Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah


BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita, diperkirakan sekitar 1,3 juta kematian anak di bawah usia lima tahun terjadi di seluruh dunia pada tahun 2008 (Black, 2010). Balita adalah kelompok usia yang rentan terhadap penyakit karena sistem imun yang masih lemah. Pada umumnya, insiden tertinggi diare terjadi pada satu atau dua tahun kehidupan yang diikuti dengan penurunan seiring bertambahnya usia. Diare merupakan penyebab utama malnutrisi sehingga dapat menghambat pertumbuhan pada anak (UNICEF, WHO, 2009). Prevalensi tertinggi kejadian diare di Indonesia pada tahun 2013 terjadi pada anak balita (usia 1-5 tahun) yaitu sebesar 6,7% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Angka morbiditas dan mortalitas diare di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun 2003 s/d 2010 terlihat kecenderungan peningkatan insiden diare. Persentase angka kesakitan diare pada tahun 2003 adalah 37,4%, lalu meningkat menjadi 42,3% pada tahun 2006, dan menurun sebesar 41,1% pada tahun 2010. Persentase kasus diare pada balita di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 sebesar 31.400 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2015). Penyakit diare masih menempati urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tahun 2015 Kota Padang termasuk kedalam kategori lima terbesar jumlah kasus diare pada balita dari keseluruhan Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Kejadian diare pada balita di Kota Padang sebanyak 2.694 kasus, dapat disimpulkan dari keseluruhan jumlah kasus balita di Provinsi Sumatera Barat sekitar 8,6% kasus terdapat di Kota Padang. Puskesmas Lubuk Buaya adalah salah satu dari 22 Puskesmas yang berada di Kota Padang, dengan insiden diare pada semua kelompok umur menempati urutan tiga teratas pada tahun 2015. Sedangkan kasus diare pada balita di Puskesmas Lubuk Buaya menduduki posisi teratas dengan jumlah 226 kasus (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan. Penularan penyakit diare dapat terjadi secara fekal-oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi agen yang berasal dari air yang tercemar maupun dari tinja yang terinfeksi (WHO, 2013). Tinja yang telah terinfeksi mengandung virus dan bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh vektor seperti lalat, kemudian lalat tersebut hinggap di makanan dan minuman maka akan menularkan diare kepada orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Masalah penyehatan lingkungan permukiman khususnya pada pembuangan tinja, merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas (Madjid, 2009). Data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau sebesar 17% persentase penduduk dunia masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di area terbuka. Indonesia sebagai negara kedua terbanyak yang ditemukan masyarakatnya masih buang air besar di area terbuka, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

yaitu dengan persentase 12,9% (WHO, 2010). Data persentase akses BABS di Sumatera Barat khususnya di Kota Padang sebesar 25,3% (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2016). Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang mencakup 6 kelurahan yaitu kelurahan Lubuk Buaya, kelurahan Parupuak Tabing, kelurahan Tunggul Hitam, kelurahan Ganting Batang Kabung, kelurahan Bungo Pasang dan kelurahan Pasie Nan Tigo. Survei awal di Puskesmas Lubuk Buaya diantara 4 kelurahan tersebut masih didapatkan adanya data BABS. Pada kelurahan Pasie Nan Tigo didapatkan jumlah BABS terbanyak yaitu sebanyak 1.013 penduduk dengan data akses sanitasi layak paling rendah dari semua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya. Di Kelurahan Pasie Nan Tigo masih banyak terdapat jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan dari segi kualitas, dimana masih ditemukannya jenis jamban cemplung yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan. Pembuangan tinja harus dikelola dengan baik dengan cara membuang tinja pada jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian oleh Fajriana (2012) mengenai hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Jatisobo Kabupaten Sukoharjo, diketahui terdapat hubungan diantara keduanya dengan nilai (p=0,002). Penelitian oleh Sitinjak (2011) dengan judul penelitian hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan jamban dengan kejadian diare dengan nilai (p=0,004). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui hubungan kebersihan jamban dan kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu apakah ada hubungan kebersihan jamban dan kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebersihan jamban dan kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 2. Mengetahui distribusi kebersihan jamban di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3. Mengetahui distribusi kualitas jamban di Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

4. Mengetahui hubungan kebersihan jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 5. Mengetahui hubungan kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai hubungan kebersihan jamban dan kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita. 2. Bagi Masyarakat Sebagai sarana informasi dan pengetahuan guna menimbulkan kesadaran pada keluarga atau masyarakat akan pentingnya pengetahuan mengenai penyakit diare dan upaya pemanfaatan jamban untuk pencegahan penyakit diare. 3. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) Sebagai tambahan informasi dan masukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun sanitasi kesehatan lingkungan, khususnya dalam merencanakan program jamban sehat dan kualitas jamban yang baik untuk pencegahan penyakit diare pada balita. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dalam memberikan masukan tambahan bagi kegiatan penelitian sejenis di kemudian hari yang lebih spesifik guna mencegah dan menanggulangi penyakit diare terutama pada balita. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5