BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI MELUKIS MENGGUNAKAN SIKAT GIGI TAMAN KANAK-KANAK PADANG

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa usia dini seluruh aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Masa usia dini merupakan masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan. Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan, termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak. Agar anak dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mereka perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar yang relevan.

2 Pendidikan seyogianya memfasilitasi anak untuk menguasai perangkat pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan. Melalui pendidikan, misalnya anak berlatih untuk mengekspresikan emosi secara wajar, mengenal benda-benda yang bisa membahayakan, menguasai keterampilan berkomunikasi, dan menguasai sejumlah keterampilan motorik kasar dan halus. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar ini tidak saja berguna untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada saat ini, tetapi juga akan menjadi landasan bagi penguasaan pengetahuan dan keterampilan berikutnya. (Solehuddin, 2000: 1093) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14, dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. Sesuai dengan fungsinya pendidikan anak usia dini yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Dari berbagai hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya.

3 Pengembangan program pembelajaran pada anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran dalam situasi yang lainnya. Penggunaan alat permainan/alat peraga/media, metode pembelajaran, suasana kelas, dan orientasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Taman Kanakkanak harus menyesuaikan dengan prinsip-prinsip dasar pembelajaran anak usia dini. Orientasi pembelajaran pada anak usia dini, tidak terlalu menekankan pada penguasaan materi pelajaran sebagaimana yang dilaksanakan di Sekolah Dasar dan jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam sebuah jurnal pendidikan PAUD yang ditulis Ida Rosida, bahwa upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak-anak, melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. (Online. Tersedia: http://tarsisius jkt.sch.ida/ belajar sambil bermain.html, 2009). Dengan demikian pembelajaran pada anak usia dini seharusnya lebih diarahkan pada penciptaan suasana hati anak yang memiliki kesiapan mental psikologis yang memandang bahwa belajar adalah aktivitas yang menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan ini akan memberikan kontribusi terhadap kesiapan mental dan konsep tentang makna belajar itu sendiri pada anak usia dini dalam aktivitas pembelajaran selanjutnya. Program pembelajaran untuk

4 anak usia dini yang disusun dapat mengembangkan seluruh potensi anak yang beragam selaras dengan tumbuh kembang anak dengan tetap memperhatikan budaya daerah dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Conny (2007: 19) tentang pembelajaran anak usia dini bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah belajar sambil bermain, melalui bermain semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan dan melalui permainan anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental, intelektual dan spiritual. Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak ia kenal sampai yang ia kenal, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya. Dalam Kurikulum dan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, terdapat pengembangan berbagai bidang, seperti bidang sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, nilai moral dan agama, dan sains. Ke-enam bidang pengembangan dimaksud menjadi fokus dari aktivitas pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Pengembangan setiap bidang dimaksud akan saling terkait satu sama lain dalam mendorong perkembangan optimal anak usia dini. Sebagaimana yang dikatakan Catron dan Allen (Nurani Yuliani, 2009: 201) bahwa tujuan pengembangan kurikulum di Taman Kanak-kanak yang utama adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif, dan

5 seharusnya kelas-kelas bagi anak usia dini merupakan kelas yang mampu menciptakan suasana kelas yang kreatif dan penuh kegembiraan bagi anak. Implikasi dari prinsip bahwa belajar bagi anak usia dini harus memberikan kesan sebagai aktivitas yang menyenangkan, maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru Taman Kanak-kanak harus ditata sedemikian rupa yang dapat mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Proses pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi prinsip pembelajaran berangkat dari potensi yang dimiliki anak, belajar harus bermakna dan belajar dilakukan sambil bermain (Hartati, 2007: 50). Eheart & Leavitt dalam Stone (Nurani Yuliani, 2009: 145) mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosional, kreativitas. Pada dasarnya anak telah memiliki potensi kreativitas sejak lahir ke dunia ini. Supriadi. (2000: 15) menyatakan bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif walaupun tingkatannya berbeda-beda, dan dapat dikembangkan dan dipupuk. Salah satu karakter belajar pada anak usia dini adalah aktivitas belajar yang berada dalam dimensi imajinasi yang sangat tinggi. Daya imajinasi pada anak usia dini, sesungguhnya merupakan titik awal dari perkembangan kreativitas anak, sehingga manakala guru Taman Kanak-kanak menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong imajinasi anak usia dini, sesungguhnya di sana terjadi upaya guru dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak.

6 Kreativitas belajar anak melalui bermain sangat penting sekali untuk dipahami oleh orangtua dan guru di dalam memberikan stimulasi (rangsangan) kepada anak sedini mungkin, dimana masa usia dini ini merupakan masa yang paling tepat untuk memupuk dan mengembangkan kreativitas agar dapat menjadi seorang manusia yang kreatif, yang sangat diharapkan dimasa mendatang. Sebagaimana yang dikemukakan Munandar (2004: 46), bahwa: Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta). Uraian di atas mengandung makna, bahwa kreativitas yang dipupuk dan dikembangkan sejak usia dini sangat penting dalam hidup manusia untuk dapat mewujudkan diri. Karena masa anak usia dini (Golden Age) merupakan masa yang memerlukan perhatian yang serius, dan merupakan sesuatu kekuatan sumber daya yang sangat diperlukan kelak di kemudian hari. Pendekatan melalui belajar sambil bermain adalah cara yang terbaik bagi anak usia dini untuk mengembangkan kreativitas dan fisik motoriknya. hal ini merupakan upaya pengembangan potensinya yang lebih lanjut. Dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan ia pikirkan. Anak mempraktekkan keterampilan dan mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Selanjutnya anak

7 dapat mengembangkan motoriknya (otot kasar dan otot halusnya), meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitasnya. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak, bergerak, termasuk bekerja, penyaluran hobi, dan merupakan cara mereka mengenal dunia. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosinya. Bermain dengan menggunakan motorik kasar maupun halus menjadi perhatian utama dalam pendidikan anak usia dini pada jenjang taman Kanak-kanak guna menumbuhkan keberanian, rasa percaya diri dan melatih kemampuan fisik anak. Dengan adanya sifat-sifat positif dibangun sejak usia dini di sekolah Taman Kanak-kanak, maka anak akan memiliki bekal atau kekuatan moral yang kuat dalam menghadapi tantangan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan fisik motoriknya, baik motorik kasar maupun motorik halus. Dalam permainan motorik kasar adanya gerakan-gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti berjalan, melompat, berlari, dan melempar, sedangkan dalam permainan motorik halus melatih koordinasi otot tangan dalam beraktivitas seperti bermain playdough, melipat, menggunting, meronce, meremas dan lain sebagainya. Pengembangan kemampuan motorik halus banyak berkaitan dengan pengembangan fungsi-fungsi kognitif dan kreativitas anak usia dini. Misalnya

8 ketika guru memberikan tugas kepada anak untuk membuat playdough, maka dalam aktivitas tersebut terkandung aktivitas pengembangan motorik halus, karena memang membentuk suatu bentuk, memerlukan keterampilan dalam merancang suatu bentuk tertentu sesuai dengan perintah guru atau apa yang diinginkan. Di samping itu pula, proses pembentukan playdough, memberikan peluang kepada anak usia dini dalam mengembangkan kreativitas dalam membentuk pola-pola sesuai dengan apa yang anak imajinasikan. Salah satu alat permainan yang dapat merangsang kreativitas anak usia dini adalah bermain playdough. Guru Taman Kanak-kanak hendaknya memiliki kemampuan merancang alat permainan untuk pembelajarannya, karena alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak daripada alat permainan yang tidak dirancang terlebih dahulu. Anak Taman Kanak-kanak biasanya menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit. Seorang ahli psikolog, Jerone Brunner (dalam Prayitno, 2005: 119) mengemukakan bahwa jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar. Dengan demikian penggunaan alat permainan yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran anak usia dini. Playdough adalah salah satu alat permainan dalam pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan edukatif dengan biaya murah dan memiliki nilai fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola yang

9 hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Bahan alat permainan playdough murah dan mudah dijumpai di toko atau pasar, dan dalam pembuatannya pun tidak membahayakan bagi kesehatan anak. Dengan demikian, dilihat dari sisi efisiensi dan keamanan, alat permainan playdough memiliki nilai ekonomis dan keamanan untuk digunakan dalam pembelajaran anak usia dini. Nilai fleksibilitas menunjukkan bahwa penggunaan alat permainan playdough memberikan peluang kepada guru dalam merancang dan mengintruksikan polapola apa yang harus dibuat oleh anak, sesuai dengan tema yang sedang disampaikan. Pada diri anak juga, bahwa penggunaan alat permainan playdough memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam membentuk pola yang diinginkan sesuai dengan imajinasi anak, karena sifat dari bahan playdough sangat mudah untuk dibentuk apapun. Proses pembuatan pola melalui penggunaan alat permainan playdough memerlukan keterampilan tangan, yang mana hal tersebut terkait dengan keterampilan motorik halus. Pengembangan motorik halus termasuk salah satu bidang pengembangan dalam kurikulum dan pembelajaran di Taman Kanakkanak. Pengembangan keterampilan motorik halus dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar bagi anak usia dini untuk aktivitas menulis, dan melakukan aktivitas sehari-hari (activity dailly living), seperti memegang cangkir, piring, sendok, garpu, sikat gigi, dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan motorik halus, perlu dilakukan sejak usia dini, yang dalam hal ini pengembangan

10 motorik halus dalam pembelajaran anak usia dini memiliki peranan strategis dalam mendorong perkembangan komprehensif anak. Hasil studi pendahuluan di Taman Kanak-kanak Armia Bandung, menunjukkan bahwa guru-guru di Taman Kanak-kanak ini belum pernah menggunakan playdough sebagai media atau alat permainan dalam pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara dengan guru-guru di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung ini juga terungkap bahwa upaya dalam mengembangkan motorik halus dan kreativitas yang selama ini dilakukan di kelas belum pernah menggunakan alat permainan yang dibuat sendiri, dikarenakan tidak adanya dana untuk pembelian bahan-bahan dan peralatan serta tempat penyimpanannya, maka penulis tertarik untuk meneliti alat permainan playdough dampaknya terhadap pengembangan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung, maka peneliti melakukan kajian tentang Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough dalam Pengembangan Motorik Halus dan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, menunjukkan perlu adanya upaya penyediaan alat permainan yang dapat menunjang perkembangan anak usia dini secara optimal terutama yang dapat mengembangkan motorik halus dan

11 kreativitasnya. Adapun permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah penggunaan alat permainan playdough dapat memberikan dampak terhadap pengembangan motorik halus dan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung? Untuk menjabarkan rumusan masalah sebagaimana dipaparkan di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan penggunaan alat permainan playdough dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam motorik halus, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanakkanak Armia Kota Bandung? 3. Apakah terdapat perbedaan dalam kreativitas, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan penggunaan alat permainan playdough dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung.

12 2. Untuk mengetahui perbedaan motorik halus, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui perbedaan kreativitas, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak terkait sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam upaya penerapan penggunaan alat permainan playdough dalam pengembangan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. 2. Sebagai bahan pengalaman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan alat permainan playdough dalam mengembangkan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. 3. Sebagai temuan awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan motorik halus dan kreativitas anak usia dini. E. Struktur Organisasi Tesis Struktur Organisasi Tesis di uraikan sebagai beriktut:

13 BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. BAB II KAJIAN PUSTAKA Membahas konsep-konsep/teori-teori dasar yang akan digunakan sebagai dasar penelitian di dalam membahas tema yang tengah diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan Tesis. Bagian ini meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang di temukan dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau analisis temuan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian paling akhir yang berisi mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran-saran yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut.

14