BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berdampak besar terhadap dunia pendidikan, khususnya terhadap kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembangnya bangsa dan negara indonesia sepanjang zaman. menyiratkan bahwa dalam pembelajaran matematika proses Working

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Pretest Postest Control Group Design

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF SSCS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan. yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah peradaban yang gemilang menghasilkan kemajuan dalam dunia pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang akan mampu bersaing dalam era globalisasi. Sehingga SDM yang berkualitas akan mampu membentuk sebuah peradaban gemilang. Pencapaian SDM yang berkualitas dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal didapatkan di sekolah-sekolah yang mengacu pada kurikulum nasional. Kurikulum nasional yang digunakan di sekolah tempat dilakukannya penelitian mengacu pada Kurikulum 2013, yang menitikberatkan pada pendidikan berkarakter, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran umum yang diberikan di pendidikan formal, baik untuk sekolah dasar, menengah maupun tinggi. Matematika penting untuk dipelajari di sekolah, mengingat bahwa matematika merupakan ilmu yang senantiasa berkaitan dengan kehidupan seharihari. Namun demikian bagi beberapa siswa menjadi sebuah permasalahan. Pasalnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil rata-rata nilai Ujian Nasional siswa di setiap jenjang. Begitu juga Peneliti pernah melakukan praktik mengajar di salah satu sekolah negeri di kota Bandung pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar, dan menunjukkan bahwa hasil ulangan harian pertama masih tergolong rendah dengan rata-rata nilainya 65,36, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah adalah 75. Rendahnya hasil belajar ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih sedikit siswa yang aktif untuk memunculkan ide-ide dengan cepat secara kuantitatif, mengemukakan berbagai pemecahan masalah, mencetuskan gagasannya, serta memperinci

2 permasalahan. Dengan kata lain kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah. Sejalan dengan penelitian Jellen dan Urban (dalam Nurhidayati, 2013: 3) tentang tingkat kreativitas anak-anak Indonesia, setelah dilakukan penelitian dan perbandingan dengan negara-negara lain bahwa kreativitas anak-anak Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itulah, kemampuan berpikir kreatif matematis yang dibutuhkan siswa harus dikembangkan. Agar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dikembangkan, pemilihan model pembelajaran yang sesuai sangat dibutuhkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan rendahnya berpikir kreatif matematis siswa yaitu Search, Solve, Create and Share (SSCS), model pembelajaran ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1988. Fase pertama dalam model pembelajaran ini adalah search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah; fase kedua adalah solve yang bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah; fase ketiga adalah create yang bertujuan untuk menciptakan penyelesaiaan masalah; dan fase keempat adalah share yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaiaan yang telah dilakukan. Pada awalnya model pembelajaran SSCS yang dikembangkan oleh Pizzini hanya untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA/ Sains). Namun penelitian lebih lanjut oleh Pizzini, Abel dan Shepardson (dalam Irwan, 2011: 4) yang menyatakan bahwa model pembelajaran SSCS ini dapat digunakan untuk pelajaran matematika. Sejalan dengan itu, Regional Education Laboratories, sebuah lembaga departemen pendidikan di Amerika Serikat, mengeluarkan laporan bahwa model pembelajaran SSCS cocok dikembangkan dan dipakai dalam mata pelajaran matematika. Laporan Laboratory Network Program (dalam Irwan, 2011: 4), standar NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) menyatakan bahwa hal yang dapat dicapai oleh model pembelajaran SSCS meliputi: 1) mengajukan soal/ masalah matematika; 2) membangun pengalaman dan pengetahuan siswa; 3) mengembangkan keterampilan berpikir matematis yang meyakinkan tentang keabsahan suatu representasi tertentu, membuat dugaan, memecahkan masalah

3 atau membuat jawaban dari siswa; 4) melibatkan intelektual siswa yang berbentuk pengajuan pertanyaan dan tugas-tugas yang melibatkan siswa, dan menantang setiap siswa; 5) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan matematis siswa; 6) merangsang siswa untuk membuat koneksi dan mengembangkan kerangka kerja yang koheren untuk ide-ide matematis; 7) berguna untuk perumusan masalah, pemecahan masalah, dan penalaran matematis; dan 8) mempromosikan pengembangan semua kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan matematika. Berdasarkan beberapa poin di atas khususnya poin 3, model pembelajaran SSCS akan menunjang siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Model pembelajaran SSCS ini siswa dituntut aktif dan berpikir kreatif matematis dalam memecahkan suatu permasalahan, mulai dari pengidentifikasian masalah (search), perencanaan masalah (solve), penciptaan penyelesaian masalah (create), hingga pensosialisasian hasil yang telah didapatkan siswa (share). Sehingga dengan pembelajaran SSCS ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu, hasil kajian yang dilakukan Nurhayati (2012) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan permasalahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran SSCS lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, model pembelajaran SSCS diharapkan mampu mengatasi permasalahan berpikir kreatif matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dinyatakan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan pembelajaran model SSCS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP? Namun rumusan masalah tersebut terlalu umum, maka agar rumusan masalah tersebut operasional, rumusan masalah penelitian tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, 1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS lebih baik daripada siswa yang mandapatkan pembelajaran konvensional? 2. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? 3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran model SSCS, Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan matematika? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; dan 2. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran model SSCS memenuhi KKM; 3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran model SSCS, LKK dan matematika. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini terbagi atas dua hal, yaitu

5 1. Secara Teoritis, dapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu pendidikan, khususnya pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar berpikir kreatif matematis siswa. 2. Secara Praktis, o Bagi siswa, apabila penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis; o Bagi guru, apabila penelitian ini berhasil, sesuai dengan yang diharapkan, guru yang bersangkutan dapat mengaplikasikan model pembelajaran SSCS; E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti sajikan beberapa definisi operasional, sebagai berikut: 1. Model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran untuk siswa yang akan membangkitkan keaktifan siswa dengan empat fase yaitu search, solve, create dan share yang berarti siswa aktif dalam pencarian atau pe-identifikasi-an masalah, pelaksanaan penyelesaian masalah, penciptaan suatu kesimpulan hingga penyampaian penyelesaian masalah yang telah dilakukan siswa. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah sebuah kemampuan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika, dengan penyelesaian yang berbeda dari biasanya, namun tetap diterima keabsahannya. Dengan indikator kelancaran (fluency) artinya mampu memunculkan jawaban lebih dari satu secara lancar; keluwesan (flexibility) artinya mampu melihat permasalahan dan menghasilkan jawaban dari sudut pandang yang berbeda; keaslian (Originality) artinya mampu melahirkan gagasan yang baru (menurut siswa); dan perincian (Elaboration) artinya mampu memperinci suatu permasalahan, sehingga menjadi lebih mudah untuk dipahami dan yang akan mengarah pada penyelesaiaan masalah tersebut. 3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah tempat penelitian berupa pembelajaran langsung dengan menggunakan motode ekspositori.

6 4. Respon siswa adalah penilaian siswa terhadap pembelajaran SSCS yang didapatkan.