BAB II KAJIAN TEORI. dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kegiatan belajar mengajar, bertujuan untuk menghasilkan perubahanperubahan

BAB II KAJIAN TEORI. Spencer mendefenisikan kemampuan sebagai karakteristik atau superior. dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, pembuatan, cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORI. yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk mengkaji permasalahan. itu. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut manusia akan melahirkan

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB II KAJIAN TEORI. berikut adalah pendapat para ahli tentang istilah tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. mau kalah dari individu atau kelompok lainnnya. Kompetisi atau persaingan. dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

BAB II KAJIAN TEORI. pendorong untuk seseorang melakukan sesuatu. 1. dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). 2 Motif tidak dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB II KAJIAN TEORI. oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 2 Defenisi ini

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. 1. designed to achieves a particular educational goal.

BAB I PENDAHULUAN. kepada bagaimana peroses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 1

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sri Anitah, belajar adalah proses pengalaman (learning is experiencing), artinya

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran. hal ini disebabkan karena guru merupakan orang yang

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. perang, akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis

ROSLIANA SITOMPUL* DAN DEBBIE GUSTRINI ARUAN**

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasyah Ibtidaiyah (MI),

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan-tujuan dalam pembelajaran tercapai. digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan.

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

BAB II KAJIAN TEORI. situasi pendukung yang ada sangkut paut dengan diri sendiri. 2

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB II KAJIAN TEORI. atau sistem, dapat juga diartikan sebagai kebiasaan melakukan. 12

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB II KAJIAN TEORI. yang membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 1 Pengaruh dalam

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran adalah sebagai aktivitas, dalam mengajar guru harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada aspek-aspek tertentu. 3. kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI TG.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pengelompokan Siswa a. Pengertian Strategi Pengelompokan Siswa Strategi merupakan pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. 1 Strategi adalah suatu set materi dari prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. 2 Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi penulis maksud adalah cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki, dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. 3 1 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi 13 Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Kencana, Jakarta, 2006), h.99. 2 WinaSanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 124. 3 Ibid, h. 238.

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 4 Robert L. Cilstrap dan William R martin dalam buku Roestiyah memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut. Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapi tujuan bersama. 5 Mengingat pentingnya strategi belajar dalam kelancaran proses pembelajaran dinyatakan dalam ayat al-qur anyaitu sesuai dengan firman Allah SWT berikut: Artinya :Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar -benar dalam kesesatan yang nyata (Qs:Al-Jumu ah: 2). Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa strategi pengelompokan siswa adalah aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, antar peserta dapat saling tukar pikiran, pengalaman maupun gagasan-gagasan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4 Ibid. h. 239. 5 Roestiyah,Op. Cit., h. 15.

b. Langkah-langkah Strategi Pengelompokan Siswa Agar pelaksanaan pengajaran kelompok dapat berlangsung secara efektif, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pembentukan kelompok a) Mengenai berapa banyaknya anggota setiap kelompok b) Kelompok dapat dibentuk atas dasar minat dan latar belakang pengalaman atau prestasi belajar. 2) Perencanaan tugas kelompok Tugas yang diberikan kepada tiap kelompok dapat paralel (tugas yang sama) atau komplementer (tugas yang berbeda). 3) Persiapan dan perencanaan Guru perlu penyiapan dan perlu merencanakan pengaturan tempat atau ruangan. 4) Pelaksanaan. 6 Mewujudkan strategi pengelompokan sangatlah susah, untuk mencapai keberhasilan hasil melalui langkah-langkah diantaranya: a) Menjelaskan tugas kepada siswa b) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok d) Setiap kelompok menunjukkan seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut e) Guru berkeliling selama pembelajaran itu berlangsung, bila perlu memberi pertanyaan 6 JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikra, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), h.147.

f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. 7 c. Kelebihan dan kekurangan Strategi Pengelompokan Siswa Adapun kelebihan strategi pengelompokan siswa adalah sebagai berikut: 1) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah. 2) Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah. 3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. 5) Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisifasi dalam diskusi. 6) Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati peribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Sedangkan kekurangan strategi pengelompokan siswa adalah sebagai berikut: 1) Strategi pengelompokan sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2) Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya belajar yang berbeda pula. 3) Keberhasilan strategi pengelompokan ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok. 8 7 Roestiyah, Op. Cit., h. 20. 8 Ibid, h. 17.

d. Bentuk-bentuk strategi pengelompokan siswa 1) Strategi pengelompokan berjangka pendek Bentuk ini disebut pula rapat kilat karena hanya mengambil waktu sekitar 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang terdapat pada suatu masalah. Misalnya: ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat sesuatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah itu dalam waktu yang singkat. 2) Strategi pengelompokan berjangka panjang Pembicaraan disini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu dua hari satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya di dalam suatu kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok lain sesuai dengan minat mereka. Strategi pengelompokan berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan: a) Membahas masalah yang benar-benar ada didalam masyarakat, misalnya: masalah koperasi, lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat tersebut. b) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien, dan sebagaingya. Jadi dengan pengelompokan di sini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di

samping dapat menyumbangkan pemikirannya atau ide-idenya serta tenaganya bagi masyarakat sekitarnya. c) Dengan melaksanakan pengelompokan memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan, seperti membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama. d) Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-bahan informasi atau data lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat. 3) Strategi pengelompokan campuran Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam strategi ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak lambat diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai dengan kemampuannya. Agar kerja kelompok campuran itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok, kemudian setiap tugas harus di susun sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang diharapkan dari mereka masing-masing. 9 Dengan adanya pengelompokan, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa 9 Ibid, h. 18-19.

egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas siswa didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok akan menyadarinya bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Inilah yang diharapkan, yakni siswa didik yang aktif, kreatif dan mandiri. 2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut Mc. Donal, dalam buku Sardiman A.M Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya Feeling dan didahului dengan tanggapan terhadapadanya tujuan. 10 Martin Handoko mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. 11 Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perbuatan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. 10 Sardiman A.M, Op. Cit., h. 73. 11 Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Kanisius, (Yogyakarta, 2002),h.9.

Belajar sangat memerlukan motivasi. Hasil belajar akan lebih optimal, jika ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran yang dipelajari. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 12 Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. b. Ciri-ciri Motivasi Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) 12 Ibid, h. 85.

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja sendiri 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal -hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu) 7) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah sal-soal. 13 Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi belajar berarti memiliki ciri-ciri tersebut diatas. Apabila seorang siswa memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri tersebut, berarti motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa itu tekun dalam belajar, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri dan sebagainya. Motivasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai tujuan, sehingga semakin kuat motivasinya akan semakin besar kemungkinan kesuksesan belajarnya. Seseorang yang kuat motivasi belajarnya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. 14 c. Macam-macam Motivasi 1) motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a) Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum, dan sebagainya. b) Motif-motif yang dipelajari Maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan. 2) Motivasi jasmaniah dan rohaniah 13 Sardiman A.M, Op. Cit., h. 83. 14 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 83.

Yang termasuk motivasi jasmaniah yaitu refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah yaitu kemauan. 3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik Maksudnya adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. b. Motivasi ekstrinsik Maksudnya adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. 15 3. Hubungan Strategi Pengelompokan Siswa dan Motivasi Belajar Siswa Pelaksanaan strategi pengelompokan merupakan suatu cara untuk mengelompokan siswa dalam proses pembelajaran demi mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam suatu lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan strategi pengelompokan siswa, diharapkan siswa dapat aktif dalam belajar dan bekerja sama dalam memecahkan masalah dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru khususnya guru Al-Qur an Hadits dengan motivasi belajar yang baik. Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam dan luar pada siswa-siswa yang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik khususnya dalam proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa sangat dibutuhkan dan pelaksanaan strategi pengelompokan siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik Strategi pengelompokan siswa dapat membangkitkan dan menggerakkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 16 Pelaksanaan strategi pengelompokan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar tersebutlah yang akan menguatkan strategi pengelompokan siswa menjadi sempurna dan bisa diterapkan di sekolah-sekolah dengan sebaik-baiknya. Siswa tidak cepat bosan dengan strategi pengelompokan belajar yang berbeda-beda. Maka 15 Sadirman, Op. Cit., h, 86-91. 16 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 200), h. 167.

tujuan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) tercapailah dengan baik. B. Penelitian Yang Relevan Pada tahun 2010 Ili Yanti mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau melakukan penelitian dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadist di Kelas V MI Nurul Huda Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa sebelum tindakan dilakukan motivasi belajar siswa dikelas V MI Nurul Huda Kec. Batang Tuaka Kab. Indragiri Hilir persentase keaktifannya adalah 26,32%, ini termasuk dalam kategori rendah yakni berada antara 0-55%. Namun setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan penerapan strategi pembelajaran tutor sebaya ternyata dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari hasil data yang dilakukan, diperoleh peningkatan ketercapaian indikator 30,53% (Siklus I) menjadi 68,42% (Siklus II), dan menjadi 87,37% (Siklus III). Hal ini terbukti dengan meningkatnya persentase pada siklus III, maka penelitian ini dikategorikan Tinggi. Pada tahun 2010 M. Zuhdi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau melakukan penelitian dengan judul Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Qur an Hadist Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Qur an Hadist dengan upaya yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Qur an Hadist. Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang penelitian yang terdahulu, maka memiliki perbedaan dan persamaan dengan judul yang penulis teliti, persamaannya yaitu, dari peneliti pertama bahwa sama-sama meneliti tentang motivasi belajar siswa. Akan tetapi perbedaannya

adalah peneliti pertama meneliti tentang Penerapan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadist Di Kelas V MI Nurul Huda Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir, sedangkan peneliti meneliti Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pengelompokan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadist. Kemudian penelitian kedua meneliti tentang upaya guru meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Qur an Hadist. Persamaannya dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang motivasi belajar siswa. Akan tetapi perbedaannya adalah peneliti kedua lebih fokus pada upaya guru meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan peneliti meneliti Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pengelompokan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits. Penelitian sekarang meneliti tentang Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pengelompokan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok Kecamatan KuokKabupaten Kampar, bahwa Pengaruh Pelaksanaan Strategi Pengelompokan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur an Hadist Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar belum pernah diteliti. C. Konsep Operasional Konsep operasional adalah konsep yang digunakan untuk menentukan bagaimana mengukur variable dalam penelitian. Adapun yang penulis maksud, suatu variabel bebas ( indevendent variabel ) yang dilambangkan dengan (x) dan variabel terikat ( dependent variabel ) yang dilambangkan ( y ). Dalam ha l ini pengaruh pelaksanaan strategi pengelompokan siswa sebagai variabel bebas dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadist sebagai variabel terikat.

Dalam rangka memberikan acuan guna mencari data dilapangan maka konsep yang digunakan perlu dioperasionalisasikan agar mudah mengukurnya. Konsep-konsep yang perlu dioperasionalisasikan tersebut adalah: 1. Strategi pengelompokan siswa Strategi pengelompokan siswa adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Keberhasialan pengajaran dikatakan baik apabila terdapat keampuhan dalam pelaksanaan pengajaran sebagai usaha untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas pengajaran dengan kuantitas pengajaran. Agar pelaksanaan pengajaran kelompok dapat berlangsung secara baik, maka indikator-indikator pelaksanaan strategi pengelompokan siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Al-Qur an Hadist yang harus dicapai oleh guru adalah sebagai berikut: a. Guru menjelaskan tugas kepada siswa b. Guru menjelaskan tujuan diadakan kerja kelompok c. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok d. Guru meminta siswa memilih salah satu siswa sebagai pencatat hasil laporan dari kerja kelompok e. Guru mengawasi dan memberikan arahan jalannya kerja kelompok f. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran dengan bahasa sendiri 2. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa pada pelajaran Al-Qur an Hadits adalah dorongan dari dalam diri siswa yang menggerakkannya untuk melakukan aktivitas belajar, khususnya pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits. Ada tidaknya motivasi belajar akan tampak pada ciri-ciri

perilakunya. Motivasi merupakan intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur an Haditsditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut: a. Siswa tekun menghadapi tugas b. Siswa ulet dalam menghadapi kesulitan c. Siswa menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Siswa lebih senang bekerja sendiri e. Siswa cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f. Siswa dapat mempertahankan pendapatnya g. Siswa tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini h. Siswa senang mencari dan memecahkan masalah sal-soal. D. Hipotesis Hipotesis peneilitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penlitian. Dikatakan sementara dikarenakan jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Atas dasar pengertian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Ha : Terdapat perbedaan motivasi belajar Al-Qur an Hadits siswa antara kelas eksperimen yang melaksanakan strategi pengelompkan siswadengan kelas kontrol yang tidak

melaksanakan strategi pengelompkan siswadi MTs N Model Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Ho: Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar Al-Qur an Hadits siswa antara kelas eksperimen yang melaksanakan strategi pengelompkan siswadengan kelas kontrol yang tidak melaksanakan strategi pengelompkan siswadi MTs N Model Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar.