkan lembaga-lembaga keuangan yang mewarnai

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT FASTABIQ PATI. 3.1 Sejarah Singkat Berdirinya Baitul Maal Fastabiq Pati

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

Hasil penelitian Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Wahibur Rahman, Manajemen Sumber Daya Manusia, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. potensi diri agar menjadi pribadi yang berkualitas sehingga tercipta umat yang

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

Relationship marketing selanjutnya disebut RM berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profit merupakan sesuatu yang sangat vital bagi semua unit usaha (perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Strategi pemasaran merupakan salah satu awal dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2012), hlm Sofyan Assauri, Strategic Marketing, (Jakarta: PT RajaGrafindo

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi dengan meningkatnya perkembangan Lembaga Keuangan Jasa

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dalam merebut nasabah serta mempertahankan pangsa pasar

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dimana baitul

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada hukum Islam yang sah. Tujuan ekonomi Islam bagi bank

BAB I PENDAHULUAN. dimedan pada tanggal 08 September Sebagai perusahaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dengan mendapatkan bagi hasil dan juga dengan prinsip tolong

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan sistem ekonomi Islam dewasa ini memunculkan gagasan tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS). LKS tersebut menjadi salah satu ciri dari kegiatan ekonomi Islam modern. Salah satu bentuk pengembangan dari konsep ekonomi Islam dalam bidang keuangan adalah Baitul Mal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang bersifat non profit oriented akan tetapi bersifat mensejahterakan ummat dan tolong menolong. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Baitul Maal Wa Tamwil merupakan suatu sistem perekonomian yang digunakan untuk mengatasi masalah riba, karena dalam Al-Qur an sudah di nas kan dan hukumnya adalah haram. BMT merupakan Lembaga Keuangan Syariah non bank yang bernaungan di bawah koperasi yang melakukan kegiatan jasa simpanan dan pembiayaan. BMT juga dikemas secara syariah berupa Baitul Maal (bidang sosial) yang bergerak dalam penggalangan dana zakat, infaq, sedekah dan dana-dana sosial lain serta mentasyarufkannya untuk kepentingan sosial secara terpola dan berkesinambungan. Sedangkan Baitul Tamwil, merupakan bidang bisnis yang menjadi penyangga operasional BMT. Bidang tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan usaha mikro dengan sistem jual beli, bagi hasil maupun jasa. 1 Dengan adanya produk-produk yang ada di BMT tersebut, dalam upaya menarik minat masyarakat menjadi anggota di BMT, diperlukan suatu strategi khusus. Masyarakat yang pintar pastinya selalu membandingkan kondisi suatu produk dengan produk lain yang sejenis yang dikeluarkan oleh 1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 8. 1

2 lembaga keuangan lain dalam memperoleh produk yang bermutu. Salah satu upaya yang dilakukan oleh BMT yaitu penerapan sistem manajemen mutu. Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. Mutu didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol lebih baik. Sebenarnya mutu/ kualitas telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika Bangsa Mesir Kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun piramida. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan revolusi industri, fungsi kualitas kemudian mengalami perkembangan, menjadi manajemen mutu terpadu (Total Quality Management). 2 Total Quality Management (TQM) merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. 3 Karena kualitas merupakan jaminan terbaik atas kesetiaan nasabah, pertahanan terkuat dalam menghadapi persaingan asing satu-satunya jalan menuju pertumbuhan perusahaan, dan menuju pendapatan yang langgeng. 4 Menurut Dr. Kaoru Ishkawa, total qualiy merupakan fungsi kualitas seluruh input yang diproses untuk mendapatkan nilai tambah dalam organisasi. Selanjutnya Kaoru mengartikan TQM sebagai penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan pada organisasi, memperbaiki seluruh proses penting dalam 2 Dony Hendartho, Analisis Imlementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, September 2014, Vol. VI, No. 02, hlm. 125. 3 C. Rudi Prihantoro, Konsep Pengendalian Mutu, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 71. 4 Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, PUSTAKA SETIA, Bandung, 2013, hlm. 280.

3 organisasi, dan memperbaiki upaya guna memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa (customer) pada masa kini dan waktu yang akan datang. 5 Implementasi TQM membuat organisasi harus memelihara standar mutu di segala aspek bisnis organisasi bersangkutan. Hal ini untuk memastikan bahwa segala sesuatu dikerjakan dengan benar sejak awal dan dapat mengurangi maupun menghilangkan cacat dan pemborosan selama operasi. Inti dari implementasi standar mutu adalah terjaganya mutu hasil dari suatu produk, yaitu suatu sistem knowledge sharing yang memungkinkan setiap orang untuk menghasilkan hal sama dengan mutu sama, sehingga akan mengurangi ketergantungan terhadap satu orang. Salah satu standar sistem manajemen mutu (SMM) yang telah berkembang adalah ISO 9001. ISO 9001 memuat sistem mutu untuk desain/ pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. ISO 9001 versi 2000 dan versi 2008 lebih mengutamakan pada pola business process yang terjadi dalam organisasi perusahaan. Dengan demikian hampir semua jenis usaha dapat mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001 ini. Versi 2008 adalah versi terbaru yang diterbitkan pada Desember 2008. ISO 9001:2008 lebih mengedepankan pada efektivitas proses dari suatu organisasi dalam melakukan proses corrective dan preventive action. 6 Penerapan ISO 9001:2008 berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat memuaskan pelanggan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Suardi, bahwa sistem manajemen mutu akan memberikan jaminan bagi pelanggan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab tentang mutu dan mampu menyediakan produk maupun jasa sesuai dengan kebutuhan mereka. 7 5 Soewarso Hardjosoedarmo, Bacaan Terpilih Tentang Total Quality Management, Ed.II, Cet.3, ANDI, Yogyakarta, 2002, hlm. 72. 6 Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Perguruan Tinggi (Guidelines IWA-2), UIN-Malang Press, Malang, 2009, hlm. 47. 7 Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 : Penerapannya Untuk Mencapai TQM, Cet.2, Penerbit PPM, Jakarta, 2003, hlm. 3.

4 Kualitas pelayanan sangatlah penting pada industri jasa seperti perbankan. Salah satu cara membedakan perusahaan jasa dengan bukan jasa adalah pemberian pelayanan dengan kualitas yang konsisten yakni memenuhi ekspektasi pelayanan sasaran. Kualitas pelayanan terbaik merupakan suatu profit strategi untuk memilah lebih banyak pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang ada, menghindari kaburnya pelanggan, dan menciptakan keunggulan khusus yang tidak hanya bersaing dari segi harga. KJKS BMT Fastabiq Pati adalah lembaga keuangan non bank yang seluruh proses simpanan dan pembiayaan dikemas secara syariah, berupa Baitul Tamwil (profit oriented) dan Baitul Maal (social oriented) yang bergerak untuk kepentingan sosial, serta seluruh kegiatan operasionalnya berbasis syariah. Sertifikasi ISO 9001:2008 di dapat KJKS BMT Fastabiq atas rekomendasian dari Kementerian Koperasi dan UMKM, bukan atas usaha sendiri dari organisasi tersebut. Karena se-jawa Tengah yang ditunjuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 ada 4 lembaga koperasi. Proses sertifikasi ISO 9001:2008 sudah dimulai sejak tahun 2014 dan selesai pada bulan April 2015. Pada bulan Agustus 2015, KJKS BMT Fastabiq Pati juga sudah melakukan audit eksternal pertama kali. 8 Dalam hal ini bagaimana cara KJKS BMT Fastabiq Pati dalam menerapkan atau mengimplementasikan sistem manajemen mutu dengan bersertifikasi ISO 9001:2008, karena sistem manajemen mutu ISO ini merupakan hal baru di KJKS BMT Fastabiq Pati. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam lembaga keuangan syariah, KJKS BMT Fastabiq Pati perlu melaksanakan upaya peningkatan kualitas karyawan maupun anggotanya melalui suatu penerapan. Salah satunya adalah mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Karena diakui oleh Bapak Agus Jamaluddin, S.Ag, selaku manajer Sumber Daya Insani di BMT Fastabiq Pati, pada kegiatan operasionalnya baik dari segi simpanan maupun pembiayaan, BMT Fastabiq Pati belum sepenuhnya menerapkan prinsip syariah. Dimana salah satu 8 Wawancara dengan Ibu Fatma M.A, SE di kantor pusat KJKS BMT Fastabiq Pati, pada tanggal 6 Januari 2016, pukul 09.00 WIB.

5 cabang BMT Fastabiq Pati, yakni cabang Demak menyetorkan dana yang terkumpul ke Bank BPD Jawa Tengah, yang mana BPD Jawa Tengah merupakan lembaga keuangan yang berbasis konvensional. Dengan alasan dana yang sudah disetorkan dapat diambil sewaktu-waktu tanpa menunggu proses yang cukup panjang. Sedangkan dari pihak anggota banyak yang belum paham dengan prinsip syariah, mereka masih menyamakan sistem bagi hasil dengan sistem bunga. 9 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat permasalahan yang berjudul ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 (Studi di KJKS BMT Fastabiq Pati). 1.2 FOKUS PENELITIAN Terkait dengan kondisi di atas, studi ini memfokuskan pada permasalahan bagaimana pengimplementasian sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati. 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang ada yaitu : 1.3.1 Bagaimana implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati? 1.3.2 Apa saja faktor pendukung pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati? 1.3.3 Apa saja faktor penghambat pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati? 9 Penjelasan Bapak Agus Jamaluddin, S.Ag, pada tanggal 22 September 2015, pukul 09.00 WIB, di kantor pusat KJKS BMT Fastabiq Pati.

6 1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin di capai oleh peneliti dalam penelitian ini, antara lain : 1.4.1 Untuk mengetahui implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati. 1.4.2 Untuk mengetahui faktor pendukung pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati. 1.4.3 Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini, antara lain, yaitu : 1.5.1 Manfaat Teoritis 1.5.1.1 Bagi Peneliti dan Akademis Penelitian ini sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan dalam pengimplementasian sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di KJKS BMT Fastabiq Pati. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengimplementasian teori-teori yang telah dipelajari oleh peneliti selama perkuliahan. 1.5.1.2 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis Dapat memberikan masukan kepada KJKS BMT Fastabiq Pati dalam menentukan dan menerapkan strategi pengimplementasian sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.