DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAGI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan kebijakan jaminan sosial, Pemerintah mulai tahun 2007 akan melaksanakan uji coba Program Keluarga Harapan melalui pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin guna peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam pendidikan, gizi, dan kesehatan; b. bahwa Program Keluarga Harapan tersebut adalah untuk meningkatkan aksesibilitas Rumah Tangga Sangat Miskin terhadap jaminan pelayanan sosial dasar, khususnya pendidikan dan upaya pemeliharaan kesehatan; c. bahwa dalam rangka pelaksanaan dan kelancaran Program Keluarga Harapan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin yang dananya bersumber dari dana rupiah murni yang dialokasikan dalam DIPA, dipandang perlu diatur petunjuk teknis penyaluran dan pencairan dananya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Penyaluran Dana dan Pencairan Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 8. Keputusan Menteri Sosial Nomor 01/HUK/2007 tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penanda Tangan SPM, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan di Lingkungan Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial; 9. Keputusan Menteri Sosial Nomor 42/HUK/2007 tentang Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM); 10. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAGI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: 1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disebut DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (satker) serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. 3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 4. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut PA/Kuasa PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 5. Surat Perintah Membayar Langsung, yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah surat perintah membayar langsung kepada pihak ketiga yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya.
6. Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. 7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja, yang selanjutnya disebut SPTB adalah pernyataan tanggung jawab yang dibuat oleh PA/Kuasa PA atas transaksi belanja sampai dengan jumlah tertentu. 8. Program Keluarga Harapan, yang selanjutnya disebut PKH adalah program pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin sepanjang mereka memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam program. Persyaratan tersebut terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya pendidikan dan kesehatan. 9. Rumah Tangga Sangat Miskin, yang selanjutnya disebut RTSM adalah sasaran penerima PKH yang telah ditetapkan oleh Unit Pelaksana PKH sesuai hasil pendataan dan telah mendapatkan Kartu Identitas Penerima yang telah ditandatangani oleh Menteri Sosial. 10. Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan, yang selanjutnya disebut UPPKH adalah unit yang dibentuk di tingkat pusat, kabupaten/kota, dan kecamatan yang memiliki fungsi mengelola pelaksanaan PKH. 11. Bank/Pos Mitra Kerja Pusat adalah Bank/Pos Mitra Kerja sebagai tempat dibukanya rekening atas nama Bendahara Pengeluaran yang menampung dana PKH yang akan ditransfer ke rekening Bank/Pos Bayar. 12. Bank/Pos Bayar adalah Unit Pelaksana Teknis Bank/Pos Mitra Kerja yang ditunjuk untuk pembayaran dana PKH. 13. Daftar nominatif adalah rekapitulasi data RTSM penerima dana PKH dan jumlah uang berdasarkan provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. (1) PKH bagi RTSM ditujukan untuk: Pasal 2 a. meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, nifas, dan anak di bawah usia 6 tahun dari RTSM; b. meningkatkan pemanfaatan pendidikan bagi anak-anak usia sekolah (7-17 tahun) dari RTSM; c. mengurangi beban pengeluaran RTSM. (2) PKH diberikan kepada RTSM didasarkan pada hasil pendataan Badan Pusat Statistik. Pasal 3 Penyaluran dana dan pencairan PKH bagi RTSM dilaksanakan atas dasar prinsip efektifitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.
BAB II ALOKASI DANA Pasal 4 (1) Dana PKH dialokasikan dalam DIPA Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial yang disahkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. (2) Jumlah dana yang tercantum dalam DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan batas pagu yang tidak diperkenankan untuk dilampaui. BAB III PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA Pasal 5 (1) Penyaluran dana PKH dilakukan melalui Bank/Pos Mitra Kerja berdasarkan suatu perjanjian kerjasama antara Kuasa PA dengan Bank/Pos Mitra Kerja. (2) Bank/Pos Mitra Kerja sesuai perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab atas penyampaian dan penyaluran dana PKH kepada RTSM. (3) RTSM penerima dana PKH hasil pendataan Badan Pusat Statistik disampaikan kepada Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial tentang RTSM penerima dana PKH. (4) Surat Keputusan Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial tentang RTSM penerima dana PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bank/Pos Mitra Kerja. (5) Berdasarkan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bank/Pos Mitra Kerja menentukan Bank/Pos Bayar. (6) Bank/Pos Mitra Kerja menyampaikan data sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada masing-masing Bank/Pos Bayar sesuai dengan lokasi RTSM penerima dana PKH. Pasal 6 (1) Pencairan dana PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan dengan cara pengajuan SPM-LS oleh Kuasa PA kepada KPPN Jakarta III, dengan dilampiri sekurang-kurangnya: a. SPTB; b. Resume Kontrak/Surat Perjanjian antara Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial dengan Bank/Pos Mitra Kerja mengenai Penyaluran Dana PKH bagi RTSM; c. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial tentang Penunjukan Bank/Pos Mitra Kerja sebagai Penyalur Dana PKH bagi RTSM. d. Daftar nominatif rekapitulasi data RTSM penerima dana PKH dan jumlah uang berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) untuk tiap provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
(2) Atas dasar SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPPN Jakarta III melakukan pengujian atas SPM-LS dimaksud dan melaksanakan pencairan dana dengan menerbitkan SP2D dan mentransfer dana ke rekening Bank/Pos Mitra Kerja.. (3) Bank/Pos Mitra Kerja selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung setelah menerima transfer dana dari KPPN Jakarta III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mentransfer seluruh dana ke semua rekening Bank/Pos Bayar. (4) Bank/Pos Bayar selambat-lambatnya dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak menerima transfer dana dari Bank/Pos Mitra Kerja melakukan penyaluran dana PKH kepada RTSM sesuai dengan mekanisme penyaluran dana yang diatur dalam perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1). BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 7 (1) Atas penyampaian dan penyaluran dana, Bank/Pos Mitra Kerja wajib menyampaikan rekapitulasi realisasi penyaluran dan pencairan dana dari setiap Bank/Pos Bayar sebagai pertanggungjawaban kepada Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial c.q. Direktur Jaminan Kesejahteraan Sosial dan KPPN Jakarta III untuk diteliti dan mendapat pengesahan, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sejak berakhirnya batas waktu tiap-tiap periode penyaluran dana PKH kepada RTSM. (2) Selanjutnya Bank/Pos Mitra Kerja dan Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial c.q. Direktur Jaminan Kesejahteraan Sosial membuat Surat Pernyataan Bersama dan menyampaikan kepada KPPN Jakarta III bahwa dana PKH telah disalurkan kepada RTSM, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender sejak berakhirnya batas waktu penyaluran dana. (3) Apabila terdapat sisa dana yang tidak tersalurkan kepada RTSM agar segera mengembalikan ke Rekening Kas Negara selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari kalender terhitung sejak batas waktu penyaluran dana. (4) Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial c.q. Direktur Jaminan Kesejahteraan Sosial menyampaikan laporan pelaksanaan penyaluran dan pencairan dana PKH kepada RTSM kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai ketentuan yang berlaku. BAB V LAIN-LAIN Pasal 8 (1) KPPN melakukan pembayaran secara penuh/utuh tanpa potongan pajak, kewajiban pajak yang timbul sebagai akibat transaksi antara penerima dana dengan pihak ketiga diselesaikan pihak ketiga sebagai wajib pajak.
(2) Dana yang tidak dicairkan pada KPPN Jakarta III setelah batas akhir tahun anggaran dinyatakan hangus. (3) Apabila pada akhir tahun anggaran terdapat sisa dana pada rekening Bank/Pos Mitra Kerja yang tidak tersalurkan kepada RTSM, maka sisa dana tersebut wajib disetorkan kembali ke Rekening Kas Negara. (4) Bukti setoran sisa dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada KPPN Jakarta III paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal penyetoran. (5) Kepala Kantor Wilayah XI Direktorat Jenderal Perbendaharaan Jakarta diminta mengawasi dan mengkoordinasikan proses penyaluran dan pencairan dana sehingga berjalan lancar. BAB VI PENUTUP Pasal 9 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2007. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Juli 2007 DIREKTUR JENDERAL, HERRY PURNOMO NIP 060046544