PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 7 TAHUN : 1993 SERI D.4

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 1994 SERI : D NO : 6 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 1994 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1995 SERI A NO. 1

QLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH. 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dalam Daerah Tingkat I Sumatera Selatan;

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2005 NOMOR 20

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 9 TAHUN 1993 SERI D. 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E M A R A N G NOMOR 17 TAHUN 2004 SERI E

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 51 TAHUN 2005 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR : 36 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2005

BUPATI JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 01 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG

UU 8/1987, PROTOKOL. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:8 TAHUN 1987 (8/1987) Tanggal:28 SEPTEMBER 1987 (JAKARTA) Tentang:PROTOKOL

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 01 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT dan BUPATI BANDUNG BARAT MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR : 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 34 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1987 TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1996

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PROTOKOL PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR06 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 01 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAKASSAR

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO SERI. E PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

QANUN PROVINSI NANGGROEACEH DARUSSALAM NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

Transkripsi:

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PROTOKOL DAN KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat,Tata Upacara Dan Tata Penghormatan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1992 tentang Pedoman Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua Dan Anggota DPRD serta tanpa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkembang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dipandang perlu mengatur tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan bagi Pejabat Negara,Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menimbang : b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Protokol dan Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 ( Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, 2. Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819); Undang-undang Nomor 16

Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2915) jo Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1985 (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3302) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985 (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3282); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3087); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3087); 5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3363); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1958 tentang Penggunaan Bendera Kebangsaan Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1634); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1958 tentang Panji dan Bendera Jabatan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1635); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1636); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3432); 10. Keputusan Presiden Nomor 265 Tahun 1968 tentang Peraturan Tata Tempat Bagi Pejabat-Pejabat Negara Sipil/Militer pada Upacara-Upacara Kenegaraan/Pertemuan-Pertemuan Resmi; 11. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1971tentang Protokol Negara;

12. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis-Jenis Pakaian Sipil; 13. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1981 tentang Penyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih; 14. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1985 tentang Jenjang Pangkat dan Tunjangan Jabatan; 15. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1986 tentang Musyawarah Pimpinan Daerah; 16. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1988 tentang Tata Cara Penggantian Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat Yang Berhenti Antar Waktu; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun1992 tentang Pedoman Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1993 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Wilayah/Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat Istimewa Yogyakarta. Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PROTOKOL DAN KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH..

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. c. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. f. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialah Ketua dan Wakil-Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. g. Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialah Pimpinan Sementara Musyawarah-musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelum Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terpilih diambil sumpah/janji dan dilantik. h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. i. Bupati/Walikotamadya ialah Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. j. Protokol adalah serangkaian aturan dalam Acara Resmi yang meliputi aturan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya dalam Negara, Pemerintah dan Masyarakat, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. k. Kedudukan Protokoler adalah hak yang diberikan kepada seseorang atau lambang untuk mendapatkan penghormatan dan perlakuan Tata Tempat dalam Acara Resmi atau Pertemuan Resmi. l. Acara Resmi adalah Acara yang bersifat resmi yang diatur dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dan dihadiri oleh Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah serta Undangan lainnya. m. Pejabat Negara adalah Pejabat yang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. n. Pejabat Pemerintah adalah Pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam organisasi pemerintahan. o. Tokoh Masyarakat ialah seorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan atau pemerintah. p. Tata Upacara Acara Resmi adalah Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara resmi. q. Tata Tempat adalah Aturan mengenai urutan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

r. Tata Penghormatan adalah Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara resmi. s. Tamu Negara ialah Tamu Resmi Pemerintah Republik Indonesia yang berkunjung ke Indonesia atas undangan atau kunjungan balasan. t. Tamu Daerah adalah Tamu Resmi Pemerintah Daerah baik yang berasal dari Negara lain, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Lainnya baik yang diundang maupun kunjungan balasan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan Tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah ini adalah: a. untuk menyusun ketentuan keprotokolan yang tumbuh dan berkembang sesuai nilai sosial dan budaya di Daerah. b. untuk mencapai kelancaran, ketertiban dan kekhidmatan penyelenggaraan acara resmi di Daerah. BAB III KEDUDUKAN PROTOKOLER Pasal 3 (1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Pusat, Pejabat Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat Tingkat Nasional dan Tokoh Masyarakat Tingkat Daerah sesuai dengan jabatannya mendapatkan kedudukan Protokoler dalam setiap acara resmi. (2) Yang dimaksud dengan Pejabat Negara ialah: 1. Presiden dan Wakil Presiden; 2. Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 3. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan; 4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Mahkamah Agung, Jaksa Agung; 5. Anggota Dewan Pertimbangan Agung; 6. Menteri; 7. Duta Besar, Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan Duta Besa Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; 8. Gubernur Kepala Daerah; 9. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

(3) Yang dimaksud dengan Pejabat Pemerintah Pusat ialah: 1. Sekretaris Negara; 2. Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal Departemen/Direktur Jenderal; 3. Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen; 4. Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung; 5. Sekretaris Menteri Koordinator, Menteri Negara, Menteri Muda; 6. Sekretaris Kejaksaan Agung; (4) Yang dimaksud Pejabat Pemerintah Daerah ialah: 1. Ketua DPRD, Wakil Ketua, Ketua Komisi dan Anggota DPRD; 2. Anggota MUSPIDA; 3. Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta; 4. Pejabat Eselon Ib; 5. Pejabat Eselon IIa; 6. Pejabat Eselon IIb; 7. Pejabat Eselon IIIa; 8. Pejabat Eselon IIIb; 9. Pejabat Eselon IVa; 10. Pejabat Eselon IVb; 11. Pejabat Eselon Va; 12. Pejabat Eselon Vb; (5) Yang dimaksud Tokoh Masyarakat Tingkat Nasional ialah: 1. Mantan Presiden Republik Indonesia; 2. Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia; 3. Perintis Pergerakan Kebangsaan/ kemerdekaan; 4. Ketua Umum Partai Politik dan Golongan Karya; 5. Pemilik Tanda Kehormatan Republik Indonesia: - Bintang Republik Indonesia Adipurna (I). - Bintang Republik Indonesia Adipradana (II). - Bintang Republik Indonesia Utama (III). - Bintang Republik Indonesia Pratama (IV). - Bintang Republik Indonesia Narariya (V). (6) Yang termasuk Tokoh-tokoh Masyarakat Tingkat Daerah ialah: 1. Tokoh yang ditentukan Pemerintah Daerah; 2. Ketua Dewan Pimpinan Daerah/wilayah Partai Politik dan Golongan Karya; 3. Pemuka Agama; 4. Pemuka Adat;

BAB IV ACARA RESMI Pasal 4 Pelaksanaan kegiatan protokoler dilakukan dalam bentuk Acara Resmi yang meliputi: 1. Acara Tingkat Pusat yang diselenggarakan di Daerah; 2. Acara Tingkat Daerah yang menghadirkan Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Pusat dan Tokoh Masyarakat Tingkat Nasional; 3. Acara Tingkat Daerah yang dihadiri oleh Pejabat Pemerintah Tingkat Daerah dan Tokoh Masyarakat Tingkat Daerah; Pasal 5 Acara resmi sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan Daerah ini meliputi: a. Acara Tingkat Pusat yang diselenggarakan di Daerah yaitu: 1. Peringatan Hari-hari Nasional/ bersejarah; 2. Peresmian Proyek Nasional; 3. Pekan Olah Raga Nasional; 4. Peringatan Hari Ulang Tahun Organisasi Sosial Politik dan Masyarakat; 5. Seminar-seminar/Rapat Kerja. b. Acara Tingkat Daerah yang menghadirkan Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah Pusat yaitu: 1. Peringatan Hari-hari Nasional/ bersejarah; 2. Penerimaan kunjungan kerja Presiden/ Wakil Presiden/Menteri/Pejabat Negara lainnya; 3. Penerimaan Tamu Negara Asing; 4. Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pejabat Negara; 5. Peresmian Proyek Daerah; 6. Pembukaan Pekan Raya; 7. Peringatan Hari Ulang Tahun Organisasi Sosial Politik dan Kemasyarakatan; 8. Seminar-seminar/Rapat Kerja. c. Acara Tingkat Daerah yang dihadiri oleh Pejabat Pemerintah Tingkat Daerah yaitu: 1. Peringatan Hari-hari Nasional/ bersejarah/hari-hari Besar Keagamaan; 2. Upacara pengibaran/penurunan Bendera Merah Putih; 3. Rapat Paripurna, Rapat Paripurna Istimewa, Rapat Paripurna Khusus DPRD; 4. Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pejabat Pemerintah; 5. Peresmian Proyek Daerah; 6. Penerimaan Tamu Pemerintah Daerah baik dari luar maupun dalam negeri; 7. Peringatan Hari Ulang Tahun Organisasi Sosial Politik dan Kemasyarakatan; 8. Pengiriman/pelepasan dan penerimaan kembali Kontingen Daerah; 9. Seminar-seminar/Rapat Kerja.

BAB V TATA TEMPAT Pasal 6 (1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Pusat, Pejabat Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat Tingkat Nasional dan Tokoh Masyarakat Tingkat Daerah sebagaimana dimaksud pasal 3 Peraturan Daerah ini serta Pejabat Pemerintah lainnya dalam Acara Resmi yang diselenggarakan di Daerah mendapat tempat sesuai dengan Ketentuan Tata Tempat. (2) Tata Tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Peraturan Daerah ini ditentukan dengan urutan sebagai berikut: a. Gubernur Kepala Daerah dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; b. Muspida Tingkat I; c. Wakil Gubernur Kepala Daerah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Sekretaris Wilayah/Daerah; d. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pejabat Asisten Sekretaris Wilayah/ Daerah dan Pejabat Pemerintah Daerah lainnya setingkat Asisten; e. Pejabat Eselon I b; f. Pejabat Eselon III a; g. Pejabat Eselon III b; h. Pejabat Eselon IV a; i. Pejabat Eselon IV b; j. Pejabat Eselon V a; k. Pejabat Eselon V b; (3) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat dan Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan Tata Tempat sesuai Pangkat, Jabatan dan Kedudukannya. (4) Tata Tempat dalam pemberian tingkat kehormatan kepada seorang Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Pusat, Pejabat Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat Tingkat Nasional dan Tokoh Masyarakat Tingkat Daerah dapat berubah karena kondisi tempat dan jenis acara resmi yang dihadiri. BAB VI TATA UPACARA Pasal 7 (1) Upacara dalam Acara Resmi dapat berupa Upacara Bendera atau bukan Upacara Bendera; (2) Untuk keseragaman, kelancaran, ketertiban dan kekhidmatan jalannya upacara dalam Acara Resmi diselenggarakan Tata Upacara berdasarkan Pedoman Umum Tata Upacara dan Pelaksanaan Upacara.

BAB VII TATA PENGHORMATAN Pasal 8 (1) Dalam Acara Resmi Gubernur Kepala Daerah, Ketua DPRD, Wakil Ketua DPRD dan Anggota DPRD mendapat penghormatan sesuai dengan penghormatan yang diberikan kepada Pejabat Negara; (2) Penghormatan sebagaimana dimaksud ayat (1) Peraturan Daerah ini selain berupa pemberian Tata Tempat, juga berupa penghormatan Bendera Kebangsaan, Lagu Kebangsaan dan Penghormatan Jenazah apabila meninggal dunia serta pemberian bantuan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan upacara. Pasal 9 (1) Penjemputan dan Pelepasan Presiden/Wakil Presiden/Tamu Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan protokoler yang ditentukan oleh Protokol Pusat. (2) Penjemputan dan Pelepasan Pejabat Negara selain Presiden/Wakil Presiden/Tamu Negara dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB VIII KEDUDUKAN PROTOKOLER DPRD Pasal 10 Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD sesuai dengan jabatannya mendapatkan kedudukan protokoler dalam rapat-rapat DPRD. BAB IX RAPAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Pasal 11 Jenis Rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang memerlukanpengaturan Tata Tempat adalah sebagai berikut: a. Rapat Paripurna. b. Rapat Paripurna Istimewa. c. Rapat Khusus. Pasal 12 Pengaturan Tata Tempat dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 peraturan Daerah ini adalah: a. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah didampingi oleh Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. b. Gubernur Kepala Daerah ditempatkan sejajar dan disebelah kanan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menduduki tempat yang telah disediakan khusus untuk Anggota. d. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peninjau dan Undangan diatur sesuai dengan kondisi Ruangan Rapat. Pasal 13 Pengaturan Tata Tempat dalam Rapat Paripurna Istimewa denganacara Pengambilan umpah/janji dan Pelantikan Kepala Daerah,ialah: a. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebelah kiri Pejabat yang akan mengambil Sumpah/Janji dan Melantik. b. Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk disebelah kiri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. c. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menduduki tempat yang telah disediakan khusus untuk Anggota. d. Gubernur Kepala Daerah yang lama duduk disebelah kanan Pejabat yang akan mengambil Sumpah/Janji dan Melantik. e. Calon Gubernur Kepala Daerah yang akan dilantik duduk disebelah kiri Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. f. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peninjau dan Undangan diatur sesuai dengan kondisi Ruangan Rapat. g. Mantan Gubernur Kepala Daerah setelah pelantikan duduk disebelah kiri Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. h. Gubernur Kepala Daerah yang baru dilantik duduk disebelah kanan Pejabat yang mengambil Sumpah/Janji dan Melantik. Pasal 14 Pengaturan Tata Tempat dalam rapat Paripurna Istimewa denganacara Pengambilan Sumpah/Janji Anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah hasil Pemilihan Umum ialah: a. Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk disebelah kiri Gubernur Kepala Daerah. b. Ketua Pengadilan Tinggi duduk disebelah kiri Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. c. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang lama maupun Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang akan mengambil Sumpah/ Janji menduduki tempat yang telah disediakan khusus untuk Anggota. d. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Rokhaniawan dan Undangan diatur sesuai dengan kondisi Ruang Rapat.

Pasal 15 Pengaturan Tata Tempat dalam Rapat Paripurna Istimewa denganacara Pengambilan Sumpah/Janji dan Pelantikan Ketua danwakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil Pemilihan Umum ialah: a. Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk disebelah kiri Gubernur Kepala Daerah. b. Ketua Pengadilan Tinggi duduk disebelah kiri Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. c. Setelah Pelantikan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk disebelah kiri Gubernur Kepala Daerah, Wakil-wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk disebelah kiri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan mantan Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah duduk dikursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 16 Pengaturan Tata Tempat dalam Rapat Paripurna Khusus dilaksanakan sebagaimana diatur didalam Pasal 12 Peraturan Daerah ini. BAB X TATA PAKAIAN Pasal 17 Dalam acara pengambilan Sumpah/Janji dan Pelantikan PimpinanDPRD, Gubernur Kepala Daerah mengenakan Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB). Pasal 18 (1) Dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan menghadiri Rapat Paripurna, Pimpinan DPRD, dan Anggota DPRD serta Pejabat Pemerintah lainnya menggunakan Pakaian Sipil Harian (PSH). (2) Dalam hal menghadiri Rapat Paripurna Penandatangan Peraturan Daerah, Penetapan APBD, Rapat Paripurna Istimewa dan Rapat Paripurna Khusus, Pimpinan DPRD dan Anggota DPRD mengenakan Pakaian Sipil Resmi (PSR). (3) Dalam menghadiri Pengambilan Sumpah/Janji Anggota DPRD dan menghadiri Pelantikan Gubernur Kepala Daerah, Pimpinan DPRD dan Anggota DPRD mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL). (4) Dalam menghadiri Acara Resmi, Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah mengenakan pakaian sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI TATA URUTAN KENDARAAN Pasal 19 Pengaturan Nomor Kendaraan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah setelah nomor urut Kendaraan Gubernur Kepala Daerah. BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 Acara Resmi yang diselenggarakan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku pada kedua tempat tersebut. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkannya. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Tambahan Lembaran DaerahPropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 20 April 1996 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ketua ttd H. SOEDARNO SETOPRADJOKO PEJABAT GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA td. PAKU ALAM VIII

Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan Nomor : 019.34-375 Tanggal : 14 April 1997 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seri : D Nomor : 30 Tanggal : 15 Juli 1997 SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ttd. DRS. H. SUPRASTOWO NIP. 490 008 854

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PROTOKOL DAN KEDUDUKAN PROTOKOLER KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. PENJELASAN UMUM Bahwa dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor: 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor : 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor : 26 Tahun 1959, maka pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkembang seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat yang dilandasi oleh nilainilai sosial budaya luhur yang memberikan ciri khusus pada kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan dan pembangunan yang dilaksanakan dilingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka berdasarkan historis yang pernah dialami oleh Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta muncul beberapa predikat bagi kota Yogyakarta sebagai kota perjuangan, kota pelajar, kota salah satu tujuan utama pariwisata dan beberapa predikat lainnya yang secara tidak langsung memberikan kelebihan dari pada Daerah lainnya. Dengan kondisi yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, membawa konsekwensi pada penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan acara dan upacara di lingkungan Pemerintah Daerah yang mana masih diwarnai oleh adat-istiadat yang adiluhung dan berkembang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan tersebut semakin menarik perhatian Daerah lain untuk berkunjung ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta baik secara resmi maupun tidak resmi melalui penunjukan kota Yogyakarta sebagai tempat pertemuan-pertemuan, seminar-seminar, rapat kerja, upacara Nasional di Daerah maupun sebagai wahana studi banding. Untuk mempertahannkan seluruh predikat dan segala konsekwensi yang ada, perlu adanya usaha-usaha pengaturan terhadap tata upacara penerimaan dan penempatan para tamu yang berkunjung. Semua itu memerlukan adanya aturan protokuler yang sesuai dengan kondisi budaya Yogyakarta sekaligus dalam rangka usaha ikut serta melestarikan dan meningkatkan budaya nasional. Untuk mengatur keprotokolan dilingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, telah ditetapkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 68 Tahun 1994 tentang Pedoman Keprotokolan di lingkungan Pemerintah Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Namun demikian Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dimaksud belum mengatur mengenai Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1992 tentang Pedoman Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, untuk kelancaran ketertiban dan kekhidmatan penyelenggaraan acara dan upacara di Daerah yang tumbuh dan berkembang sesuai nilai sosial budaya di daerah serta usaha-usaha untuk memberikan kepastian hukum maka ketentuan mengenai kedudukan hukum keprotokolan perlu ditingkatkan dari Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekaligus mengatur tentang Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Protokol dan Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s.d. Pasal 3 ayat (3) : Cukup jelas. ayat (4) angka 1 s.d 3 : Cukup jelas. angka 4 : Eselon adalah tingkatan Jabatan Struktural sesuai dengan KEPPRES No. 9 Tahun 1985. angka 5 s.d 6 : Cukup jelas. Pasal 3 ayat (6) angka 4 : Yang termasuk Tokoh yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah antara lain: Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paku Alam. angka 2 s.d 4 : Cukup jelas. Pasal 4 s.d Pasal 6 : Cukup jelas. Pasal 7 ayat (1) : Yang dimaksud Acara Resmi bukan Upacara Bendera adalah Acara Resmi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yang tidak ada Acara Pengibaran Bendera antara lain: Peresmian Proyek, Pembukaan Pekan Raya, Seminar-Seminar, Rapat-rapat. Pasal 7 ayat (2) s.d Pasal 16 : Cukup jelas. Pasal 17 : Pakaian Dinas Upacara Besar (PDUB) sesuai dengan yang diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 1972 Tentang Jenis-Jenis Pakaian Sipil. Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 19 : Yang dimaksud dengan ketentuan khusus adalah ketentuan yang berlaku hanya di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan Ketentuan Peraturan Dearah ini. Pasal 20 : Cukup Jelas