BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumartini, Penerapan Hasil Belajar "Mewarna Pada Kain Dan Serat" Dalam Praktikum Pewarnaan Batik

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIMBIOSIS MUTUALISME ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN PENGUSAHA BATIK DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia, sektor Usaha Kecil

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian yang dilakukan oleh Lumintang (2013) menunjukkan bahwa antara

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dan berkembang begitu pesatnya seiring dengan adanya. mengembangkan ekonomi dan industri di Indonesia yaitu dengan

(UKM) APAAN TU????

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Kemanusiaan dari Indonesia yang merupakan budaya lisan dan nonbendawi oleh

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penulis untuk membahas topik tersebut didasari oleh beberapa pokok pikiran;

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB VII INDUSTRI, PERDAGANGAN, KEUANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank sebagai lembaga keuangan merupakan institusi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengingat hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disertai dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82), pasar (market) merupakan sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok penentu permintaan terhadap sebuah produk, sementara para penjual sebagai kelompok yang menentukan pernawaran produk tersebut. Menurut Boediono (2002: 34-35), pengertian pasar dalam ilmu ekonomi tidak selalu dikaitkan dengan suatu tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian seharihari. Pasar merupakan tempat dimana saja yang dimana terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Barang yang ditransaksikan bisa berupa barang apapun mulai dari kebutuhan pokok, uang, tenaga kerja hingga jasa. Transaksi merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang harga, volume hingga kualitas barang atau jasa yang akan ditransaksikan, sehingga dapat dikatakan bahwa pasar merupakan tempat terjadinya transaksi perdagangan. Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari pasar dan perdagangan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00, sedangkan Usaha Kecil (UK) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 50.000.000,00 s.d. Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah

dan bangunan dengan penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 s.d. Rp 2.500.000.000,00. Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,00 s.d. Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan dengan penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 s.d. Rp. 50.000.000.000,00 UMKM merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan UMKM di Indonesia merupakan sektor yang berkembang dan jumlahnya semakin banyak dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari tabel perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 jumlahnya selalu meningkat setiap tahun, sementara Usaha Besar (UB) cenderung sedikit jumlahnya dan naik turun dari tahun ke tahun. Jumlah UMKM di Indonesia lebih dari 95% dari total unit usaha. Berikut adalah data mengenai perkembangan UMKM dan Usaha Besar (UB) di Indonesia: TABEL 1.1 Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia Tahun 2009-2013 KELOMPOK Tahun (satuan Unit) 2009 2010 2011 2012 2013 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 52.764.750 54.114.821 55.206.444 56.539.560 57.895.721 Usaha Mikro (UMI) 52.176.771 54.114.821 54.559.969 55.856.176 57.189.393 Usaha Kecil (UK) 546.643 568.397 602.195 629.418 654.222 Usaha Menengah (UM) 41.336 42.008 44.280 48.997 52.106 Usaha Besar (UB) 4.676 5.150 4.952 4.968 5.066 Jumlah 52.769.426 54.119.971 55.211.396 56.544.528 57.900.787 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Maret 2016. UMKM merupakan salah satu wadah untuk memperluas lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 dimana UMKM menyerap tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan usaha besar (UB). UMKM dapat menjadi salah satu alternatif dalam membangun perekonomian Indonesia melalui penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Hal ini dapat dilihat pada tabel penyerapan tenaga kerja oleh sektor Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar dibawah ini:

TABEL 1.2 Penyerapan Tenaga Kerja oleh Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia Tahun 2009-2012 TAHUN Sektor UMKM UB Jumlah 2009 Tenaga Kerja (jiwa) 96.193.623 2.692.374 98.885.997 Kontribusi (%) 97,28 2,72 100 2010 Tenaga Kerja (jiwa) 98.238.913 2.753.049 100.991.962 Kontribusi (%) 97,27 2,73 100 2011 Tenaga Kerja (jiwa) 101.722.458 2.891.224 104.613.682 Kontribusi (%) 97,24 2,76 100 2012 Tenaga Kerja (jiwa) 107.667.509 3.150.645 110.818.154 Kontribusi (%) 97,16 2,84 100 Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (data diolah), Maret 2016 Menurut Pradnya, dkk (2014) dalam jurnal mengenai pengaruh usaha mikro kecil dan menengah terhadap perekonomian, UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia karena ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, sektor UMKM bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor usaha besar (UB) justru tumbang oleh krisis. Peran penting UMKM juga dilihat ketika UMKM menyumbang PDB terbesar di Indonesia. Pada tahun 2007 hingga 2012 menunjukkan peningkatan kontribusi UMKM terhadap PDB dari Rp.2.107.868,10 Milyar menjadi Rp.4.869.568,10 Milyar atau rata-rata meningkat 18.33% pertahun. Sementara Usaha Besar (UB) memberikan kontribusi terhadap perkembangan PDB lebih sedikit dibanding UMKM, yakni dengan persentase rata-rata perkembangan 15.75% pertahun. Menurut data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, jumlah UMKM di Surakarta sebanyak 10.630 unit dan terdiri dari banyak sektor, diantaranya adalah: Makanan, Batik, Mebel, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), dan Percetakan. Adapun data nilai produksi yang dihasilkan oleh UMKM di surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 1.3.

Nilai Produksi dan Investasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Surakarta Tahun 2015 No Nama Industri Nilai Produksi (Miliar/tahun) Nilai Investasi (Miliar) 1 Batik dan Produk Batik 48.008.448.000.000 627.333.340 2 Logam/Besi 12.720.000 53.415.000 3 Makanan 180.544.134.500 3.386.740.000 4 Mebel 2.789.000.000 2.048.751.000 5 Percetakan 9.152.955.000 3.220.009.500 6 Plastik 6.394.012.500 8.802.650.000 7 Tekstil dan Produk Tekstil 25.271.415.000.000 663.385.000 Sumber: Disperindag Kota Surakarta, Maret 2016 Berdasarkan tabel diatas, industri batik di kota Surakarta memiliki nilai produksi UMKM yang paling tinggi bila dibandingkan dengan industri lain. Surakarta dan batik merupakan dua hal yang sering dikaitkan. Surakarta merupakan kota yang identik dengan batik dan batik telah menjadi icon kota ini. Batik merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia yang telah diakui dunia. UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization) mengukuhkan batik sebagai world heritage atau warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009. Di Surakarta terdapat 2 kampung batik yang sangat terkenal yaitu kampung batik Kauman dan Laweyan. Kelurahan Kauman adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kelurahan ini dipenuhi beragam arsitektur rumah gedongan. Awalnya, Kampung Kauman yang berada di sisi barat depan Keraton Kasunanan ini diperuntukkan bagi tempat tinggal (kaum) ulama kerajaan dan kerabatnya. Letaknya berdampingan dengan Masjid Agung Keraton, di sisi barat alun-alun Utara. Masyarakat kaum (abdi dalem) mendapatkan latihan secara khusus dari Kasunanan untuk membuat batik baik berupa jarik/selendang dan sebagainya. Dengan kata lain, tradisi batik kauman mewarisi secara langsung inspirasi membatik dari Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdasarkan bekal keahlian yang diberikan tersebut masyarakat kauman

dapat menghasilkan karya batik yang langsung berhubungan dengan motif-motif batik yang sering dipakai oleh keluarga kraton. Batik tulis bermotif pakem yang banyak dipengaruhi oleh seni batik kraton Kasunanan merupakan produk unggulan Kauman. (sumber: http://www.surakarta.go.id/konten/kampung-batik-kauman, Maret 2016 ) Kampung Batik Kauman menarik untuk diteliti karena berbeda dengan Laweyan yang memang merupakan kampung batik sejak dulu. Kauman yang dulunya adalah tempat tinggal ulama, kemudian berkembang dan mengarah pada daerah perdagangan. Dalam perkembangannya Kauman menjadi mirip dengan kawasan Laweyan sebagai kampung batik. Banyak tumbuh produsen dan pedagang batik yang sukses. Mereka berlomba membangun rumah mewah di perkampungan yang padat itu. Akibatnya, Kauman menjadi penuh dengan berbagai rumah yang berdesakan dan menyisakan ganggang yang sangat sempit bagi pejalan kaki. Kemudian gang-gang sempit tersebut berkembang menjadi kampung batik yang dipenuhi oleh pedagang batik. Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka menarik dilakukan penelitian mengenai profil dan karakteristik sosial ekonomi pedagang batik dengan judul, PROFIL DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG BATIK DI KAMPUNG BATIK KAUMAN SURAKARTA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan penggambaran fenomena yang telah diuraikan diatas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil dan karakteristik sosial ekonomi pedagang batik di Kampung Batik Kauman Surakarta? 2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh pedagang batik dan upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian masalah tersebut?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui profil dan karakteristik sosial ekonomi pedagang batik di Kampung Batik Kauman Surakarta. 2. Mengidentifikasi permasalahan pedagang batik dan upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian masalah tersebut D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pedagang Penelitian ini dapat digunakan oleh pedagang batik sebagai motivasi dan acuan dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usaha maupun memulai usaha batik khususnya. 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi terkait atau yang berwenang untuk mengembangkan kegiatan perekonomian dan membina UMKM di Kampung Batik Kauman Surakarta. 3. Bagi Mahasiswa dan Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk memotivasi peningkatan taraf hidup masyarakat dan menambah wawasan pengetahuan. 4. Bagi Penulis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai profil dan karakteristik sebuah kelompok usaha khususnya pedagang batik di Kampung Batik Kauman Surakarta.