BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN DAN MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

ANALISIS KINERJA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN PADA MODEL JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH

BAB 3 STUDI IMPLEMENTASI PENGENDALIAN TEGANGAN PENCATU BATERAI PADA SIMULASI PLTB

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

GENERATOR SINKRON Gambar 1

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II LANDASAN TEORI

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS PERTANYAAN SOAL

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

Transformator (trafo)

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR }IALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK. i ii iii iv v ix xi xii 1 1 1

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

Dasar Rangkaian Listrik

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini energi listrik adalah kebutuhan utama bagi semua orang di dunia.

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat

BAB II TRANSFORMATOR

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Penyusun: Tim Laboratorium Energi

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

Transkripsi:

3 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS adalah pembangkit listrik yang menggunakan cahaya matahari, dengan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS dapat langsung digunakan untuk mencatu beban, atau disimpan terlebih dahulu dalam sebuah baterai. PLTS ini menghasilkan tegangan AS yang dapat diubah menjadi tegangan ABB. BCR (Bateery Charger Regulator) INVERTER BATERAI (ACCU) SEL SURYA Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS 2.2. Aplikasi PLTS Tegangan yang dihasilkan sel surya adalah tegangan AS yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: lampu penerangan rumah tangga, lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas, pemancar, sinyal kereta api dan sebagainya (Gambar 2.2). Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2] 3

4 Selain itu PLTS juga dapat menghasilkan daya yang lebih besar, biasanya untuk beban ABB, seperti: kebutuhan daya listrik di perumahan, Base Transceiver Station (BTS). Seringkali PLTS ini dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) sehingga membentuk jaringan listrik mikro yang dikenal dengan microgrid. Jaringan ini juga dapat digabungkan dengan jaringan listrik yang tersedia (milik PLN), seperti tampak pada Gambar 2.3. Gambar 2.3.Instalasi PLTS berdaya besar 2.3. Komponen PLTS 2.3.1. Sel surya Dalam penggunaannya, sel surya seringkali dibutuhkan untuk dapat menghasilkan nilai daya yang lebih besar agar dapat digunakan sebagai catu daya, sehingga diperlukan sel surya yang banyak. Hal tersebut dapat terpenuhi dengan cara merakit sejumlah sel surya dengan menghubungkan sedemikian rupa hingga diperoleh tegangan dan daya dengan nilai tertentu. Pada umumnya setiap modul sel surya telah dirancang sedemikian rupa oleh pabrik, sehingga tahan terhadap temperatur yang tinggi serta benturan mekanis yang terjadi. Sel Surya diproduksi dari bahan semikonduktor yaitu silikon yang berperan sebagai isolator pada temperatur rendah dan sebagai konduktor bila ada energi dan panas. [3]

5 Sel surya pada kondisi normal dalam penggunaannya memiliki batasan ukuran suhu antara -65ºC hingga +125ºC (-85ºF hingga +257ºF). Sel surya masih dapat bertahan hingga suhu +250ºC, untuk periode penggunaan yang tidak lebih dari 30 menit dan bertahan hingga suhu +300ºC, untuk periode penggunaan kurang dari 20 menit. Sel surya akan bekerja dengan baik pada suhu yang rendah yaitu mencapai suhu -100ºC (-148ºF). Suhu sangat mempengaruhi kondisi kerja atau nilai keluaran dari sel surya. 2.3.2. Karakteristik Sel Surya Gambar 2.4 Karakteristik PV pada tiga daerah kondisi. [4] Pada intensitas cahaya dan temperatur tertentu, terdapat tiga daerah kerja PV, yaitu daerah MN pada saat arus cenderung konstan, daerah PS dimana tegangan cenderung konstan dan daerah NP daerah dengan daya maksimum pada titik A (Gambar 2.4). 2.3.3. Efisiensi Sel Surya Efisiensi sel surya didefinisikan sebagai berikut: Dengan: P out = daya output dari sel P in = tingkat penyinaran pada area sel surya A c = area sel surya yang tersinari P P out in A c (2.1) Sebagai contoh sel surya dengan efisiensi 10% apabila memperoleh daya dari radiasi matahari sebesar 1000 Watt/m 2, maka dihasilkan daya listrik

6 sebesar 100 Watt/m 2. Saat ini dengan kemajuan teknologi yang dicapai dalam pembuatan telah dicapai efisiensi sel surya sebesar 23%. Efisiensi maksimum dari konversi energi sel surya tergantung pada: 1. Konstruksi internal sel surya, dimensi, area tersinari, karakteristik sel surya, lapisan antireflektif, tekstur permukaan dan konfigurasi kontak 2. Tingkat penyinaran 3. Temperatur kerja 4. Kerusakan partikel akibat radiasi 5. Temperatur dan pengaruh lingkungan 2.3.4. Modul Sel Surya Modul sel surya adalah sekumpulan sel surya yang dihubungkan secara seri, paralel atau kombinasi keduanya untuk memperoleh nilai tegangan, arus dan daya tertentu. Jumlah modul yang dihubungkan seri ditentukan oleh nilai tegangan yang dibutuhkan, dengan rumus dibawah ini [5] : V INV J s (2.2) VMF Dengan : J s = jumlah seri modul PV V INV = tegangan masukan invertor (Volt) V MF = tegangan maksimum modul PV (Volt) Jika diperoleh bilangan pecahan, maka J s dibulatkan ke bawah atau ke atas. Jadi tegangan modul sel surya (V GPV ) adalah : V GPV = J s. V MF (2.3) Untuk memperoleh daya total sebesar P GPV, maka dibutuhkan jumlah string, sebagai berikut : J p' GPV p (2.4) VGPV. I MF Dengan : J p = jumlah string modul PV P GPV = daya modul sel surya (Watt) V GPV = tegangan modul sel surya (Volt) I MF = arus maksimum modul PV (Ampere)

7 Bila diperoleh bilangan pecahan, J p dibulatkan keatas, arus nominal (I GPV ) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : I GPV = J p. I MF (2.5) Setelah ditentukan Js dan Jp, maka daya modul sel surya terpasang dihitung kembali menggunakan persamaan : P GPV = V GPV. I GPV (Watt Peak) (2.6) Sedangkan jumlah susunan modul sel surya (N) yang terpasang adalah N = J P. J s (2.7) 2.4. Rangkaian Pengisi Baterai Fungsi utama rangkaian pengisi baterai adalah mengisi baterai menggunakan tegangan yang berasal dari sel surya. Selain itu juga berfungsi untuk: 1. Membatasi dan menghentikan arus yang mengalir bila kondisi baterai dalam keadaan penuh, sekaligus melakukan pemindahan hubungan dari baterai yang sudah penuh ke beban 2. Dilengkapi dengan indikator Low Voltage Disconnect, dimana akan menghentikan suplai yang berasal dari sel surya ke beban, bila tegangan baterai berada dibawah harga tegangan pemutusan (cut-off Voltage). Hal ini dapat mencegah baterai dari kerusakan. 3. Mengamankan baterai dari bahaya overcharge maupun over discharge. Yang dimaksud dengan overcharge adalah suatu kondisi dimana terjadi proses pemutusan pengisian baterai pada tegangan batas atas dengan tujuan untuk menghindari gassing yang dapat menyebabkan penguapan gel baterai dan korosi pada grid baterai, sehingga dapat mengurangi life time baterai. Sedangkan over discharge adalah suatu kondisi dimana terjadi proses pemutusan pengosongan baterai pada tegangan batas bawah untuk menghindari pembebanan berlebih yang dapat menyebabkan sulfasi. 4. Mencegah beban berlebih dan terjadinya hubung singkat 5. Menghindari aliran balik arus listrik yang dapat merusak modul sel surya di malam hari saat tegangan lebih rendah dibanding tegangan baterai

8 Gambar 2.5. Rangkaian pengisi baterai jenis On-off Regulation Type Serie Hubungan sel surya dengan baterai akan terputus saat tegangan baterai telah mencapai batas atas (Gambar 2.5). Rangkaian ini dipasang antara modul sel surya dan baterai dengan spesifikasi teknis sesuai dengan daya dan tegangan modul sel surya. Disamping itu harus mampu bekerja pada kondisi ekstrim yaitu saat tegangan lebih rendah dari 1,25 kali tegangan nominal dan arus maksimum modul sel surya selama minimal satu jam tanpa tersambung ke baterai. Pengaturan pada alat pengontrol perlu diselaraskan dengan kebutuhan sistem PLTS. Contoh pengaturan sistem PLTS untuk baterai yaitu menghentikan pengisian saat tegangan baterai telah mencapai lebih dari 2,5 Volt, dan mengisi kembali jika tegangan baterai kurang dari 2,3 Volt. Adapun pengaturan penggunaan baterai, yaitu menghentikan arus baterai ke beban, jika tegangan baterai turun hingga 1,9 Volt, dan menyambungkan kembali saat baterai telah terisi hingga tegangan melebihi 2,10 Volt. [6] 2.5. Invertor Satu Fasa Invertor satu fasa adalah sebuah perangkat elektronik yang dapat mengubah atau mengkonversikan tegangan AS menjadi tegangan ABB satu fasa. Invertor dapat digunakan sebagai: a. Catu daya darurat b. Catu daya tak terputus (UPS) c. Pengendali kecepatan motor

9 Gambar 2.6 Contoh invertor satu fasa Bentuk gelombang tegangan keluaran invertor yang ideal adalah gelombang sinusoidal murni, akan tetapi pada kenyataannya gelombang tegangannya berbentuk persegi. Dalam melakukan penginstalasian invertor, tegangan dan kapasitas baterai sama dengan tegangan input pada invertor, karena jika tegangan pada baterai lebih rendah (kecil) maka invertor tidak akan bekerja dengan normal. Ditinjau dari bentuk rangkaian, invertor ada 3 macam: Jembatan setengah, jembatan penuh dan push pull. Di bawah ini adalah invertor dengan rangkaian push pull. Pada rangkaian ini digunakan transformator yang memiliki tap tengah dan dua buah transistor. Cara kerja invertor satu fasa dengan beban tap tengah sama dengan invertor jembatan setengah. S1 S2 V -V ON OFF ON T OFF ON OFF t t t Gambar 2.7 Rangkaian invertor push pull Tap tengah transformator berfungsi supaya beban mendapat tegangan bolak balik. Pada saat T1 terhubung dan T2 terbuka dihasilkan tegangan Vao negatip. Dan sebaliknya saat T1 terbuka dan T2 terhubung dihasilkan tegangan Vao positip. Jika n merupakan perbandingan lilitantransformator antara primer dengan sekunder, maka besar tegangan keluaran adalah : V a 0 E n

10 Penggunaan transformator pada sistem push-pull memberikan keuntungan karena mengisolasi secara elektris antara sumber tegangan AS dengan keluaran tegangan ABB. 2.6. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah suatu teknologi pembangkit listrik yang mengubah energi angin menjadi energi listrik. Angin adalah udara yang bergerak atau mengalir, sehingga memiliki kecepatan, tenaga dan arah. Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh radiasi matahari. Dengan mengetahui variasi harian dari kecepatan angin, dapat diketahui kapan angin bertiup kencang dalam satu hari, sehingga dapat digunakan untuk menentukan berapa jam dalam sehari energi angin di daerah tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan turbin. Gambar 2.8. Diagram rangkaian PLTB [9] Secara umum PLTB terdiri dari beberapa bagian (Gambar 2.8): 1. kincir angin: Kincir dikopel dengan generator dan dapat berputar bila angin mengenainya dengan kecepatan tertentu. 2. Generator: Generator akan menghasilkan tegangan bila kincir berputar. Jenis tegangan yang dihasilkan tergantung pada jenis generator, antara lain: generator AS, generator ABB satu fasa dan tiga fasa. Sedangkan nilai tegangan tergantung pada kecepatan putar kincir dan besarnya arus penguat medan yang diberikan pada rotor generator. Bila digunakan generator AS, maka tegangan yang dihasilkan dapat langsung disimpan oleh baterai, tetapi bila menggunakan generator ABB baik satu fasa maupun tiga fasa, maka diperlukan rangkaian penyearah untuk mengubah tegangan ABB menjadi tegangan AS untuk disimpan di dalam baterai.

11 Generator ABB satu fasa jenisnya sama dengan generator AS, sedangkan gereator tiga fasa ada dua jenis, yaitu generator sinkron dan generator induksi. Tegangan dan frekwensi yang dihasilkan generator ABB sebesar: E = C x N x (2.9) pxn f (2.10) 60 Gambar 2.9. Generator sinkron tiga fasa Bila generator dibebani, maka tegangan harus dinaikkan untuk mengatasi rugi tegangan pada jangkar, sehingga besar tegangan generator: E 2 2 ( V cos IR) ( V sin IXs ) Dengan: E : Tegangan yang dihasilkan generator (V) V : Tegangan beban (V) I : Arus beban (A) R : Tahanan jangkar ( X s : Reaktansi jangkar ( N : Kecepatan putar (rpm) Fluksi pada rotor f : Frekwensi (Hz) p : Jumlah pasang kutub 3. Penyearah: untuk mengubah tegangan ABB dari generator menjadi tegangan AS. Penyearah ada dua macam yaitu penyearah satu fasa dan tiga fasa, tergantung jenis generator yang digunakan. Penyearah ini menghasilkan tegangan AS yang nilainya tergantung pada bentuk gelombangnya. Bentuk setengah gelombang menghasilkan tegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan gelombang penuh, pada tegangan masukan yang sama. Untuk memperoleh nilai tegangan AS yang bervariasi dari nol hingga tegangan maksimum, maka digunakan penyearah terkendali.

12 Pada penyearah tiga fasa gelombang penuh terkendali dengan beban bersifat resistif, untuk sudut penyulutan α< 60 0 diperoleh tegangan AS sebesar [7] : (2.12) Gambar 2.10. Rangkaian penyearah tiga fasa gelombang penuh setengah terkendali dan bentuk gelombang tegangan keluarannya Sedangkan untuk sudut penyulutan α 60 0 maka dihasilkan tegangan sebesar: (2.13) 4. Baterai : Daya yang dihasilkan PLTB sangat fluktuatif tergantung kecepatan angin. Agar dapat lebih kontinyu melayani beban, maka daya yang dihasilkan PLTB disimpan ke dalam baterai 5. Invertor: digunakan untuk mengubah tegangan AS menjadi ABB karena jenis bebannya ABB

13 2.7. Transformator Isolasi Transformator isolasi adalah transformator dengan rasio satu (tegangan sekunder sama besar dengan tegangan primer) yang berfungsi sebagai pengaman, yaitu memisahkan secara listrik antara tegangan primer dan tegangan sekunder (Gambar 2.11). Gambar 2.11. Rangkaian transformator isolasi Pemisahan ini dimaksudkan untuk menghindari arus hubung singkat pada saat dilakukan pengukuran besaran listrik pada sisi primer dan sekunder secara bersamaan. Beberapa kerugian pada transformator, antara lain: 1. Kerugian tembaga: Kerugian dalam lilitan tembaga yang disebabkan oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya. 2. Kerugian kopling: Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder. 3. Kerugian kapasitas liar: Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak 4. Kerugian histeresis: Kerugian yang terjadi ketika arus primer ABB berbalik arah, disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah. 5. Kerugian efek kulit: Pada saat dialiri arus bolak-balik, arus cenderung mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurangi

14 dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa. 6. Kerugian arus eddy: Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi pusaran fluks magnet pada material inti. Kerugian ini dapat dikurangi dengan inti berlapis-lapis. Karena adanya kerugian pada transformator, maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator daya dengan frewensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%. 2.8 Jaringan Listrik Mikro Arus Searah Jaringan listrik mikro adalah jaringan pemasok daya listrik dengan kapasitas kurang dari 1MW [1], biasanya terdiri dari beberapa pembangkit listrik energi terbarukan, seperti PLTS, PLTB dan mikro hidro. Berdasarkan sambungan ke jaringan listrik yang besar (grid), maka ada dua jenis jaringan listrik mikro, yaitu off-grid dan on-grid. Gambar 2.12. Jaringan listrik mikro arus searah jenis off-grid Dalam sistem off-grid, tidak ada jaringan utilitas untuk menyediakan cadangan daya. Sistem bergantung sepenuhnya pada kemampuan menghasilkan energi dan cadangan penyimpanan energi dari baterai (Gambar 2.12). Konfigurasi off-grid ini paling sering digunakan di lokasi terpencil di mana tidak ada akses ke jaringan

15 utilitas. Sedangkan dalam sistem on-grid energi yang dihasilkan digunakan secara lokal, apabila terdapat kelebihan energi dapat dijual ke layanan utilitas. Jika tidak ada energi yang dihasilkan, misalnya di malam hari, pasokan daya diambil dari jaringan utilitas. Jadi jaringan utilitas digunakan sebagai back-up ke sistem jaringan listrik mikro dan diperlukan pengaturan secara otomatis untuk melakukan semua kontrol dan fungsi switching. Keuntungan jaringan listrik arus searah antara lain [8] : 1. Jika biaya yang besar untuk stasiun-stasiun konvertor tidak diperhitungkan, saluran-saluran udara dan kabel AS lebih murah dari pada saluran-saluran udara dan kabel-kabel ABB. Jarak impas keduanya adalah sekitar 500 mil untuk saluran udara, (15-30 ) mil untuk kabel bawah laut, (30-60) mil untuk kabel bawah tanah. 2. Kondisi rugi korona dan radio interferensi lebih baik pada saluran AS dibandingkan saluran ABB 3. Faktor daya saluran AS selalu sama dengan satu (1), dan karenanya tidak dibutuhkan kompensasi daya reaktif. 4. Panjang saluran tidak dibatasi oleh stabilitas karena tidak dibutuhkan operasi sinkron, demikian juga daya dapat dikirim dengan kabel sampai pada jarak yang sangat jauh. 5. Rugi saluran AS lebih kecil daripada saluran ABB untuk saluran yang sebanding. Kerugian jaringan listrik arus searah, antara lain: 1. Konvertor menimbulkan arus dan tegangan harmonisa pada sisi ABB dan AS, karena itu dibutuhkan filter, sehingga harganya relatif mahal 2. Konvertor mengkonsumsi daya reaktif 3. Tidak mudah menyadap daya pada titik sepanjang saluran AS, sehingga dibuat sistem point to point yang menghubungkan suatu stasiun pembangkit besar ke suatu pusat konsumen daya yang besar, atau interkoneksi dua sistem ABB yang terpisah.